Anak tangga baru dalam konfrontasi Rusia – Barat

(VOVworld) – Pada Kamis (29 Januari), Menteri Luar Negeri (Menlu) negara-negara anggota Uni Eropa mengadakan sidang luar biasa di Brussels, Belgia. Titik berat sidang ini ialah memutuskan sanksi-sanksi baru terhadap Rusia bersangkutan dengan ketegangan-ketegangan yang meledak kembali pada waktu belakangan ini di Ukraina. Gerak-gerik ini dinilai akan memperdalam lagi kontradiksi antara Rusia dan Barat, bersamaan itu mendorong Ukraina tambah terjerumus ke dalam krisis.

Anak tangga baru dalam konfrontasi Rusia – Barat - ảnh 1
Rusia akan memberikan reaksi yang setimpal
(Foto: vnexpress.net)

Isi rancangan memperpanjang lagi sanksi terhadap Rusia selama 9 bulan (yaitu sampai Desember 2015) telah disusun untuk sidang luar biasa para Menlu Uni Eropa yang diselenggarakan pada Kamis (29 Januari). Para menlu Uni Eropa meminta kepada Komisi Eropa (EC) dan Badan Hubungan Luar Negeri Eropa (EEAS) supaya dalam waktu sepekan mengajukan lagi daftar orang-orang Rusia yang terkena sanksi. Keputusan resmi tentang perpanjangan sanksi terhadap Rusia akan dikeluarkan setelah sidang tersebut.

Sanksi yang dikenakan Uni Eropa terhadap Rusia sekarang dimulai sejak Maret 2014, setelah Rusia menggabungkan semenanjung Krimea, akan habis efektif pada Maret tahun ini. Sanksi ini terdiri dari pembekuan harta benda, larangan berwisata terhadap banyak warga Rusia dan Ukraina. Website Euobserver juga memuat informasi bahwa Uni Eropa telah sepakat memperluas lagi langkah-langkah pembatasan terhadap Rusia dan ada banyak kemungkinan satu sanksi ekonomi baru akan diesahkan.


Memperdalam kontradiksi

Bisa dilihat bahwa tekanan ekonomi terhadap Rusia sedang semakin meningkat pada saat Amerika Serikat dan Barat secara terus-menerus mengesahkan embargo-embargo yang lebih ketat. Sebelumnya, Amerika Serikat menyatakan bahwa negara ini mengeluarkan Rusia dari sistim pembayaran internasional (SWIFT).

Kalangan analis menilai bahwa jika langkah baru yang dilakukan Amerika Serikat dan para sekutu Baratnya tersebut menjadi kenyataan, maka ini akan menjadi satu pukulan keras terhadap perekonomian Rusia yang selama ini sedang harus menghadapi resesi. Moskwa akan menghadapi banyak kesulitan dalam semua aktivitas perdagangan internasional atau dalam melaksanakan kontrak-kontrak jual-beli barang dagangan dan jasa layanan dari para mitra asing. Pengeluaran Rusia dari sistim transaksi moneter internasional ini akan menimbulkan bahaya runtuh terhadap sistim perbankan Rusia. Sebelumnya, pada Selasa (27 Januari), Organisasi Pemeringkatan Internasional Standard & Poor’s (S&P) telah menurunkan tingkat perkreditan Rusia dari BBB- menjadi BB+, yaitu taraf tidak bernilai. Bursa efek Rusia segera menderita pengaruh yang serius dan mata uang Rubel terus jatuh. Ini untuk pertama kalinya selama 10 tahun ini, tingkat kepercayaan Rusia turun di bawah taraf rekomendasi investasi.

Untuk menghadapi peringatan-peringatan akan sanksi baru yang dilakukan Amerika Serikat dan Uni Eropa, Moskwa menyatakan bahwa reaksi Rusia adalah tidak terbatas dan memperingatkan bahwa semua kesempatan dialog akan ditutup. Ini merupakan pernyataan perang paling kuat yang dikeluarkan Moskwa kepada Washington selama ini.


Gerak-gerik menumpahkan lagi minyak pada api

Keretakan dalam hubungan antara Rusia dengan Amerika Serikat dan Barat terus meningkat setelah bentrokan di Ukraina Timur melanda luas. Sejak gencatan senjata yang ditanda-tangani pada 5 bulan lalu, pasukan pemberontak pro Rusia melakukan operasi untuk memperluas wilayah dan menggerakkan kembali pertempuran di Ukraina Timur dengan serangan-serangan total sehingga menewaskan ratusan warga sipil. Negara-negara Barat menuduh Rusia menyokong pasukan penuntut kemerdekaan di Ukraina Timur. Parlemen Ukraina mengesahkan pernyataan yang memprotes Rusia, bersamaan itu mengimbau kepada komunitas internasional supaya mengenakan sanksi-sanksi yang lebih kuat lagi terhadap Rusia dan meningkatkan bantuan kepada Kiev. Parlemen Ukraina juga meminta kepada komunitas internasional supaya memasukkan kelompok yang menamakan diri sebagai Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk ke dalam daftar organisasi teroris. Untuk menghadapi ketegangan baru di Ukraina Timur, negara-negara Barat telah melakukan gerak-gerik yang dianggap sebagai menumpahkan minyak pada api ketika terus memberikan senjata dan biaya kepada Kiev. Polandia menyatakan bahwa Warsawa bersedia menjual semua jenis senjata kepada Pemerintah Ukraina. Uni Eropa juga sepakat memberikan pinjaman sebanyak 1,8 miliar Euro (sama dengan 2 miliar USD) kepada Kiev, bersamaan itu membuka kemungkinan meningkatkan bantuan pada waktu mendatang. Banyak pemerintah di Eropa, yang menjadi pelopornya ialah Inggeris juga berencana memberikan paket-paket pinjaman jangka menengah dari 2015 sampai 2016 kepada Ukraina dengan total uang mencapai 2,6 miliar Euro.


Sanksi bukan solusi yang bisa membongkar sumbu krisis

Jelaslah, Ukraina sedang menghadapi banyak instabilitas yang paling mencemaskan sejak awal bentrokan sampai sekarang. Satu-satunya harapan untuk menyelamatkan perdamaian ialah permufakatan Minsk yang menjadi efektif sejak akhir 2014 sekarang semakin menjadi tidak berguna karena para pihak yang bersangkutan tidak beriktikat baik untuk melaksanakan komitmen-komitmennya.

Terhitung sampai sekarang, krisis politik di Ukraina telah menewaskan lebih dari 5.000 warga sipil, membuat jutaan orang lain harus mengungsi. Ekonomi Ukraina terperangkap ke dalam krisis yang serius, dengan devaluasi mata uang kira-kira 50%, inflasi naik sampai 25% dan GDP diprakirakan akan turun kira-kira 7%. Baik Pemerintah Ukraina maupun pasukan bersenjata di daerah Timur tidak bisa mengubah situasi karena sedang dikuasai oleh banyak faktor dari luar. Gerak-gerik sanksi baru yang dikenakan Amerika Serikat dan Barat terhadap Rusia sekarang tidak bisa membantu membongkar sumbu krisis di Ukraina. Semua perkembangan sekarang merupakan peringatan tentang ketegangan yang akan bereskalasi di luar dugaan di negara pantai Laut Hitam ini./. 

Komentar

Yang lain