Menegaskan hubungan persekutuan Jepang-AS

(VOVworld) - Hari Kamis (9 Februari), Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe akan memulai kunjungan di Amerika Serikat (AS). Ini adalah kepala pemerintahan asing pertama yang melakukan kunjungan resmi di AS setelah Donald Trump  dilantik menjadi Presiden pada tanggal 20 Januari 2017. Gerak-gerik diplomatik tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Jepang berinisiatif memperkokoh hubungan persekutuan dengan AS pada zaman Presiden Donald Trump, bersamaan itu mengumumkan kepada dunia bahwa  hubungan sekutu Jepang-AS  selalu mantap  dan kuat. 



Menegaskan hubungan persekutuan Jepang-AS - ảnh 1
PM Jepang, Shinzo Abe bertemu dengan Presiden terpilih AS, Donald Trump pada November 2016
(Foto: Jepan Times)

Kepala Kantor Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, pada Selasa (7 Februari), memberitahukan bahwa PM Shinzo Abe akan mengadakan perundingan dengan Presiden Donald Trump di Washington DC dan juga akan  mengunjungi  zona peristirahatan Presiden AS di Florida sebelum pulang kembali ke Jepang pada tanggal 13 Februari ini. Juga menurut Kepala Kantor Kabinet Jepang,  kunjungan PM Shinzo Abe ke AS kali  ini  merupakan peluang bagi kedua pemimpin tersebut membahas secara terus terang pandangan tentang hubungan bilateral dan mengumumkan kepada dunia bahwa hubungan sekutu Jepang-AS selalu mantap dan kuat. Yoshihide Suga menambahkan bahwa kunjungan PM Shinzo Abe di Florida ini bertujuan lebih memperdalam hubungan tepercaya pribadi antara  pemimpin dua negara tersebut.


Menegaskan kesinambungan hubungan persekutuan
.

Menurut rencana, isi-isi yang dibahas oleh dua pemimpin berfokus pada keputusan Presiden Donald Trump untuk ke luar dari Perjanjian Kemitraan Trans Pasifik (TPP) dan eskalasi ketegangan terhadap Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK). Selain itu, masalah-masalah tentang persekutuan militer, keuangan dan perdagangan, di antaranya mungkin ada ide tentang  satu perjanjian perdagangan bilateral atau masalah apapun yang diperlukan oleh dua pihak juga akan diungkapkan. Menurut kalangan analis, Pemerintah pimpinan Presiden Donald Trum sangat memperhatikan kunjungan PM Shinzo Abe, salah satu diantara  pertemuan-pertemuan puncak pertama dari Presiden AS yang ke-45 dan mulai diadakannya perundingan-perundingan perdagangan bilateral. Sementara itu, pihak Jepang juga memberitahukan: dua negara ini menyiapkan semua situasi  dalam melakukan kerjasama dengan  Presiden Donald Trump. Pada pembicaraan telepon dengan Presiden  Donald Trump pada tanggal 28 Januari lalu, PM Jepang, Shinzo Abe pernah menegaskan bahwa pada pertemuan yang akan datang dengan Presiden AS,  dia ingin  berbahas secara terus terang tentang masalah-masalah keamanan dan ekonomi.

Sudah sejak menjelang kunjungan PM  Shinzo Abe ke AS,  Menteri Pertahanan AS, James Mattis juga melakukan kunjungan di Jepang. Pada  semua pertemuan di Tokyo, Menteri James Mattis mengeluarkan banyak pernyataan menjamin  keamanan penting untuk Tokyo, hal yang sangat ingin didengar dari pihak  Pemerintah   pimpinan Presiden Donald Trump, di antaranya ada  soal menjaga secara mantap komitmen AS  dalam membela kepulauan Senkaku/ Diao Ju di Laut Huatung. Bukan begitu saja,  dalam satu komentar  di depan jumpa pers  pada tanggal 4 Februari  ini yang dianggap oleh kalangan otoritas Jepang sebagai heran, Menteri James Mattis  telah memuji  Jepang  sebagai  “model” dalam berbagi beban perbelanjaan  bagi  pasukan pendudukan AS. 

Problematik yang masih ada

Dalam kunjungan-nya di Jepang, meskipun Menteri James Mattis menegaskan tentang kesinambungan dari persekutuan, tetapi Tokyo mungkin belum sepenuhnya merasa tenang, terutama masih ada banyak destabilitas yang sulit diduga yang sedang muncul karena kebijakan Presiden AS batu Donald Trump yaitu “Negeri Amerika Serikat di atas segala-galanya” maupun semua komentar-nya  yang bersifat mengenai hubungan-hubungan persekutuan yang dekat.

Profesor Kazuhiro Maeshima, Universitas Sophie, peneliti kebijakan hubungan luar negeri dan masalah-masalah yang bersangkutan dengan Pemerintah AS menganggap bahwa “semua kecemasan masih selalu ada” karena semua komitmen bisa dibalikkan.

Kazuhiro Maeshima memperingatkan bahwa Jepang perlu hati-hati dan berupaya jangan membiarkan Donald Trump menggunakan komitmen menjamin keamanan di kepulauan yang disebut fihak Jepang sebagai Senkaku (sedangkan disebut dihak Tiongkok sebagai Diao Ju) sebagai troef tawar-menawar militer untuk merebut semua konsesi dari fihak Jepang, terutama dalam masalah-masalah ekonomi, seperti investasi langsung dari AS.

  Profesor Muda Ken Jimbo, Universitas Keio menilai bahwa kunjungan yang dilakukan oleh Menteri James Mattis di Jepang tampak-nya pada pokok- nya berfokus pada masalah berbagi pemahaman bersama dalam hubungan persekutuan dan tantangan-tantangan keamanan regional, “untuk memperuntukkan masalah-masalah lain bagi perbahasan-perbahasan di kemudian hari. Sebelumnya, dalam kampanye pilpres AS, Donald Trump pernah menyatakan meminta semua negara sekutu  supaya membayar uang kepada AS untuk mendapatkan jaminan keamanan.

Tentang hubungan ekonomi, masalah yang bahkan mendapat perhatian lebih banyak dari pada kerjasama militer, pada pokoknya, dua perekonomian saling berbaur pada tarap besar. Tapi, dengan pandangan bahwa TPP mempunyai banyak hal yang tidak menguntungkan terhadap kaum pekerja dan badan usaha di dalam negeri, Presiden Donald Trump telah dengan tegas ingin ke luar dari  permufakatan segera setelah dilantik. Sementara itu, PM Jepang, Shinzo Abe adalah seorang yang sangat hangat dengan TPP. Presiden AS yang ke-45 pernah mencela para produsen asal negara berbendera dan berbunga-bunga kurang kesempatan mendekati pasar mobil Jepang, bahwa Tokyo sedang menyalahgunakan kebijakan moneter untuk menurunkan nilai mata uang dolar AS.

Hanya beberapa jam sebelum upacara pelantikan Presiden terpilih AS, Donald Trump (20 Januari 2017), PM Jepang Shinzo Abe pernah menekankan bahwa persekutuan AS-Jepang adalah faktor kunci dan adalah “prinsip yang tidak berubah” dalam kebijakan keamanan dan hubungan luar negeri Tokyo. Oleh karena itu, sekarang ini, semua perhatian sedang memfokuskan Pertemuan Puncak antara dua pemimpin Shinzo Abe-Donald Trump, peristiwa yang mungkin mempengaruhi secara berarti “nasib” hubungan persekutuan yang berlarut-larut sampai beberapa dekade  ini. 


Komentar

Yang lain