Saudari Chu Thu Phuong dan kisah alih bahasa sajak Heinrich Heine ke bahasa Vietnam

(VOVWORLD) - Beberapa sajak ciptaan penyair yang paling terkenal di Jeman, Heinrich Heine pernah dikenal melalui penterjemahan ke bahasa Vietnam yang sangat mengesankan dari para penyair Hoang Trung Thong, Te Hanh, Xuan Dieu, Nguyen Xuan Sanh dan lain-lain pada lebih dari separo abad lalu.  Tapi sebagian besar naskah- naskah ini diterjemahkan dari bahasa Perancis dan Rusia. Pada tahun 2015, satu kumpulan sajak Heinrich Heine  untuk pertama kalinya diterjemahkan secara lengkap ke bahasa Vietnam dari naskah asli bahasa Jerman. Chu Thu Phuong telah melakukan pekerjaan ini dan hingga sekarang ini, masih belum ada orang yang melampauinya.
 Saudari Chu Thu Phuong dan kisah alih bahasa sajak Heinrich Heine ke bahasa Vietnam - ảnh 1Penterjemah Chu Thu Phuong   (Foto: nhandan.com.vn) 

Saudari Chu Thu Phuong menceritakan bahwa dia menterjemahkan sajak ciptaan Heinrich Heine setelah ada perdebatan  sastra antara satu kelompok kecil para sahabatnya pada tahun 2013 ketika dia sedang bekerja di Kedutaan Besar Vietnam di Jerman. Dalam perdebatan itu, ada hal-hal yang dia rasakan tidak bisa dimanifestasikan dengan kata-kata karena kekurangan naskah penterjemahan untuk menjelaskannya. Seorang peneliti kesusastraan Vietnam telah menghentikan perdebatan itu  dengan pertanyaan yang sederhana: “Bagaimana Anda mengerti tentang Heine?”. Untuk menjawab pertanyaan itu, Phuong harus makan waktu setahun.

Chu Thu Phuong menyatakan bahwa saya memilih buku Heine yang paling terkenal  yaitu “Buku dari lagu-lagu”. Pada permulaannya, dia hanya menterjemahkan beberapa sajak dalam buku ini,  tapi dia merasakan tidak cukup untuk membuktikan dan melukiskan hal-hal yang dia rasakan dari Heine: seorang penyair  yang lugas dan kerakyatan serta sangat mudah masuk ke hati orang. Untuk membuktikannya, dia terus menterjemahkan lebih banyak dan naskah-naskah penterjemahannya berangsur-angsur berfokus pada kumpulan sajak “Lagu bantalan romantis”. Chu Thu Phuong mengatakan: “Hal-hal yang indah salam kumpulan sajak ini ialah bahasa. Bahasanya sangat lugas, mudah dimengerti dan bersifat kerakyatan. Misalnya: Sudah jangan bersumpah lagi, terus cium saja, bagaimana bisa percaya pada perempuran. Atau: “kalau saya mencium  bibir Adinda, saya sehat sepenuhnya. Kalimat-kalimat itu nampaknya membuat kita merasakannya bukanlah sajak, oleh karena itu, juga ada orang yang telah pernah mengecam dia tentang hal ini. Tapi seorang juri lain, seorang kritikus sastra Jerman menyatakan bahwa walaupun benar begitu, tapi jitulah yang membuat Heine menjadi terkenal”.

Selama berpekan-pekan terus-menerus, ketika habis jam kerja, Chu Thu Phuong menterjemahkan kumpulan sajak “Lagu bantalan romantis”. Proses menterjemahkan 67 buah sajak ini memakan waktu lebih dari setahun.

Ketika selesai menterjemahkan  kumpulan sajak ini, untuk lebih mengerti tentang Heine, Chu Thu Phuong telah datang ke kota Marburg untuk menemui profesor yang mengajar kesusastraan Jerman, Guenter Giensenfeld dan ibu Marian Ngo yang adalah penterjemah sastra Vietnam ke bahasa Jerman. Selama dua hari, mereka tidak henti-hentinya berbahas tentang Heine, berbahas tentang cara menterjemahkan sajak Heine ke bahasa Vietnam.

Chu Thu Phuong juga datang ke Kota Duesseldorf, kampung halaman penyair Heine untuk mencari tahu tentang dia. Ada satu kemujuran lagi ialah Chu Thu Phuong dapat  melakukan temu kerja dengan Doktor Musik Nguyen Van Nam. Dia telah memberikan bimbingan secara seksama tentang sifat musik dalam sajak Heine kepada Chu Thu Phuong. Chu Thu Phuong mengatakan: “Sifat musik dan bahasa yang digunakan oleh Heine sangat indah, maka bagaimana bisa menterjemahkannya ke dalam bahasa Vietnam, itulah satu masalah. Saya membiarkan seutuhanya cara-cara mengatur rima menjadi bersajak dan panjangnya sajak memainkan kata”.

Beberapa sajak dalam kumpulan sajak “Lagu bantalan romantis” yang diterjemahkan oleh Chu Thu Phuong baru saja diaransir dan dipertunjukkan oleh oleh Ansambel musik klasik Dong Kinh dalam program pertunjukan sajak Heinrich Heine di Institut Goethe pada Agustus 2017. Penyair Nguyen Duy mengatakan: “Saudari Chu Thu Phuong belajar di Jerman, mengerti kebudayaan dan sastra Jerman. Dulu ada banyak orang yang telah menterjemahkan sajak Heine, tapi melalui naskah bahasa Perancis. Chu Thu Phuong menterjemahkannya secara langsung dari bahasa Jerman. Saya telah membaca dan melihat itu adalah penterjemahan yang sangat baik”.

Karena mencinta sastra dan sajak, dulu Chu Thu Phuong telah pernah  menguji sendiri dengan menterjemahkan beberapa sajak Jerman ciptaan Goethe atau Brecht dan lain-lain. Menterjemahkan sastra Jerman ke bahasa Vietnam merupakan kebutuhan Phuong sendiri. Dia menganggapnya sebagai kecintaan. Karena dia dapat hidup dan dipelihara dalam hubungan Jerman-Vietnam, maka dia punya kebutuhan menjadi jembatan penghubung bagi hubungan antara dua negara baik dewasa ini maupun pada masa depan. 

 

Komentar

Yang lain