Kain ikat Cham yang ditenun menjadi pakaian etnis minoritas Nung

(VOVworld) -  Para gadis etnis minoritas Nung sudah sejak kecil telah diajar oleh nenek dan ibu-nya cara menanam pohon kapas, menenun kain, menyulam dan lain-lain.... Menurut adat- istiadat tradisional etnis minoritas Nung, anak perempuan  dewasa dalam keluarga kalau tidak tahu menenun kain, menjahit baju dan sarung, maka tidak mudah memiliki suami. Adat-istiadat ini masih tetap dipertahankan oleh warga etnis minoritas Nung di banyak daerah untuk  melestarikan dan mengembangkan identitas etnisnya. 

Kain ikat Cham yang ditenun menjadi pakaian etnis minoritas Nung - ảnh 1
Gadis etnis minoritas Nung dalam pakaian kain ikat Cham.
(Foto : trenzi.vn).

Pekerjaan menjahit dan menyulam pakaian sangat dihargai oleh para wanita etnis minoritas Nung. Ketika melihat pada jahitan, orang bisa mengetahui bagaimana ketrampilan gadis itu . Ketika menikah, semua gadis etnis minoritas Nung membawa selimut dan bantal buatan sendiri ke keluarga suami, menganggap itu sebagai “mas kawin” untuk kebahagiaan pasangan suami-istri. Semua pakaian, motip dan hiasan  disulam secara manual di atas kain  ikat Cham (atau kain ikat biru nila) tradisional.  Sebagian besar  warga etnis minoritas Nung menjahit pakaian untuk diri sendiri. Ibu Nong Thi Hoa, etnis minoritas Nung di kabupaten Cao Loc, propopinsi Lang Son memberitahukan:“Dulu, menurut tradisil, warga daerah setempat menanam pohon kapas, memaneni dan mengeringkan-nya, kemudian membuat benang dan menenun kain. Semua tahap dilakukan oleh para wanita. Tapi sekarang ini, di pasar sudah  dijual banyak benang,  kami hanya membeli nya dan menenun.  Tapi membuat kain  ikat Cham memakan banyak waktu”.

Warga etnis minoritas Nung  di Vietnam Utara selalu menenun kain Diem Bau (satu jenis kain yang dicelup dengan daun pohon Cham) untuk menjahit pakaian. Tapi, setiap cabang warga etnis Nung mempunyai cara menjahit, cara menghiasi pakaian, mengurangi motip, menciptakan ciri khas pada pakaian-nya. Kalau tahap memproduksi kain sangat teliti, memakan banyak tenaga, maka tahap menjahit dan menyulam pakaian juga menuntut teknik yang cermat dan teliti.

Biasa-nya, para wanita kelompok Nung Phan Slinh ketika menyulam pakaian tidak menggunakan bingkai bordir. Yang pandai menyulam akan menghasilkan kain sulaman yang awet dan tahan lama, memanifestasikan keprigelan wanita. Sebgian besar sarung bantal dan selendang juga disulam dengan  berbagai jenis motip, menuntut keprigelan dan ketelitian, haluan-nya dan telitinya sampai pada setiap ciri yang kecil. Oleh karena itu, pakaian- pakaian  dari warga etnis minoritas Nung tampak sederhana, tapi santun dan menonjolkan kecantikan wanita etnis minoritas Nung. Pelukis Dao Thi Tuyen yang mempunyai hobi mengoleksi pakaian-pakaian etnis-etnis memberitahukan: “Sudah sejak lama, kain ikat Cham telah menciptakan gaya lemah lembut dalam pakaian gadis etnis minoritas Nung, memuliakan keindahan kain ikat. Semua motip kain ikat dengan bermacam-macam warna-warni, disulam secara pandai di atas kain ikat Cham yang sederhana telah menghasilkan “jiwa” dari setiap pakaian”.

Luong Van Thiet, peneliti kebudayaan etnis minoritas Nung, Museum Etnologi Vietnam memberitahukan bahwa menghadapi kecenderungan kejuruan menenun kain, menjahit pakaian tradisional mengalami keausan, warga etnis minoritas Nung di propinsi Lang Son  telah membentuk berbagai kelub dan bengkel menjahit pakaian tradisional untuk dijual kepada turis dan ini juga merupakan cara supaya warga etnis minoritas Nung menjaga  identitas tradional etnis-nya.


Komentar

Yang lain