Memundurkan tindakan IS: tantangan yang tidak kecil

(VOVworld) – Hanya dalam satu waktu yang pendek saja, organisasi ekstrimis yang menamakan diri sebagai Negara Khalifah Islamiyah (IS) telah menimbulkan huru-hara di banyak daerah yang luas di Irak dan sedang ada tanda-tanda memperluas tindakannya ke negara tetangga Suriah. Dalam laporan terkini yang diumumkan pada Rabu (27 Agustus), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan bahwa kaum militan IS telah melanggar kejahatan perang dan kejahatan anti umat manusia. Walaupun komunitas internasional telah melakukan tindakan dan memberikan reaksi awal terhadap ancaman IS, tapi usaha memundurkan tindakan organisasi ekstrimis ini bukan hal yang sederhana. 

Memundurkan tindakan IS: tantangan yang tidak kecil - ảnh 1
IS menyebarkan ketakutan di Irak
(Foto: reuters)

Komunitas internasional sedang semakin mencemaskan ancaman IS setelah serangan-serangan yang dilakukan kelompok ini di seluruh Irak dan khususnya ialah pembunuhan yang dilakukan IS terhadap wartawan Amerika Serikat, James Foley di Suriah. Hal yang lebih patut diperhatikan ialah kaum militan IS di Suriah untuk pertama kalinya memperkokoh kontrolnya terhadap seluruh provinsi Raqqa di Irak Utara, setelah menduduki pangkalan angkatan udara strategis al-Tabaqa. Pada hari-hari belakangan ini, kelompok tersebut juga menuju ke provinsi Aleppo dan mengontrol provinsi Deir Ezzor yang ada banyak minyak tambang. Kaum militan IS telah membunuh, menculik, menganiaya, melakukan perdagangan manusia yang bukan keturunan Arab dan orang yang bukan dari sekte Islam Sunni di Irak; merusak tempat-tempat kebudayaan dan agama. Ratusan orang telah mereka bunuh dan kira-kira 2.500 orang telah mereka culik sejak awal Agustus ini. IS juga memaksa anak-anak yang baru berusia 15 tahun untuk masuk serdadu dan menggunakan mereka sebagai perisai hidup.


Pembentukan satu koalisi internasional anti IS adalah hal yang perlu

Ketua Gabungan Kepala Staf Tentara Amerika Serikat, Jenderal Martin Dempsey berpendapat bahwa kaum militan ekstrimis IS merupakan satu ancaman terhadap keamanan di kawasan Timur Tengah, tapi akan cepat menjadi ancaman langsung tidak hanya terhadap keamanan Amerika Serikat saja, tapi juga keamanan Eropa. Oleh karena itu, pembentukan satu koalisi internasional anti IS sekarang adalah hal yang perlu. Untuk menghadapi kenyataan ini, 7 negara (yaitu Inggeris, Kanada, Albania, Kroatia, Denmark, Italia dan Perancis) sepakat bersama dengan Amerika Serikat memasok senjata kepada pasukan orang Kurdi di Irak Utara untuk melawan serangan-serangan kaum militan IS. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Jerman memberitahukan bahwa negara ini sedang berbahas dengan Amerika Serikat dan mitra-mitra internasional lainnya tentang kemungkinan melakukan aktivitas militer terhadap IS di Suriah, namun Berlin tidak akan berpartisipasi pada satu aktivitas intervensi militer manapun di tempat tersebut. Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Perancis, Laurent Fabius mendesak semua negara di kawasan dan Iran supaya bahu-membahu dengan negara-negara Barat untuk berjuang melawan pasukan pembangkang yang menamakan diri sebagai IS dan sedang merajalela di Irak dan Suriah. Komite Anti Diskriminasi Ras PBB juga meminta kepada Dewan Keamanan PBB supaya menggelarkan pasukan penjaga perdamaian ke Irak. Direncanakan, Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) akan mengadakan satu sidang darurat di Jenewa pada 1 September mendatang untuk membahas tindakan-tindakan kejam yang dilakukan IS dan kelompok-kelompok pembangkang lainnya di Irak.

Di medan perang, tindakan IS di Irak telah memaksa Amerika Serikat untuk melakukan serangan-serangan udara di Irak Utara sejak awal Agustus ini. Di negara tetangga Suriah, pesawat terbang Amerika Serikat juga mulai melakukan pengintaian di wilayah udara Suriah, pada saat kaum pembangkang IS sedang menderita banyak serangan udara yang sengit dari Pemerintah. Menurut pemberitahuan Amerika Serikat, mulai dari 8 Agustus ini, pesawat-pesawat tempur dan pesawat tanpa pilot Amerika Serikat melakukan puluhan serangan udara terhadap pasukan IS.


Kesulitan yang tidak kecil

Serentetan pejabat dan pakar keamanan berpendapat bahwa serangan yang dilakukan IS terhadap Amerika Serikat dan Barat hanyalah masalah waktu saja. Mantan Direktur CIA, Michael Hayden menilai bahwa serangan terhadap Barat akan menjadi cara yang digunakan IS untuk menunjukkan ambisinya. Oleh karena itu, pemberantasan IS menuntut kemampuan kesatuan dan kerjasama antara semua negara. Tapi pada kenyataannya, hal ini cukup sulit. Contoh tipikal ialah kalangan pejabat Amerika Serikat, pada 26 Agustus, membantah kemungkinan kerjasama dengan Damaskus untuk melawan IS di Suriah. Alasan yang dikeluarkan Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest ialah Amerika Serikat menganggap rezim pimpinan Presiden Bashar Al-Assad sebagai ancaman teroris. Sementara itu, para pemimpin militer Amerika Serikat sedang menyusun rencana untuk memberantas IS baik di Irak maupun di Suriah, termasuk juga satu operasi serangan udara. Pernyataan ini bagaikan satu guyeran air dingin terhadap Pemerintah Suriah setelah negara ini untuk pertama kalinya menyatakan bersedia bekerjasama dengan komunitas internasional untuk memundurkan kaum militan ekstrimis IS. Menlu Suriah, Walid Mualem memperingatkan bahwa Suriah tidak menerima serangan-serangan militer sepihak yang dilakukan Amerika Serikat atau negara-negara yang lain. Semua pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah akan dianggap sebagai tindakan agresi. Di Amerika Serikat sendiri, serentetan legislator meminta kepada Pemerintah pimpinan Presiden Barack Obama supaya meminta pendapat Kongres sebelum mencanangkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran IS di wilayah Suriah.

Hal yang lebih patut dicemaskan ialah pada pengumuman terkini pada  Kamis (28 Agustus), Pemerintah Amerika Serikat dan Australia bersama-sama memperingatkan situasi warga negaranya yang datang ke Suriah untuk masuk pada organisasi teroris IS. Seorang pejabat Amerika Serikat mengakui bahwa ancaman yang paling besar terhadap Amerika Serikat sekarang ialah kaum militan yang pulang kembali dan melakukan serangan-serangan teror. Sementara itu, Direktur Intelijen Australia, David Irvine memperkirakan bahwa kira-kira 60 warga negara ini telah menjadi anggota IS dan kelompok Al-Nusra (yang punya hubungan dengan Al-Qaeda). Selain itu ada 100 orang Australia yang sedang membantu jaring perekrutan anggota untuk organisasi-organisasi ekstrimis di Suriah dan Irak.

Pada saat pasukan IS sedang tidak henti-hentinya memperluas pengaruhnya, maka konektivitas internasional untuk mencegah langkah maju dari kaum militan ini merupakan hal yang perlu. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa untuk melakukan aktivitas ini secara berhasil guna bukanlah hal yang sederhana./. 

Komentar

Yang lain