Penyair Hung Dinh Quy dan kisah tentang tiang bendera di puncak gunung Lung Cu”

(VOVWORLD) - Pada tahun 2010, Daerah Dataran Tinggi Karst Dong Van, Provinsi Ha Giang mendapat pengakuan UNESCO sebagai Geopark Global. Juga pada tahun itu, tiang bendera Lung Cu, situs peninggalan sejarah yang menegaskan kedaulatan nasional juga dibangun secara mantap, menjadi destinasi wisata yang suci.  Melihat bendera merah berbintang kuning yang berkibar-kibar  di menara di puncak gunung, banyak orang ketika datang ke sini merasa  terharu atas simbol yang suci ini, tapi sedikit orang  yang mengenal bahwa orang yang berjasa membangun jalan menuju ke Lung Cu dan membangun tiang bendera di puncak gunung ini ialah penyair warga etnis minoritas Mong, Hung Dinh Quy. 
Penyair Hung Dinh Quy dan kisah tentang tiang bendera di puncak gunung Lung Cu” - ảnh 1 Bapak Hung Dinh Quy (Foto: dongvan.gov.vn)

Dalam kunjungan kembali di Provinsi Ha Giang kali ini, kami bertemu dengan saudara Hung Dai Ky, Wakil Kepala Pusat Kebudayaan Provinsi Ha Giang, anak laki-laki penyair Hung Dinh Quy. Dia mengantar kami mengunjungi keluarga penyair Hung Dinh Quy di Kecamatan Phong Quang, Kabupaten Vi Xuyen, jauhnya kira-kira 10 kilometer dari Kota Ha Giang. Penyair Hung Dinh Quy pada tahun ini sudah berusia 82 tahun. Dia pernah menjadi pemimpin di Provinsi Ha Giang, tapi tetap hidup di rumah Trinh Tuong (rumah tradisional dari etnis Mong) bersama dengan istrinya warga etnis minoritas Lo Lo. Pada 60 tahun lalu, kisah asmara pasustri ini pernah terkenal di seluruh daerah, karena dia adalah warga etnis minoritas Mong pertama yang berani meninggalkan adat istiadat lama untuk memperistri seorang perempuan etnis minoritas Lo Lo. Dia menceritakan bahwa dalam hidupannya ada dua peristiwa besar yaitu ikut membangun jalan ke tiang bendera Lung Cu dan memperistri muridnya yang adalah warga etnis minoritas Lo Lo. Di antara tiga orang anak laki-lakinya, dia memberikan nama kepada anak laki-laki bungsunya ialah “Dai Ky” artinya  bendera besar dan itu juga merupakan kenang-kenangan yang paling besar dalam hidupannya. Dia menceritakan bahwa pada waktu itu, jalan ke bumi yang suci ini sangat miring, sepenuhnya adalah gunung batu dan jurang yang berbahaya. Oleh karena itu, belum ada yang berani berpikir membuat jalan ini. “Pada waktu itu, saya adalah Wakil Ketua Komite Rakyat kabupaten yang membawa rombongan pejabat dari kotamadya Pho Bang ke tiang bendera. Pada waktu itu, hanya ada jalan tikus dan sangat sulit ditempuh. Saya berpikir bahwa kalau membuat satu jalan dari Kecamatan Ma Le ke Lung Cu, lalu ke tiang bendera di paling ujung sebelah utara Tanah Air, andai kata masih hidup, Paman Ho akan merasa sangat gembira. Setelah membawa rombongan pejabat ini kembali, saya menyampaikan laporan dan mendapat persetujuan dari kolektif Komite Rakyat dan menugasi saya menjadi kepala badan pembangunan jalan ini”.

Antusias menerima tugas, tapi ketika berbahas tentang opsi kongkrit, dia merasa khawatir. Pada waktu itu, hanya dua bulan lagi sampai Hari Raya Tahun Baru Tradisional Imlek (Hari Raya Tet), maka kalau membuat jalan menurut cara lama akan sulit selesai sebelum Hari Raya Tet. Pada waktu itu, dia berpikir tentang cara “memborongkan” kepada warga etnis minoritas Mong, membagi 13 kilometer jalan ini kepada beberapa kecamatan, lalu setiap kecamatan memborongkan kepada setiap kepala keluarga, dengan demikian, kepala keluarga yang anggotanya banyak membuat jalan panjangnya kira-kira 7 meter dan yang sedikit anggotanya membuat 3 meter.  Setelah selesai dibahas, tidak menduga bahwa pada hari membuat jalan, warga dari 19 kecamatan di kabupaten memberikan dukungan hangat dan hanya dalam waktu sebulan saja, jalan ini telah selesai dibangun. Ketika jalan sudah selesai dibangun, dia ditugasi menyelenggarakan acara peresmian karena untuk pertama kalinya dalam sejarah Kabupaten Dong Van, ada mobil yang datang sampai  ke kaki tiang bendera. Pada waktu itu,  ada satu bendera kecil dipersiapkan di panggung, tapi ketika melihat jalan yang baru dibangun adalah jalan lebar dan untuk menegaskan kedaulatan nasional memperlukan ada satu tiang bendera yang lebih besar. Kata-kata harus seiring dengan perbuatan, Bapak Hung Dinh Quy mengerahkan 20 pemuda mencari satu pohon cemara yang panjangnya 15 meter, diameternya 20 centimeter untuk membangun tiang bendera yang tinggi di puncak gunung Rong.

Pada pukul 16.00 tanggal 11 Januari tahun 1978, bapak Hung Dinh Quy yang pada waktu itu adalah Wakil Ketua Komite Rakyat Kabupaten Dong Van dan bapak Ly Sia Po, Wakil Ketua Kecamatan Lung Cu mendapat kehormatan menaikkan bendera. Sejak itu, bendera nasional yang luasnya 54 meter pesegi yang menjadi simbol bagi 54 etnis sesaudara di Viet Nam selalu  erkibar-kibar di puncak gunung Lung Cu. Ketika mengenangkan kembali saat bersejarah itu, penyair Hung Dinh Quy masih merasa sangat terharu: “Saya merasa bangga menjadi orang pertama yang menancapkan tiang bendera Lung Cu di puncak gunung yang menjadi tiang bendera nasional dewasa ini. Di kemudian hari, menurut saranan dari Presiden Negara Nguyen Minh Triet, Provinsi Ha Giang telah menggerakkan badan-badan usaha dan warga negara seluruh negeri supaya bersama memugar tiang bendera Lung Cu menjadi tiang bendera nasional yang berskala besar seperti dewasa ini”.

Tiang bendera Lung Cu telah mengalami pemugaran berkali-kali, tapi ukurannya tetap dipertahankan dengan angka 54 meter persegi. Bendera yang dipasang saat membuat jalan yang pertama sekarang sedang disimpan di Museum Provinsi Ha Giang. Tiang bendera Lung Cu dewasa ini dibangun baru dan megah tingginya sampai 33,15 meter.

Sekarang ini, walaupun usianya sudah lanjut dan kesehatannya sudah tidak seperti dulu, tapi bapak Hung Dinh Quy tetap berharap akan mendapat kesempatan untuk mengunjungi kembali tiang bendera Lung Cu. Dia menyatakan bahwa Presiden Ho Chi Minh merupakan sumber ilham bagi para pejabat dan rakyat Provinsi Ha Giang berhasil membangun jalan-jalan yang bersejarah, karena Beliau adalah orang yang telah memberikan nama ke pada jalan dari Ma Pi Leng ke Daerah Dataran Tinggi Karst Dong Van-Meo Mac adalah jalan Hanh Phuc(Jalan bahagia) dengan arti membawa kehidupan cukup sandang, cukup pangan kepada rakyat berbagai etnis di Provinsi Ha Giang. Di kemudian hari, walaupun memangku banyak jabatan, menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Informasi, menjadi Ketua Asosiasi Seni-Sastra Provinsi Ha Giang, dia menyediakan banyak waktu untuk menciptakan sajak tentang Presiden Ho Chi Minh. Dia telah menciptakan kumpulan sajak “Warga etnis Mong mengenangkan Paman Ho” dan yang terkini ialah kumpulan sajak “Bunga mengembang di atas batu” untuk menyatakan perasaan yang diberikan oleh warga etnis minoritas Mong terhadap Presiden Ho Chi Minh. Dia menyatakan bahwa perasaan itu akan menemani dia seumur hidup.  

Komentar

Yang lain