Monas- Jakarta menyerap kedatangan banyak turis

(VOVworld) - Dibangun pada tahun 1961 pada zaman Presiden Soekarno, Monumen Nasional (Monas) - Jakarta adalah proyek peringatan kemenangan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan Belanda pada tahun 1945. Terletak di jantung-nya Ibukota Jakarta, masa kini, Monas menjadi obyek wisata yang tidak bisa dilewatkan bagi semua turis ketika mengunjungi kota ini. Dari Monas, turis bisa memandangi seluruh panorama ibu kota dari atas ke bawah.


 Monas- Jakarta menyerap kedatangan banyak turis - ảnh 1
Menara Monas di jantung  Ibukota Jakarta.
(Foto www.skyscrapercity.com)

                                                               Efek suara.

Terletak di lapangan yang luasnya 100 Ha, Monas adalah satu menara yang tingginya 132 meter yang dibuat dengan batumarmar, di puncak-nya ada  lambang api kemenangan yang dibuat dengan 14,5 ton perunggu dan dipapisi dengan 50 kg emas. Mengambil ide dari arsitek berpaham erotipisme, arsitek Friedrich Silaban telah membagi menara Monas menjadi dua bagian yalah bagian badannya menurut lambang Linga (alat kelamin pria) dan bagian penyangga adalah lambang Yoni (alat kelamin perempuan). Bagian penyangga terletak di dalam tanah kira-kira 3 meter. Di bagian ini dibangun Moseum Nasional Indonesia. Dalam ruang dengan luasnya 640 meter persegi yang bisa memuat  kira-kira 500 orang, museum ini memamerkan pola visual, mengrestruksikan  sejarah Tanah Air Indonesia melalui berbagai tahap,

Turun metro dari pintu gerbang lapangan ke kaki menara Monas, keluarga saudara Muhammad berbaur pada arus manusia yang sedang antri untuk masuk Museum Nasional Indonesia. Baru pada jam 8.00 pagi, tapi jumlah orang yang antri masuk Monas telah mencapai kira-kira ratusan orang. Saudara Muhammad mengatakan:“Saya ke Jakarta dari pulau Kalimantan. Hari ini hari libur, keluarga kami mengunjungi Ibukota Jakarta, khususnya Monas. Saya menginginkan agar anak-anak saya tambah mengerti tentang sejarah Monas, melalui itu bisa lebih mengerti tentang sejarah Tanah Air”.

Sekarang, saudara Muhamamad dan keluarganya telah hadir di dalam museum tersebut, memulai kunjungan-nya. Museum ini dibangun menurut pola 51 buah jendela besar, setiap jendela mengilustrasikan kembali sejarah Indonesia, misal-nya dari prasejarah, zaman perjuangan membebaskan bangsa, membela kedaulatan Tanah Air sampai usaha pembangunan Tanah Air masa kini. Di ruang akhir museum ini ada satu ruang kecil yang bernama: “Ruang Merdeka”. Di dalam ruang ini dipamerkan Bendera Nasional dwi warna Putih dan Merah, Burung Elang, lambang Indonesia, peta nasional dan teks Proklamasi Kemerdekaan yang dipalisi  dengan emas yang disusun Presiden Sukarno pada tahun 1945. Di sini, selain keluarga saudara Muhamamad, ada banyak turis domestik dan mancanegara, diantaranya ada saudara Tena, turis dari Australia, semuanya sedang menonton film sejarah. Ini adalah untuk pertama kalinya, saudara Tena mengunjungi Indonesia. Tena mengatakan: “Saya hanya tinggal di Jakarta dua hari saja, saya telah memilih Monas sebagai tempat persinggahan pertama. Saya khusus menyukai sejarah di dalam Monas ini”.

Suasana dalam museum sangat sejuk. Karena ada lapisan batu marmar yang melindungi dinding sekitar, lantai dan kolam air buatan di atas museum. Kunjungan di museum memakan waktu kira-kira satu jam sebelum turis terus  naik tangga kecil ke permukaan Monas. Dari sini, turis harus antri untuk masuk ke satu lift ke permukaan Monas. Karena struktur Monas semakin menyempit ke puncaknya, maka hanya ada satu lift yang hanya bisa membawa 11 orang saja. Atika, seorang turis dari Surabaya dan teman laki-lakinya telah hadir di lantai puncak. Atika memberitahukan: “Saya telah antri kira-kira setengah jam untuk membeli tiket. Setelah itu menungu lift untuk ke puncak Monas dan turun.  Jangka waktuk unjungan  memakan waktu kira-kira dua jam. Meskipun ada banyak turis, tapi saya merasa bahwa ini merupakan kenang-kenangan yang patut dicatat”.

Badan Pengelolaan Monas memberitahukan bahwa pada hari biasa, jumlah pengunjung di Monas hanya dibatasi dengan kira-kira dari 1.500- 2000 orang saja untuk menjamin keselamatan. Namun, pada Hari Raya, jumlah turis meningkat berulang kali lipat karena ada banyak turis menuju ke Jakarta. Ibu Sri Yanti, Badan Pengelolaan Monas memberitahukan: “Pada Hari Raya yang panjang Idul Adha yang lalu, ada kira-kira 15.000 turis  yang  mengunjungi Monas. Tim penjaga kami berkoordinasi dengan Polisi daerah untuk menjaga keselamatan untuk kaum turis. Mayoritas turis sangat ingin sampai ke puncak Monas”.

Harga tiket di Monas sangat murah. Kalau tidak mau ke puncak Monas, alih-alih harus bayar 15.000 Rupiah (sama dengan kira-kira 2 dolar Amerika Serikat), Anda hanya bayar 5.000 Rupiah saja untuk bisa berkunjung di bagian bawah Monas. Selain waktu pembukaan dari 8.00 pagi - 15.00 sore, pada awal Mei lalu, Gubernur kota Jakarta telah memutuskan membuka Monas dari 19.00- 22.00 untuk menciptakan syarat kepada turis  supaya bisa memandangi seluruh kota pada malam.

Dalam waktu 41  tahun ini sejak pembukaan, Monas telah menerima puluhan juta turis. Monas masa kini menjadi lambang dari Indonesia pada umum-nya dan Jakarta pada khususnya. Di manapun di Jakarta, orang bisa menemukan visualisasi obor di puncak Monas yang ditempatkan pada tiang-tiang pintu kantor dan rumah penduduk.


Komentar

Yang lain