Ekonomi dunia dalam menghadapi tekanan dari turunnya harga minyak

(VOVworld) - Selama 5 tahun ini,  harga minyak kasar di dunia  untuk  pertama kaliny turun drastis di bawah  USD 60  per barel, hanya sama dengan 50%  terbanding dengan harga sebelumnya dari jenis barang ini. Yang patut diperhatikan ialah sampai sekarang, perkembangan ini belum menunjukkan tanda-tanda  berhenti. Penuruan harga  minyak selama  beberapa hari akhir tahun 2014, meskipun  ada pengaruh-pengaruh positif  tertentu  terhadap ekonomi dunia, tapi  juga berpotensi sangat riskan. 


Ekonomi dunia  dalam menghadapi tekanan dari  turunnya harga minyak - ảnh 1
Harga minyak dunia turun.
(Foto:saovanggroup.com)

Minyak tanah dan gas bakar selalu merupakan komoditas strategis. Kalau harga berbagai komoditas  ini  turun drastis  selalu  menimbulkan dampak besar  dalam hal geo-strategi dan geo-ekonomi terhadap negara-negara yang menderita dampak dan negara-negara yang memperoleh keuntungan.

Dalam waktu lalu, harga  minyak  yang turun drastis  menimblkan keheranan  setelah  4 tahun lebih, harga  bahan bakar ini  selalu berada pada tarap hampir  USD  100 per barel.

  Sebab-musababnya.

Pasar minyak tambang dunia mulai menyaksikan   laju   turunnya harga  minyak setelah  pertemuan  Organisasi Negara-Negara Eksportir  Minyak Tambang  (OPEC)  yang mengontrol kira-kira 40% pasar minyak di dunia, pada 28 November lalu, di Wina (Austria), OPEC memutuskan akan  mempertahankan hasil produksi  minyak  tanpa memperdulikan rekomendasi dari beberapa  negara anggotanya ialah ingin memangkas hasil produksi untuk mencegah proses  turunnya  harga minyak kasar di pasar dunia.

  Pada saat  sumber  pamasokan ada kemungkinan turah, maka kebutuhan pemasaran perekonomian global  turun. Hal ini  juga berdampak kuat terhadap harga minyak kasar. Selain itu,  turunnya harga  “emas hitam”   tersebut   karena hasil  produksi eksploitasi di Amerika Serikat  meningkat, persaingan yang keras dari  bidang gas alam

  Namun,  Sekretaris Jenderal OPEC, Abdalla Salem el-Badri menilai bahwa  kalau  dibandingkan antara penawaran dan  permintaan, tarap peningkatan  penawaran adalah tidak seberapa dan  tidak  mengakibatkan   harga minyak kasar  turun sampai  50% seperti sekarang. Oleh karena itu,  ada banyak kemungkinan bahwa spekulasi  merupakan faktor yang mengakibatkan turunnya harga minyak.

Ada yang menganis, ada yang tertawa

Di aspek ekonomi,  yang paling banyak menikmati ialah negara-negara yang harus mengimpor minyak tambang dan gas bakar. Turunya harga minyak  pada tahun 2014 membantu banyak negara importir minyak besar seperti Tiongkok, Jepang, Republik Korea, Amerika Serikat dan membantu ekonomi dunia mencapai pertumbuhan lagi sebesar 0,5%.

Akan tetapi, rangkaian penurunan harga komoditas strategis ini secara berlarut-larut menciptakan pengaruh-pengaruh negatif terhadap banyak perekonomian di dunia. Menurut perhitungan Dana Moneter Internasional (IMF), Rusia adalah negara yang menderita pengaruh paling besar ketika minyak tambang masih menduduki 80% total nilai ekspor dan memberikan sumbangan sebesar 50% pada anggaran keuangan Rusia sekarang ini. Kalau harga minyak turun USD 1, maka anggaran keuangan Rusia kehilangan USD 2 miliar dan  sejak terjadinya krisis harga minyak hingga sekarang, anggaran keuangan Rusia kehilangan lebih dari USD 100 miliar. Dalam perkembangan terkini, mata uang Rusia  baru saja membuat pada dasar baru terhadap mata uang dollar Amerika Serikat karena harga minyak turun. Pada Senin sore (15 Desember), waktu Moskwa, mata uang Rouble Rusia  turun menjadi Rouble 60,49 terhadap USD 1, dengan demikian kehilangan nilai sebesar lebih dari 45% terhadap mata uang dollar Amerika Serikat.

Selanjutnya ialah Iran, hanya berhasil menyeimbangkan anggaran keuangan negara ketika harga minyak dipertahankan dalam taraf USD 136  per barel. Venezuela dan Nigeria hanya berhasil menyeimbangkan anggara keuangan dengan harga minyak sebesar  USD 120 per barel.

Harga minyak yang turun dratis juga membuat para investor dan negara-negara yang menemukankan tambang gas bakar baru merasa segan-segan. Mereka tidak mau melakukan investasi langsung pada tambang-tambang minyak baru karena tidak efektif. Justru di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan migas telah menghentikan aktivitas di 29 anjungan pemboran, angka paling banyak dalam waktu dua tahun ini. Di seluruh wilayah Amerika Serikat hanya tinggal 1.546 anjungan pemboran yang sedang beraktivitas terbanding dengan angka puncaknya sebesar 1.609 anjungan pada bulan Oktober.

Di bursa efek, lantai transaksi efek Amerika Serikat ada banyak sesi yang menjadi merah karena harga minyak kasar di dunia turun selama dua pekan ini. Indeks industri Dow Jones dari 30 grup badan usaha besar turun rata-rata 204 poin, sama dengan 1,2% menjadi hanya tinggal 17.391 poin. Sejak bulan Desember hingga sekarang, indeks Standard & Poor 500 telah kehilangan harga sebesar 4,9%. Indeks-indeks efek Eropa juga menderita pengaruh yang kuat.

Prediksi harga minyak pada waktu mendatang.

Pada latar belakang  harga minyak belum menunjukkan tanda-tanda pulih,  Badan Energi Internasional (IEA)  terus mengeluarkan prediksi yang tidak begitu  optimistis. Kongkritnya, menurut IEA,  kebutuhan pemasaran minyak kasar   global pada tahun 2015  mungkin turun dari 230 000 sempai 900 000 barel per hari. OPEC  juga menilai kebutuhan minyak  kasar  rata-rata pada tahun 2015  akan berada pada tarap paling rendah sejak  tahun 2004 dengan 28,15 juta barel per hari.

  Beberapa pakar memprediksikan bahwa jika OPEC  tidak cepat melakukan  intervensi,memangkas hasil produksi eksploitasi saban hari, harga minyak kasar dalam hal teknis, bisa turun menjadi dari USD 50-55  per barel, bahkan USD 40 per barel.  Namun,  dalam pernyataan terkini pada tanggal 15 Desember,  OPEC   menegaskan tetap akan tidak  memangkas  hasil produksi  atau mengadakan sidang darurat.

Dalam menghadapi gejolak rumit harga minyak, Pemerintah Vietnam telah proaktif  menghadapinya untuk menjamin penyelesaian target-target pertumbuhan. Menurut itu, Vietnam memperkuat  cadangan minyak kasar, bersamaan itu memperkuat pekerjaan  penelitian  dan prediksi untuk menyesuaikan  rencana  eksploitasi.

  Dengan  turunnya harga minyak, setelah bertahun-tahun ini  mempertahankan harga yang stabil  jelaslah ada tanda yang  positif dan tanda yang negatif terhadap  ekonomi dari banyak negara. Secara jangka panjang,  gejolak-gejolak  harga minyak menuntut kepada negara-negara   harus luwes, dan membatasi situasi tidak menguntungkan ketika  harga komoditas ini  tiba-tiba  turun berat./. 



Komentar

Yang lain