Cebu - Pulau Ratu di Filipina Selatan

  (VOVworld) - Apakah saudara-saudara pernah berbaring santai di lapangan pantai yang air-nya biru, jernih dan pasir-nya putih-bersih”? Menikmati kesan berdebar-debar ketika bersama-sama berenang dengan ikan hiu di tengah-tengah laut? Atau lebih sederhana yalah hanya untuk memandangi satu negeri Spanyol in miniatuir di tengah-tengah Asia Tenggara?  Datang-lah ke pulau Cebu, Filipina Selatan untuk menguak tabir hal-hal yang luar biasa.

Cebu - Pulau Ratu di Filipina Selatan - ảnh 1 
Lapangan pantai  Cebu.
(Foto: itsmorefuninthephilippines.vn)

Jauh-nya kira-kira 587 Km dari Manila di sebelah Selatan, pulau Cebu merupakan sebutan satu pulau yang terletak di kepulauan Filipina dengan panjang-nya 225 Km dari bagian Utara ke bagian Selatan yang dikelilingi oleh 167 buah pulau kecil. Pulau ini ditemukan oleh penjelajah terkemuka Ferdinand Magelan ketika telah menginjakkan kakinya di bumi ini pada tahun 1521, menyebarkan agama Katolik dan meninggalkan bekas-nya di sini, yakni Salib yang tetap masih dilestarikan sampai masa kini. Oleh karena itu, tidak heran ketika 95 persen jumlah penduduk di pulau Cebu ini menganut agama Katolik. Hal itu juga menjelaskan bahwa mengapa di sini ada banyak gereja tua seperti itu. Salah satu diantara gereja-gereja itu yalah Cebu Metropolitan yang dibangun pada tahun 1836  menurut gaya arsitektur khas dari orang Spanyol yang terletak di jantungnya kota Cebu. Pada setiap hari Minggu, banyak yang datang menjalankan ibadah agama di gereja, sehingga yang lain harus berdiri di luar gereja.


Cebu - Pulau Ratu di Filipina Selatan - ảnh 2
Patung Pahlawan Nasional Lapu-Lapu
(Foto: itsmorefuninthephilippines.vn)

Meninggalkan gereja, berjalan kaki di jalan Colon yang paling kuno di pulau, menuju ke lapangan dimana masih ada Salib kuno Magellan. Ini juga merupakan salah satu diantara berbagai cagar peninggalan sejarah yang menyerap kedatangan banyak wisatawan. Selain proyek-proyek arsitektur yang membawa bekas Eropa, misal-nya Benteng Fort San Pedro yang dibuat dari kayu sejak abad ke-18 dan satu meriam yang pernah digunakan dalam perang membela pulau yang indah ini. Gereja Del Sto Nino, satu gereja yang dibangun dari batu secara kokoh oleh penjelajah Spanyol Miguel Lopez de Legazpi pada tahun 1565, Universitas Carlos - Universitas pertama dari Filipina… para wisatawan merasa heran ketika melihat pagoda  yang paling menonjol dengan dinding-dinding merah yang dibangun menurut gaya Tiongkok, di atas puncak bukit Beverly Hills, sebelah Utara dari kota Cebu. Temu budaya membuat saudara Steve Jefferson - seorang wisatawan Amerika Serikat keheran-heranan Dia mengatakan: “Tidak bisa tidak mencintai Cebu. Dulu, saya hanya mengenal pulau Cebu melalui jaringan Internet saja. Akan tetapi, ketika menginjakkan kaki di pulau ini saya benar-benar merasa heran akan keanekaragaman tentang kebudayaan. Tampak-nya seluruh dunia berkumpul di sini”.

Cuaca yang tidak pernah dibawah 33 derajat celsius di sini tidak bisa mencegah arus Jeepney berwarna kuning yang mengangkut wisatawan di jalan-jalan. Hanya mengeluarkan biaya 10 Peso (sama dengan 0,2 dolar Amerika Serikat saja), saudara-saudara bisa mengalami  perjalanan yang tidak bisa  dilupakan di atas mobil-mobil itu.


Cebu - Pulau Ratu di Filipina Selatan - ảnh 3
Gereja Santo Nĩno Basilica 
(Foto: itsmorefuninthephilippines.vn)

Wisatawan ketika datang berkunjung di Cebu pada  musim apapun  dalam setahun juga bisa berpartisipasi pada satu pesta di sini, misalnya Pesta Paskushan (Hari Natal), Pestra Kadaguan sa Mactan (Pesta Kemenangan Mactan tanggal 24 April)…Khususnya Pesta Sinulog yang dianggap sebagai “Ibu -nya Pesta” yang selalu diadakan pada Minggu ketiga bulan pertama tahun imlek saban tahun. Kalau saudara-saudara mau lepas dari suasana dalam pesta-pesta itu, naik-lah Jeepney dan menuju ke pantai untuk bersantai.

Menenggelamkan diri dalam air biru dan jernih, berbaur pada samudera dengan kawanan ikan laut yang berwarna-warni di tengah-tengah batu-batu karang, mencoba kesan kuat ketika bersama-sama berenang dengan seekor ikan paus besar, semua-nya akan menjadi kesan yang sulit dilupakan dalam kehidupan. Selain itu, Cebu juga menyerap wisatawan dari hal-hal yang tampaknya sangat sederhana yalah simpathi warga di sini. Saudari Celine - seorang wisatawan Inggris mengatakan: “Hal yang menarik saya  untuk  berwisata di Filipina yalah  desakan untuk menemukan satu kebudayaan di Asia Timur. Warga di Cebu sangat ramah. Bahkan, saya berteman dengan banyak orang baru. Di jalan-jalan, warga di sini juga melambai-lambaikan dan menuju dekat untuk omong-omong. Saya tidak meninggalkan pulau ini”.

Demikian penilaian Celine, bagaimana saudara-saudara, sudahkah siap untuk kunjungan ke  pulau Cebu?

Komentar

Yang lain