Adat memberi nama bayi di kalangan orang etnis minoritas Giay

(VOVworld) – Dalam kehidupan, orang etnis minoritas Giay selalu menaruh perhatian khusus pada bayi. Menurut fikiran orang Giay, setiap bayi yang dilahirkan akan memberikan kegembiraan besar kepada keluarga. Harapan mereka termanifestasikan dalam upacara memberi nama bayi, satu ritual khas yang kental dengna identitas budaya etnis Giay. 

Adat memberi nama bayi di kalangan orang etnis minoritas Giay - ảnh 1
Bayi akan disambut hangat oleh seluruh sanak keluarga
(Foto: dulichsapa365.vn)

Menurut adat istiadat orang etnis Giay, bayi akan diberi nama setelah usianya genap satu bulan. Mereka berpendapat bahwa upacara ini diadakan tepat pada usia bayi sudah genap satu bulan berarti segala hal sudah sangat memuaskan. Orang Giay tidak terlalu “mementingkan kaum pria dan meremehkan wanita”, tidak membedakan perlakuan terhadap bayi laki-laki atau bayi perempuan, tapi biasanya upacara memberi nama anak sulung akan diadakan secara lebih khidmat dari pada kepada adik-adiknya. San A Son, seorang warga etnis Giay di kota Lao Cai, memberitahukan: Biasanya upacara memberi nama anak sulung diadakan setelah 30 sampai 33 hari sejak lahir. Jika tidak cukup waktu atau tanggalnya tidak bagus, maka mereka akan mencari tanggal yang baik untuk upacara ini. Pada upacara ini, keluarga biasanya mengundang keluarga dari dua pihak dari orang tua bayi serta seluruh marga dan upacara ini relatif besar”.

Terbanding dengan etnis-etnis lain, upacara memberi nama di kalangan orang Giay lebih sederhana, tidak memerlukan dukun bagi upacara ini. Benda persembahyangan terdiri dari daging babi, daging ayam, dupa, bunga, dll. Setelah persiapan selesai, acara ritual memberi nama bayi dimulai. Pada bagian pertama, kakek dan nenek atau kakak wanita dari bapak bayi akan menggendong bayi dan bersujud di depan altar pemujaan untuk melaporkan kepada nenek moyang. San Chang, seorang peneliti tentang etnis Giay, memberitahukan: 
Bapak bayi akan membawa satu talam, diatasnya terletak 8 cangkir arak berwarna, satu tempat dupa dan satu mangkok beras. Di atas mangkok beras ini ada sebuah telur yang didirikan tegak. Kemudian keluarga akan meminta para lansia untuk mencarikan nama untuk bayi. Siapa yang paling tua akan memberi nama bayi. Setelah itu dia akan menjatuhkan sedikit beras di atas telur ini. Jika butir beras bisa berdiri di atas telur berarti nama yang diberi kepada bayi itu diterima. Jika tidak, maka seorang lansia lain akan diminta untuk memberi nama bayi.

Khususnya nama bayi ini tidak boleh sama dengan nama dalam marga dalam tiga generasi. Setelah mendapat nama bayi, semua peserta akan meminum arak di talam tersebut akan memberikan kado serta ucapan selamat kemujuran kepada bayi. Kado ini bisa berupa gelang, koin perak atau uang tunai dan kue, dll, memanifestasikan perhatian dari sanak keluarga dan tetangga kepada bayi ini.

Nama panggilan sesuai dengan nama anaknya merupakan satu kebanggaan dan jika dipanggil dengan nama lama, maka hal itu dianggap sebagai penghinaan.

Upacara memberi nama bayi tidak hanya merupakan satu adat saja, tapi juga mengandung banyak makna yang suci. Nama harus diberikan oleh kakek-nenek atau seorang lansia di pihak keluarga suami, bukan oleh ayah dan ibu bayi sendiri. Hal ini memanifestasikan peralihan terus-menerus dari generasi lansia – muda, orientasi dan ketertiban marga.

Upacara memberi nama bayi merupakan satu adat istiadat yang indah dan tetap dilestarikan komunitas orang etnis Giay sampai dewasa ini. Ritual ini turut memperkaya dan menganeka-ragamkan khasanah budaya adat istiadat etnis Giay./.

Komentar

Yang lain