Drama “Tepian yang sangat jauh”: Dua versi, satu pesan kemanusiaan

(VOVWORLD) - Teater Remaja sedang memperkenalkan kepada para penonton Kota Hanoi drama sosio-psykologi dengan judul “Tepian yang sangat jauh” ciptaan pengarang Le Thu Hanh dengan dua versi dalam bahasa Vietnam dan bahasa  Korea. Pada 22 tahun lalu, drama ini telah dipentaskan oleh Seniman Rakyat Ngo Xuan Huyen dan telah memperoleh “hadiah emas” dalam Festival seni panggung nasional tahun 1996. Drama ini pernah “merajai” pentas di seluruh negeri dengan ratusan malam pertunjukan terus-menerus. Dua puluh tahun kemudian, kisah dalam drama ini tetap menggoyahkan hati orang.
Drama “Tepian yang sangat jauh”: Dua versi, satu pesan kemanusiaan - ảnh 1Para seniman-seniwati peserta drama   (Foto: vovworld.vn) 

Drama “Tepian yang sangat jauh” merupakan kisah di sekitar hubungan  pasangan suami-istri Tung dan Thuy dan teman hubungan  belajar sekelas yang bernama Trung. Antara Thuy dan Tung pernah mengalami satu asmara yang indah, setelah menikah, mereka mempunyai satu kehidupan keluarga yang tenteram dengan anak laki-laki yang bernama Quang. Tung adalah seorang pegawai negeri yang rajin tapi kaku, sedangkan Thuy terpaksa menerima  peranan sebagai orang istri dan ibu dalam  keluarga. Semua masalahnya mulai mengalami perubahan ketika muncul gadis yang bernama Phuong, kekasih Quang. Dengan pandangan hidup yang modern dan baru, Phuong telah menggugah hasrat-hasrat yang tersimpan dalam hati Thuy untuk lepas dari kehidupan keluarga yang tenteram  tapi membosankan selama ini. Lalu, munculnya juga Trung, seorang laki-laki yang santun dan berpandangan terbuka telah menggoyahkan hati Thuy dan kebahagiaan keluarganya mulai mengalami tragedi. Seniman Si Tien yang memainkan peran Tung dalam drama ini memberitahukan: “Dalam kenyataannya, konflik keluarga dan kontradiksi generasi selalu mencerminkan sesuatu yang bisa menjadi seperti ini atau seperti itu pada waktu yang berbeda-beda. Akan tetapi, ketika perasaan dalam hubungan suami-istri yang dikuasai oleh uang atau pragmatisme, maka segera kisah itu masih punya arti”.

Di pentas Teater Remaja, drama ini dipentaskan dengan dua versi yang berbeda-beda yaitu versi bahasa Vienam dan bahasa  Korea dan dipertunjukkan oleh dua rombongan seniman-seniwati yang berbeda- dan melalui sudut pandang dari dua sutradara yang berbeda. Dalam versi yang dipertunjukkan oleh Teater Remaja, setelah Thuy meninggalkan keluarga untuk mengikuti pangilan asmara dari Trung tapi tidak berhasil, dia telah mencari kematian untuk mengakhiri hidup yang sebatang kara. Skenario ini membuat para penonton merasa terharu. Tapi dalam versi dari Republik Korea, sutradara Lee Eun Son adalah penulis skenario dan memainkan peran Thuy dalam drama ini telah memilih satu pemecahan yang lain bagi tokohnya. Yaitu setelah gagal dalam asmara dengan Trung, Thuy telah memilih cara meninggalkan keluarga ke satu daerah baru dengan kehidupan dan pekerjaan baru. Sutradara Lee Eun Son mengatakan: “Tidak hanya di Vietnam saja, di Republik Korea juga ada banyak orang seperti tokoh Thuy dalam drama ini, hidup  sangat tenteram dengan keluarga, tapi pada sesuatu hari mereka ingin mencari kembali dirinya sendiri, oleh karena itu, orang sangat berempati dengan perasaan tokoh Thuy dalam drama ini”.

Dalam kedua versi ini, tokoh Phuong tetap dianggap sebagai titik balik drama. Seniman Thu Quynh yang memainkan peran Phuong dalam drama ini memberitahukan: “Tokoh Phuong dalam drama ini adalah tokoh yang paling muda, paling penggembira dan merupakan titik terang satu-satunya dalam drama ini, mewakili kaum muda dan mewakili generasi di hari depan”.

Dari tokoh-tokoh Thuy, Tung, Trung dan lain-lain, barang kali setiap penonton bisa mencari satu jawaban untuk dirinya sendiri atas pertanyaan: Mengapa telah mendapat kehidupan yang sudah mempunyai cukup syarat dan sesuai dengan standar, tapi kebahagiaan masih  sangat jauh?.

Kalau pada karya klasik “Rumah Boneka”, citra Nora keluar dari rumah dimisalkan seperti satu peluru meriam yang dilepaskan oleh penulis skenario Henrik Ibsen terhadap ide keluarga yang terbelakang di Barat, maka akhir yang pahit dalam drama “Tepian yang sangat jauh” ciptaan pengarang Le Thu Hanh telah  mengajukan suara alarm terhadap konektivitas-konektivitas yang tidak  erat di banyak keluarga Ketimuran dewasa ini. Karena  ingin atau tidak, dewasa ini, masih ada sangat banyak kehidupan seperti Thuy.  

Komentar

Yang lain