Mencegah wabah Ebola: Tugas yang tidak mudah

  (VOVworld) - Tujuh bulan sejak pengidap wabah Ebola pertama ditemukan di Guinea (Maret 2014), sampai sekarang, wabah Ebola telah membuat lebih dari 4.000 orang di dunia mati. Laju  penularan  yang memusingkan kepala dari  wabah ini yang ditambah pula dengan keadaan belum ada vaksin, belum ada acara pengobatan telah membuat wabah Ebola sedang menjadi pandemi yang paling celaka selama beberapa dasawarsa ini. Meskipun komunitas internasional dari hari ke hari sedang berupaya mencegah penularan virus Ebola, akan tetapi hasil yang dicapai belumseperti yang diinginkan . 

Mencegah wabah Ebola: Tugas yang tidak mudah - ảnh 1
WHO memprakirakan  sampai November nanti, akan
ada kira-kira 20.000 pengidap virus Ebola.
(Foto:fenwayfocus.org)

Wabah Ebola menular melalui kontak dengan cairan dari tubuh pengidap. Pada Maret 2014, kasus terkena virus Ebola pertama dibenarkan  terjadi di Guinea. Setelah itu, negara- negara di Afrika Barat, seperti Liberia, Sierra Leone dan Nigeria terus-menerus mencatat pasien-pasien baru. Diantaranya, Liberia dinilai sebagai “lapangan maut” dari pengidap yang terkena virus Ebola dengan lebih dari 50% jumlah korban. Tidak hanya berhenti di daerah wabah di Afrika Barat, wabah Ebola telah muncul di Spanyol, Inggris dan Amerika Serikat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprakirakan  sampai November nanti, akan ada kira-kira 20.000 pengidap virus yang mematikan itu. Prosentasi kematian bisa mencapai 90%.

Wabah Ebola berpengaruh terhadap semua lapisan masyarakat di negara-negara terjadi wabah  Ebola

Setelah 7 bulan wabah Ebola meledak, Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Eliasson harus mengakui bahwa wabah Ebola sedang menenggelamkan kemajuan- kemajuan sosial- ekonomi dan tidak ada negara serta organisasi mana pun yang bisa sedirian memecahkan masalah wabah penyakit ini.

Pada sudut ekonomi, Bank Dunia (WB) memprakirakan, wabah Ebola bisa menimbulkan kerugian sebanyak lebih dari 30 miliar dolar Amerika Serikat terhadap Afrika Barat selama 2 tahun mendatang. Di Sierra Leone, Pemerintah negara ini memberitahukan bahwa kalau wabah Ebola masih berkembang seperti sekarang, kerugian pada tahun 2015 bisa sama dengan 8,9% GDP. Semua pengaruh akibat wabah Ebola terhadap perekonomian Sierra Leone membuat anggaran keuangan negara mengalami defisit dan semua dana investasi telah berbelok arah ke luar dari negara ini. Di Liberia, Dana Moneter Internasional (IMF) telah menurunkan tarap pertumbuhan GDP dari 5,9% menjadi hanya tinggal 2,5% pada tahun 2014.

Disamping itu, aktivitas-aktivitas perdagangan juga berkurang ketika beberapa negara, misalnya Pantai Gading atau Senegal, negara tetangga dari negara-negara yang paling serius menderira kerugian, akibat wabah Ebola harus menutup perbatasan untuk membatasi penularan virus ini. Ini merupakan penyebab yang membuat harga berbagai jenis barang pokok di negara-negara yang menderita pengaruh wabah Ebola meningkat dari 10-15%.

Salah satu diantara pengaruh-pengaruh paling besar terhadap negara-negara yang menderita pengaruh wabah Ebola yalah pasar tenaga kerja. Cabang industri eksploitasi mineral utama di Sierra Leone dan Liberia pada pokoknya bersandar pada tenaga kerja manual, pada masa belakangan ini, banyak buruh memilih  tinggal di rumah karena merasa cemas  akan terkena wabah Ebola.

Sekarang ini, ketika semua pengidap Ebola  telah bermunculan di Amerika Serikat, Spanyol dan Inggris, maka pengaruh-pengaruh terhadap ekonomi, akibat wabah Ebola akan tidak  hanya berada di kawasan Afrika Barat saja. Bahkan, pada Konferensi Tahunan yang dilangsungkan pada pekan lalu  yang diselenggarakan IMF dan WB, pencegahan wabah Ebola menjadi salah satu dari dua tema utama  yang dibahas di sini.

Memerlukan kerjasama global untuk mencegah penularan wabah Ebola

Ketika menghadapi kenyataan belum ada vaksin pencegahan, belum ada cara pengobatan yang berhasil-guna, ribuan pengidap virus Ebola dengan prosentasi kematian tinggi yalah 90%, Kepala Perutusan PBB memberikan reaksi darurat terhadap wabah Ebola, Anthony Banbury mengakui bahwa umat manusia sedang berlari di belakang virus yang mematikan ini. Pada latar belakang itu,  PBB  memprakirakan akan harus mengeluarkan biaya kira-kira 1 miliar dolar Amerika Serikat untuk  menghadapi epidemi Ebola. Ketua Majelis Umum PBB, Sam Kutesa menegaskan bahwa semua negara anggota perlu melipat-gandakan dua kali lipat upaya melalui komitmen-komitmen keuangan untuk menghadapi wabah  yang belum pernah ada  ini.

Setiap negara di dunia masing-masing dengan giat melakukan langkah-langkah sendiri untuk mencegah dan memberantas wabah ini setelah PBB memperingatkan agar pandemi Ebola semakin berkembang lebih serius. Para  pejabat kesehatan Uni Eropa akan mengadakan satu pertemuan pada Kamis  (16 Oktober) untuk membahas langkah-langkah guna menghadapi wabah ini, sementara itu, WHO pada Senin (13 Oktober) mendesak negara-negara di Asia Timur dan Pasifik supaya memperkuat langkah-langkah untuk membela warga negaranya menanggulangi wabah ini.

Di Vietnam, untuk bisa menghadapi wabah Ebola, Kementerian Kesehatan telah membuat rencana untuk mencegah dan menanggulangi wabah Ebola kalau ia masuk Vietnam dan menggelarkan latihan di kota Hanoi dan kota Ho Chi Minh. Untuk membantu Vietnam bisa menghadapi wabah Ebola, WHO dan Pusat pencegahan dan pengontrolan wabah Amerika Serikat juga menggalakkan Badan tersebut memenuhi secara darurat dalam mencegah dan menanggulangi wabah di Vietnam.

Bersama dengan komitmen tentang keuangan, pekerjaan dengan giat melakukan penelitian untuk membuat vaksin pencegahan dan penanggulangan wabah Ebola  sedang dilakukan oleh banyak negara di dunia. Menteri Kesehatan Rusia, Verorika Skovortsova memberitahukan bahwa Rusia berencana memproduksi tiga jenis vaksin anti Ebola dalam waktu 6 bulan mendatang. Sekarang, salah satu diantara-nya telah siap untuk percobaan klinis. Sementara itu, Pemerintah Kanada pada Senin (13 Oktober) mengumumkan mulai melakukan percobaan vaksin anti Ebola VSV-EBOV pada manusia. Hasil penelitian percobaan ini direncanakan akan dikeluarkan pada Desember mendatang.

Ketua Majelis Umum PBB, Sam Kutesa pernah menegaskan bahwa komunitas internasional harus bersatu-padu untuk mengusahakan solusi kreatif untuk mencegah penularan epidemi Ebola secara luas. Ini merupakan tugas yang tidak mudah, terutama pada latar belakang umat manusia sedang berlari di belakang virus yang mematikan ini./.


Komentar

Yang lain