Belajar huruf di desa rakit terapung di danau hydrolistrik Tri An

(VOVWORLD) - Anak-anak dari berbagai tingkatan  usia dibesarkan di rakit terapung di tengah-tengah danau yang membentang luas. Ciri-ciri bersama dari mereka ialah buta huruf dan tidak dapat pergi ke sekolah. Juga di tengah-tengah danau yang luas itu ada seorang “penjelma Sang Buddha” telah datang dan membawa huruf kepada mereka serta mengajar mengeja huruf kepada mereka.
Belajar huruf di desa rakit terapung di danau hydrolistrik Tri An - ảnh 1Pendeta Thich Cho Nguyen sedang mengajar huruf kepada anak-anak  (Foto: zing.vn) 

Desa rakit 13, dukuh 5, Kecamatan Thanh Son, Kabupaten Dinh Quan, Provinsi Dong Nai (Viet Nam Selatan) pada musim air pasang, atap rakit-rakiat terapung berada di tengah-tengah danau yang luas. Di sini hanya ada suara angin dan kadang-kadang kedengaran suara perahu motor yang melewatinya sehingga merusak ruang yang tenang di permukaan danau.

Di pusat desa ini, ruangan klas dari pendeta Thich Chon Nguyen (39 tahun) dibuat dengan dinding dari seng dan juga kumuh seperti banyak rakit terapung lain, tapi ditambah dengan suaraanak-anak mengeja huruf. Di kursus ini, puluhan anak dari berbagai tingkatan usia sedang asyik mengeja, membaca dan menulis. Juga ada papan tulis, kapur, buku catatan, pensil, tas sekolah dan lain-lain, keadaannya tidak berbeda dengan klas pemula, tetapi merupakan satu klas pemula dengan terlalu banyak hal yang istimewa.

Nguyen Thi Hue, sudah 18 tahun tapi baru  mulai membaca ahuruf. Sebagai ‘murid” yang paling tua di kursus, maka dia juga menangkap pengajaran lebih cepat terbanding dengan anak-anak lain yang baru berusia 6-7 tahun. Nguyen Thi Hue memberitahukan: “Saya merasa sangat gembira ketika dapat belajar kembali. Di sini, saya berhasil belajar banyak hal, belajar hurus dan mengetahui banyak hal lagi. Dulu, ketika selesai makan, kami membuang sampah ke danau, sekarang ini, karena diajar oleh guru, maka saya tahu bahwa sampah harus dibuang tepat pada tempatnya, tidak lagi dibuang ke danau”.

Selain belajar hurus, Hue dan anak-anak lain juga mendapat pengajaran tentang moral, prinsip, cara menjaga kebersihan. Berangsur-asngur, anak-anak di desa rakit terapung ini tidak membuang sampah  semaunya sendiri lagi. Di kursus, anak-anak tidak hanya dapat belajar, tetapi juga mendapat makanan dan susu tiga kali sehari.

Pada permulaannya, kursuf  ini hanya memiliki 5 orang anak, tetapi berangsur-angsur ketika melihat arti pentingnya pekerjaan belajar ini dan karena hati dari pendeta, maka sekarang ini, kursus tersebut telah meningkat menjadi 30 orang anak baik laki-laki maupun perempuan dari berbagai tingkat usia, ada orang dewasa yang berusia dari 50-60 juta ikut belajar. Ibu Nguyen Thi Nga, 60 tahun, warga desa rakit ini mengatakan: “Pendeta mencintai siswa dan anak-anak, maka dia mengajar mereka. Saya sangat gembira. Diharapkan, pendeta mengajar anak-anak agar di kemudian hari mereka dewasa dan mendapat lapangan kerja”.

Pendeta Thich Chon Nguyen menceritakan bahwa pada 8 tahun lalu, dia dari Kota Ho Chi Minh datang ke daerah ini untuk menerima serah-terima  pagoda di Dukuh 5 Kecamatan Thanh Son, Kabupaten Dinh Quan. Ini pernah menjadi daerah yang terisolasi karena dipecah oleh danau Tri An, kalau ingin datang ke kotamadya dengan sepeda motor harus memakan waktu satu jam dengan menerobos hutan. Kehidupan warga dan masalah belajar dari anak-anak menjumpai banyak kesulitan. Akan tetapi, yang paling menderita kerugian ialah anak-anak di desa raki terapung itut. Orang tua mereka memilih daerah Danau Tri An sebagai tempat mencari nafkah dan karena banyak alasan, maka anak-anak ini tidak dapat pergi ke sekolah. Karena mencinta anak-anak ini, maka pendeta Thich Chon Nguyen berpikir membuka kursus  belajar huruf dan budi pekerti kepada anak-anak dengan keinginan yang sederhana yaitu huruf akan membantu mereka berhasil mencari satu masa depan yang lebih cerah. “Saya mengajarkan huruf kepada anak-anak, jadi tidak bisa memberikan ijasah, saya juga memberikan pengajaran tentang budi pekerti dan cara berperilaku. Saya akan berhubungan dengan tempat-tempat yang membutuhkan tenaga kerja untuk membawa anak-anak ini bekerja di perusahaan-perusahaan. Walaupun sangat sulit, tetapi harus dikerjakan, karena kalau tidak akan tidak tahu bagaimana masa depan anak-anak ini”.

Di permukaan danau ini tidak ada rakit yang metetap, juga karena itu, maka kursus ini juga tidak bisa menetap bergantung pada permukaan air di danau, tapi ruang kursus ini selalu terletak di tengah-tengah 34 rumah rakit terapung. Ada satu hal yang pasti bahwa kursus ini sedang merupakan tali yang mengaitkan warga seluruh desa rakit ini dengan rasa kasih sayang, dengan harapan terhadap satu masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak yang pandai berenang  seperti berang-berang dan tahu berenang sebelum tahu mengeja hurus.  

Komentar

Yang lain