Peringatan bahaya di semenanjung Korea

(VOVworld) – Latihan perang bersama tahunan antara Republik Korea dan Amerika Serikat dengan nama “Pembela Kebebasan Ulchi” diadakan dari awal pekan ini, tanpa memperdulikan ancaman-ancaman dari Republik Demokrasi Rakyat (RDR) Korea. Tidak seperti latihan-latihan perang bersama sebelumnya, pada latihan perang kali ini, untuk pertama kalinya digunakan strategi deterensi dengan hipotesa menghadapi ancaman nuklir langsung dari Pyong Yang. 

Peringatan bahaya di semenanjung Korea - ảnh 1
Masa depan yang jauh bagi penyatuan dua bagian negeri Korea
(Foto: petrotimes.vn)

Juga sama seperti latihan-latihan perang bersama sebelumnya, RDR Korea telah memberikan reaksi keras, namun kali ini reaksi itu tarafnya lebih tinggi. Karena menganggap latihan perang bersama ini sebagai satu persiapan untuk perang nuklir, RDR Korea mengancam akan melakukan serangan-serangan penangkalan terhadap Republik Korea kapan saja, bersamaan itu memperingatkan bahwa Seoul dan Washington akan harus membayar harga mahal atas tindakan-tindakan mereka.


Skala latihan perang yang besarnya belum pernah ada

Ini merupakan latihan militer yang berskala paling besar pada tahun ini yang dilakukan Amerika Serikat dan Republik Korea dan juga dianggap paling besar diantara latihan-latihan perang bersama selama ini. Strategi latihan perang bilateral ini disusun dalam perbahasan antara Menteri Pertahanan Amerika Serikat dan Republik Korea pada tahun lalu, menurutnya, dua pihak berpendapat harus berkoordiniasi untuk menghadapi Pyong Yang.

Sebelum latihan perang bersama Amerika Serikat – Republik Korea ini diadakan, RDR Korea telah meminta kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) supaya mengadakan sidang darurat, namun permintaan ini tidak dipenuhi. Pendirian yang konsekwen dari Republik Korea ialah latihan perang tahunan ini merupakan aktivitas kerjasama biasa antara Seoul dan Washington untuk meningkatkan kemampuan siaga tempur. Sebagai tanggapannya, Pyong Yang menyatakan bahwa jika PBB “sengaja tidak ambil peduli”, maka negara ini “memilih jalannya sendiri”. Pyong Yang juga menegaskan bahwa selama Amerika Serikat dan Republik Korea tidak membatalkan latihan-latihan yang bersifat provokatif terhadap Pyong Yang, maka perdamaian dan keamanan di semenanjung Korea tidak akan terjamin. Untuk menghadapi celaan-celaan Pyong Yang, Seoul juga mengeluarkan pernyataan keras yaitu akan memberikan balasan kuat terhadap semua provokasi dari saudara di sebelah Utara.


Peringatan yang tajam

Ketegangan di semenanjung Korea selama ini sudah “tegangbagaikan senar gitar”. Pada waktu belakangan ini, hubungan antara dua bagian negeri Korea menjadi tambah buruk setelah serentetan peluncuran rudal yang dilakukan Pyong Yang. Bahkan, menjelang latihan perang “Pembela Kebebasan Ulchi”, menjelang kunjungan yang dilakukan Paus Francis I ke Republik Korea untuk memimpin satu upacara mendoakan kerujukan antara dua bagian negeri Korea, Pyong Yang telah meluncurkan 5 rudal jarak pendek ke daerah laut di sebelah Timur. Terhitung sejak awal tahun hingga sekarang, RDR Korea telah melakukan 17 kali peluncuran rudal dengan total 105 buah rudal. Yang patut diperhatikan ialah kecepatan, jarak dan kemungkinan bahaya dari semua peluncuran rudal ini semakin menjadi baik. Pyong Yang dengan keras memperingatkan bahwa semua pasukan militer peserta latihan perang ini, seperti Gedung Putih, Pentagon, Kepresidenan Republik Korea beserta pangkalan militer di Republik Korea dan di seluruh negeri akan menjadi sasaran dari bermacam-macam jenis senjata ofensif modern yang dimiliki RDR Korea.


Langkah mundur dalam upaya memperbaiki hubungan antara dua bagian negeri Korea

Tidak bisa mengingkari iktikat baik RDR Korea dari awal tahun sampai sekarang pada berbagai perundingan. Pada bulan lalu, Pyong Yang memutuskan mengirim satu rombongan yang terdiri dari 700 orang yang adalah atlit dan pendukungnya untuk menghadiri ASIAD 17 di Incheon (Republik Korea) pada bulan Oktober nanti. RDR Korea juga sedang mempertimbangkan rencana menghadiri lokakarya ke-12 tentang Konvensi PBB mengenai keaneka-ragaman biologi yang direncanakan akan diselenggarakan di Pieng-chang, Republik Korea dari 29 September sampai 19 Oktober mendatang. Namun, ketegangan-ketegangan sekarang bisa memundurkan semua upaya memperbaiki hubungan antara dua bagian negeri Korea, karena pada kenyataannya, perundingan antar-Korea tingkat tinggi pada 19 Agustus ini tentang rencana re-uni keluarga-keluarga yang terpisah pasca perang Korea (1950-1953) tidak berlangsung sesuai dengan rencananya.

Harapan penyatuan dua bagian negeri Korea menjadi “Satu keluarga, satu bangsa” di atas dasar semangat kerujukan nasional, seperti doa yang dilakukan Paus Francis, tampaknya sulit menjadi kenyataan. Perdamaian hanya bisa dicapai melalui dialog, bukan-lah demonstrasi-demonstrasi kekuatan. Tapi sayangnya, semua ketegangan sekarang sedang membuat upaya mengusahakan solusi untuk meredakan ketegangan antara dua bagian negeri Korea menjadi berlipat-ganda sulitnya./. 

Komentar

Yang lain