Menempuh kuliah di Vietnam, bekerja dalam Komunitas ASEAN: Impian nyata kaum pekerja Vietnam

(VOVworld) - Sekarang, jumlah mahasiswa Vietnam yang mendapatkan pendidikan di dalam negeri dan mencari lapangan kerja di negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara belum banyak. Pada latar belakang Komunitas ASEAN dengan resmi terbentuk membolehkan kaum pekerja yang berketrampilan tinggi di kawasan bebas melakukan mobilitas dan mencari lapangan kerja, apakah  kaum pekerja Vietnam bisa menggunakan peluang ini? 



Menempuh  kuliah di Vietnam, bekerja dalam Komunitas ASEAN: Impian nyata kaum pekerja Vietnam - ảnh 1
Para pekerja Vietnam membuat prosedur imigrasi di koridor  perbatasan Laos-Thailand
(Foto: vov.vn)

Pada tanggal 31 Desember 2015, seluruh ASEAN telah terbentuk menjadi satu komunitas “beranekaragam, tapi satu”. Komunitas ASEAN membolehkan kaum pekerja yang berketrampilan tinggi di kawasan Asia Tenggara bebas melakukan mobilitas dan mencari lapangan kerja melalui kesepakatan saling mengakui (atau Mutual Recognition), yang mendesak ialah dalam 8 bidang matapencarian yaitu kedoteran gigi, pramurukti, tenik, pembangunan, akutansi, arsitektur, survei dan pariwisata. Kesepakatan ini juga diiringi dengan tuntuan supaya kaum pekerja harus mengalami pendidikan dan jika fasih berbahasa asing, khususnya bahasa Inggeris akan lebih  bebas  bermobilitas. Sebagai warga negara dalam Komunitas ASEAN, para mahasiswa Vietnam memimpikan kejuruan-nya masing-masing. Vo Tri Thanh, mahasiswa  Sekolah  Menengah Kejuruan Teknik  Hung Vuong kota Ho Chi Minh dan Vu Hoai Nam, mahasiswa Akademi Pariwisata Hanoi memberitahukan tentang tujuan belajar dan  impian mereka:

“Yang penting dan mendesak ialah saya melihat harus memperbaiki kemampuan saya terlebih dulu. Ketika melakukan integrasi pada ASEAN, saya harus meningkatkan tarap pengetahuan tentang bahasa Inggeris, kemudian ialah kemampuan kejuruan. Saya memperhatikan dua persoalan itu”.

“Integrasi ASEAN membantu saya mempunyai persyaratan untuk mencari lapangan kerja di negara-negara lain di kawasan ASEAN. Saya suka bekerja di luar negeri. Saya berpeluang berwisata sekaligus belajar pengalaman dari negara-negara lain. Siapa tahu, dengan begitu, saya akan bisa membuka satu restoran Vietnam di luar negeri. Saya tetap selalu ingin membuka satu restoran sendiri”.

Meski begitu, di segi persaingan, kaum pekerja Vietnam punya tidak begitu banyak keunggulan. Satu bukti yang menunjukkan hal ini ialah sekarang jumlah mahasiswa  Vietnam yang mendapatkan pendidikan di dalam negeri dan percaya diri  mencari lapangan kerja di luar negeri belum banyak.  Sebagian besar kaum remaja Vietnam, kalau ingin bekerja di satu perusahaan multi-nasional atau bekerja di luar negeri sering harus menempuh kuliah di luar negeri atau sedikitnya  juga berpartisipasi pada program-program pendidikan jangka pendek di pusat-pusat asing untuk menambah khazanah  pengetahuan di  sekolah-sekolah pendidikan di Vietnam. Lebih-lebih lagi, pada kenyataannya, tarap pengetahuan bahasa Inggeris yang dimiliki oleh kaum pekerja Vietnam masih rendah sementara itu ada sedikit  pekerja  yang belajar bahasa dari negara-negara ASEAN seperti Thailand, Laos, Kamboja dan lain-lain. Itulah juga merupakan rintangan-rintangan dari persoalan ekspor pekerja yang berkualitas tinggi. Nguyen Son, Wakil Kepala Kantor Badan Pengarahan antar-instansi ekonomi tentang integrasi internasional dari Kementerian Industri dan Perdagangan Vietnam memberitahukan: “Saya juga setuju dengan pandangan yang menganggap bahwa Vietnam sedang kehilangan nilai pertambahan tinggi bagi kaum pekerja asing. Oleh karena itu, kami sangat menekankan tuntutan mengatur pekerjaan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pekerja Vietnam. Tentang persoalan ini, tidak hanya semata-mata masalah ialah bahasa asing, masalah pengetahuan, melainkan juga persoalan moral, kemampuan hidup. Kita harus mendidik barisan pekerja yang berkualitas  menyeluruh”.


Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Vietnam, banyak sekolah tinggi telah memperkuat kerjasama internasional, membantu para mahasiswa mengejar  tuntutan  perekrutan di kawasan Asia Tenggara. Doktor Nguyen Anh Thu, Wakil Rektor Insitutut Ekonomi dari Universitas Nasional Hanoi memberitahukan: “Perguruan-perguruan tinggi di Vietnam sekarang berharap mempersenjatai  pengetahuan maupun kemampuan bagi para mahasiswanya untuk di kemudian hari bisa segera mendekati pekerjaan kongrit. Misalnya, Institut Ekonomi dari Universitas Nasional Hanoi mengundang para pembicara di luar atau mengadakan kunjungan-kunjungan di  badan-badan usaha untuk para mahasiswa dan datang ke organisasi-organisasi dan kantor-kantor untuk bisa memutakhirkan situasi nyata. Di samping mata pelajaran, kami melakukan temu-temu pergaulan dengan para mahasiswa asing seperti Jepang, Australia. Tema-tema  yang untuk dibahas  adalah tema-tema yang sangat praktis seperti integrasi komunitas ekonomi ASEAN”.

Ketika  mengungkapkan  peluang-peluang  bagi  kaum pekerja Vietnam pada saat melakukan integrasi pada Komunitas ASEAN, saudara Le Hoai Thanh yang bekerja di Perusahaan ANT Engineering dan sedang  mengurus pelanggan di kawasan Asia Tenggara menegaskan: Peluang untuk pekerja Vietnam yang berketrampilan tinggi  masih banyak.

“Sekarang, pekerja yang berketrampilan di negara-negara seperti Singapura dan Malaysia sangat kurang. Karena mereka juga tersesat lebih banyak ke bidang-bidang keuangan, perbankan, marketing.  Ketika datang ke negara-negara itu, kita bisa cepat mengejar teknologi mereka dalam waktu 6 bulan, tapi mereka hanya membayar upah sebanyak separo upah dari warga Singapura, jelaslah mereka akan lebih memilih kita dari pada seorang Singapura. Oleh karena itu, peluang bagi Vietnam akan lebih banyak”.

Dengan adanya perubahan-perubahan di bidang pendidikan dan pelatihan, bersama dengan upaya keras dari para mahasiswa, diharapkan agar persoalan “menempuh kuliah di Vietnam dan bekerja dalam Komunitas ASEAN-impian nyata kaum pekerja Vietnam” akan menjadi kenyataan untuk banyak pekerja Vietnam.


Komentar

Yang lain