Prospek kerjasama ekonomi AS-Tiongkok pada masa bakti Presiden Donald Trump

(VOVworld) – Sejak Donald Trump resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), kalangan pengamat percaya bahda hubungan AS-Tiongkok akan mengalami lagi banyak gejolak pada masa depan yang dekat, terutama di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. 


Prospek kerjasama ekonomi AS-Tiongkok pada masa bakti Presiden Donald Trump - ảnh 1
Ilustrasi
(Foto: internet)

Hubungan AS-Tiongkok sekarang ini adalah hubungan yang paling penting bagi dua negara maupun di forum dunia. Ini adalah dua maujud ekonomi yang menduduki posisi pertama dan posisi kedua di dunia, tapi selalu mengandung kontradiksi dan perselisihan karena kepentingan masing-masing negara. Karena garis politik dan kebijakan yang dijalankan oleh Partai Republik berlainan dengan Partai Demokrat, maka para analis dan komentator internasional menyatakan bahwa produk-produk tentang hubungan luar negeri  pada periode Presiden Barack Obama, di antaranya ada hubungan AS-Tiongkok akan mengalami deregulasi-deregulasi tertentu pada masa mendatang.


Masalah-masalah yang masih ada dalam hubungan perdagangan AS-Tiongkok

Di samping serentetan masalah-masalah yang masih ada dalam hubungan antara dua negara seperti hubungan negara besar tipe baru, strategi menyeimbangkan kembali Asia, di antaranya AS berusaha mengekang Tiongkok di Laut Timur, Laut Hoatung dan Pasifik Barat serta masalah Taiwan dan lain-lain, maka satu masalah yang menonjol dalam hubungan kerjasama antara dua negara sekarang ini ialah ketidak-seimbangan dalam neraca perdagangan. Harga impor antara dua negara selama ini mempunyai perbedaan besar. Pada saat AS mengenakan tarif impor dari 2 sampai 3%, maka tarif impor yang dikenakan oleh Tiongkok sebesar dari 3 sampai 9%. Menurut pandangan AS, walaupun menjadi anggota Organisasi Perdagangan Sedunia (WTO), tapi, Tiongkok tidak menaati berbagai ketentuan perdagangan dari WTO sehingga tidak menguntungkan AS di bidang perdagangan. Terhitung sampai waktu sebelum Barack Obama meninggalkan Gedung Putih, hubungan perdagangan antara dua negara dinilai berada dalam taraf yang paling rendah selama 15 tahun ini.

Oleh karena itu, sejak dilantik, Donald Trump telah mengeluarkan pernyataan-pernyataan keras yang bersangkutan dengan masalah ini. Pada hari pertama menjadi presiden, dia telah membimbing Kementerian Keuangan AS supaya memasukkan Tiongkok ke dalam daftar negara-negara yang mendominasi moneter untuk diberi langkah sanksi. Dia menyatakan bahwa nilai mata uang Yuan ditetapkan dalam taraf yang rendah dari 20-45% terbanding dengan nilai tiel sehingga barang dagangan Tiongkok mendapat keunggulan kompetitif yang lebih tinggi. Dan oleh karena itu, kalau Tiongkok tidak  menngoreksi cara berperilaku, dia akan mengenakan tarif  sebanyak 45% terhadap barang dagangan yang diimpor dari Tiongkok. Selain itu, Donald Trump juga menyatakan bahwa kesalahan yang paling besar dari AS selama 100 tahun ini ialah menyetujui masuknya Tiongkok ke dalam WTO. Selama 10 tahun ini, sejak masuk WTO, Tiongkok telah mengambil lebih dari 70.000 badan usaha dari AS, oleh karena itu, Presiden baru AS akan melakuan langkah-langkah yang keras.

Sikap  keras Donald Trump bukanlah tidak ada dasarnya. Tiongkok semakin tidak akrab dengan badan usaha asing pada umumnya dan badan usaha AS pada khususnya, sebagian karena Beijing mulai menggelarkan secara besar-besaran strategi merebut badan usaha asing. Semua perusahaan Tiongkok, dengan bantuan keuangan dari  negara sedang menggelarkan serentetan perebutan badan usaha asing di bidang-bidang ekonomi yang ditetapkan oleh Beijing sebagai “kunci” dalam strategi memodernisasi industri dengan nama “Made in China 2025” sehingga menimbulkan banyak kecemasan di arena politik AS.


Prospek yang tidak begitu cerah dalam panorama ekonomi AS-Tiongkok

Bisa dilihat bahwa hubungan AS-Tiongkok selama ini masih  berputar di sekitar pola pokok ialah “bekerjasama dengan perjuangan, berjuang untuk bekerjasama”. Kalangan pengamat menyatakan bahwa pola ini akan ditetuskan pada masa bakti Presiden Donald Trump. Akan tetapi, sebagai seorang wirausaha, pastilah bahwa Donald Trump akan lebih memprioritaskan semua kepentingan ekonomi dan sengketa dagang antara AS dan Tiongkok direncanakan akan meningkat pada masa bakti pimpinan Donald Trump kalau dua pihak tidak bersedia saling memberikan konsesi dan melakukan perundingan. Tetapi, untuk bisa menerapkan langkah-langkah keras tentang perdagangan terhadap Tiongkok  juga merupakan masalah sulit yang perlu dipertimbangkan oleh Donald Trump. Ancaman mengenakan tarif sebanyak 45% terhadap barang dagangan yang diimpor dari Tiongkok tidak mudah dilaksanakan karena hal itu bisa membangkitkan langkah-langkah balasan dari Tiongkok sehingga menimbulkan kerugian terhadap banyak cabang industri AS. Dalam kenyataannya, Beijing pernah memperingatkan bahwa Tiongkok akan menghapuskan kontrak pembelian pesawat terbang Boeing, melarang telepon genggam, menghentikan impor jagung dan kedelai kalau Donald Trump melancarkan perang perdagangan terhadap Tiongkok. Akan tetapi, masalah yang lebih mendalam  ialah barang yang diekspor Tiongkok ke AS seperti barang elektronik, tekstil-produk tekstil dan lain-lain sebagian besarnya tidak diproduksi oleh AS lagi atau adalah barang dagangan yang diproduksi oleh badan usaha AS di Tiongkok.Pengenaan tarif yang tinggi mungkin juga menimbulkan kerugian terhadap konsumen AS.

Sejak dulu hingga sekarang, Beijing selalu keras dalam menghadapi tekanan dari luar, sedangkan Donald Trump mau membuktikan kepada pemilih AS bahwa dia akan lebih keras terbanding dengan pendahulunya. Oleh karena itu, hubungan ekonomi dan perdagangan AS-Tiongkok pada masa mendatang mungkin akan mengalami banyak pasang-surut yang dramatis dan bisa menimbulkan pengaruh yang tidak kecil terhadap perekonomian global. 

Komentar

Yang lain