Mempersempit perselisihan tentang masa depan Eropa: Tugas yang tidak mudah dijalankan

(VOVworld) - Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa yang berakhir pada pekan lalu telah menyaksikan kontradiksi antara 27 negara anggota tentang masa depan Eropa. Pada latar belakang hari peringatan ultah ke-60 penandatanganan Traktat Pembentukan Uni Eropa yang sedang mendekat tanggal yaitu 23 Maret ini, situasi dimana negara-negara anggota tidak bisa menyepakati orientasi baru bagi Uni Eropa telah menunjukkan adanya perpecahan yang mendalam di antara negara-negara Uni Eropa. Ini juga merupakan hal yang tidak menguntungkan ketika Uni Eropa sedang memerlukan persatuan maksimal untuk bersama-sama mengadakan perundingan-perundingan bersejarah dengan Inggeris tentang masalah Brexit. 



Mempersempit perselisihan tentang masa depan Eropa: Tugas yang tidak mudah dijalankan - ảnh 1
Ilustrasi

Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa berakhir pada pada Jumat (10 Maret) setelah konferensi 27 negara anggota tanpa ada kehadiran Inggeris untuk berbahas tentang masa depan Eropa setelah Inggeris ke luar dari Uni Eropa (alias Brexit).

Pada konferensi ini, para pemimpin Uni Eropa telah berupaya untuk saling mendekati di atas dasar pendirian sendiri untuk menyusun satu pernyataan bersama yang dijadwalkan akan diumumkan  pada tanggal 25 Maret ini sehubungan dengan peringatan ultah ke-60 penandatanganan Traktat Pembentukan Uni Eropa di Roma, Italia. Namun, konferensi ini  berakhir tanpa ada naskah tentang masa depan Eropa  yang diajukan.


Perselisihan di sekitar satu Eropa multi laju
.

Skenario tentang satu Eropa multi laju menjadi isi yang menimbulkan perselisihan besar pada Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa ini. Skenario diajukan oleh Komisi Eropa dalam “Buku putih” tentang masa depan Eropa. Ketika memberikan penjelasan tentang ide ini, para pemimpin Eropa  mengakui bahwa negara-negara anggota Uni Eropa sekarang sulit untuk bisa bertindak dan punya fikiran sama maka perubahan merupakan hal yang perlu. Bersamaan itu, pengunduran diri Inggeris dari Uni Eropa juga merupakan tenaga pendorong bagi Eropa untuk menetapkan satu kerangka baru. Menurut itu, negara-negara anggota Uni Eropa bisa menentukan sendiri masalah-masalah yang bersangkutan dengan tarap integrasi dan konektivitas  blok.

Skenario ini menimbulkan perdebatan-perdebatan karena dianggap menyindir bermacam-macam kelas dari negara-negara anggota Uni Eropa. Terhadap beberapa negara yang punya perekonomian papan atas Eropa seperti Jerman, Perancis, Italia dan Spanyol, ide tentang satu Eropa multi laju dianggap menunjukkan satu kenyataan, mengajukan dasar hukum kepada negara-negara yang ingin melakukan integrasi secara lebih cepat. Kanselir Jerman, Angela Merkel menyatakan: Di Konferensi Tingkat Tinggi mendatang di Roma, pada tanggal 25 Maret ini, sehubungan dengan peringatan ultah ke-60 penandatanganan Traktat Pembentukan Uni Eropa, Uni Eropa akan harus menegaskan pandangan “beragam tapi satu”. Untuk merealisasikan ide tentang satu Eropa multi laju, menjelang Konferensi Tingkat Tinggi baru-baru ini, Kanselir Jerman, Angela Merkel dan para timpalannya dari Spanyol, Italia dan Presiden Perancis telah mengadakan pertemuan di Istana Versailles, Perancis. Pada pertemuan ini, Presiden Perancis, Francois Hollande menunjukkan bahwa “kesatuan tidak sama artinya dengan satu” dan beberapa negara anggota Uni Eropa bisa berjalan secara lebih cepat dan maju lebih jauh di bidang-bidang pertahanan dan tarif dan lain-lain…Sementara itu, Kanselir Jerman, Angela Merkel menegaskan satu Eropa dengan bermacam-macam laju  perkembangan adalah hal yang perlu. Eropa harus mempunyai keberanian untuk menerima beberapa negara yang berkembang lebih cepat dari pada negara-negara lain. Dan ini adalah hal yang harus dilakukan dalam proses  globalisasi sekarang.

Namun, dengan para anggota baru masuk Uni Eropa, ini merupakan satu ancaman karena soal menjunjung tinggi Uni Eropa “multi laju” akan menghentikan identitas dari satu persekutuan, membuka jalan bagi lahirnya bermacam-macam kelas dari negara-negara anggota, memperlebar kesenjangan antara Timur dan Barat terhadap masalah-masalah seperti imigrasi, moneter dan ketentuan hukum.  Polandia dan Hungaria takut  bahwa  jika mereka tidak ikut serta pada hubungan-hubungan “kerjasama yang meningkat”, maka akan dipinggirkan dalam proses mengajukan keputusan blok dan ada bahaya menjadi negara “kelas dua” dalam Uni Eropa. Perdana Menteri Polandia, Beata Szydlo menyatakan akan tidak mendukung ide satu Eropa multi laju. Polandia bertekat tidak menerima semua tindakan manapun yang menimbulkan kebutuhan pasar bersama, dari zona mobilitas bebas Schengen dan lebih-lebih lagi ialah dari Uni Eropa sendiri. Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi, empat negara Polandia, Slovakia, Czech dan Hungaria juga pernah berseru kepada Uni Eropa supaya memberikan perlakuan setara terhadap semua negara anggota.



Berseru kepada negara-negara anggota  supaya bersatu padu
.

Dalam menghadapi perselisihan-perselisihan yang menimbulkan perpecahan antarnegara anggota, Presiden Komisi Eropa, Jean Claude Juncker menenangkan bahwa  skenario Eropa multi laju tidak  bertujuan menciptakan “satu tembok baja baru”. Menurut Presiden Jean Claude Juncker, Uni Eropa tidak berniat mengubah traktat-traktat sekarang kerena pada kenyataannya satu Eropa multi laju sudah ada dengan buktinya ialah zona Eurozone atau ruang bersama Schengen. Ini adalah dua prestasi besar tentang kerjasama dalam Uni Eropa dan bukan semua negara anggota  bersama-sama ikut serta pada konektivitas ini. Namun, bagaimana pun, Presiden Jean Claude Juncker juga mengakui satu Eropa multi laju menimbulkan kerugian terhadap beberapa negara Eropa Timur.


Mempersempit perselisihan tentang masa depan Eropa: Tugas yang tidak mudah dijalankan - ảnh 2
Presiden Komisi Eropa, Jean Claude Juncker 
(Foto: Jacques Delors Institute).

 

Sementara itu, Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk berseru kepada  negara-negara anggota Uni Eropa supaya  berupaya  keras untuk menuju ke  usaha  menjaga solidaritas politik pasca Brexit. Dia menganggap bahwa juga ada alasan untuk berfikir tentang ide satu Eropa multi laju. Jika mempertimbangkan kepentingan-kepentingan komunitas 27 negara  pada latar belakang akan segera berlangsung perundingan-perundingan tentang Brexit dan kepentingan-kepentingan strategis yang berjangka panjang dari Uni Eropa, negara-negara anggota sebaiknya  bersama-sama berupaya keras untuk menjaga solidaritas politik antara 27 negara anggota.

Pada latar belakang belum ada dokumen tentang masa depan Eropa yang diajukan setelah Konferensi tersebut, perbahasan tentang masalah ini akan terus berlangsung. Namun, kalau  ingin Eropa bersatu padu dan berkembang, maka masalah mengungkapkan konsep Eropa “multi laju” harus benar-benar pandai, terutama ketika masalah-masalah seperti Eurozone, krisis migran telah menimbulkan perselisihan yang keras antarnegara anggota.


Komentar

Yang lain