Pusat Vitalitas Hidup-Tempat serah-terima kasih sayang

(VOVWORLD) - Dengan keinginan memberikan satu kehidupan baru kepada kaum disabilitas, membantu mereka percaya diri untuk berbaur pada masyarakat, dalam masa 14 tahun ini, para anggota dan relawan dari Pusat Vitalitas Hidup, kabupaten Hoang Mai, kota Hanoi telah menerima dan mememberikan pendidikan kejuruan secara gratis kepada ratusan orang disabilitas melalui kursus-kursus pelatihan tentang informatika. 
Pusat Vitalitas Hidup-Tempat serah-terima kasih sayang - ảnh 1Satu jam belajar di pusat  (Foto: vovworld.vn) 

Sekarang ini, pusat tersebut telah menjadi satu alamat yang beken bagi orang-orang yang bernasib malang. Pada Senin, Rabu dan Jumat malam setiap pekan, para siswa disabilitas terus rajin dengan pengajaran-pengajaran yang diberikan oleh para guru.

Pada pukul 19.30, Senin malam, hujan awal musim panas mungkin membuat semua orang merasa segan-segan turun ke jalan. Tapi bagi saudari Tran Thi Trinh, hal itu nampaknya tidak bisa merintangi kegandrungan gadis yang bersosok tubuh kecil ini untuk datang ke Pusat Vitalitas Hidup. Klas khusus yang luasnya kira-kira 50 meter per segi ditempatkan di lantai 10 satu gedung apartemen, diperlengkapi dengan 15 pesawat komputer, satu proyektor dan dua kipas langit-langit. Seperti halnya dengan saudari Trinh, 16 siswa lain juga selalu datang ke klas secara tepat waktu dan  belum ada yang absen sejak kursus ini dimulai pada April 2017.

Hari ini ialah pelajaran tentang warna dalam fotoshop, oleh karena itu alih-alih belajar dengan proyektor seperti biasa, para siswa dibagi menjadi dua kelompok untuk melakukan praktek. Di samping pesawat komputer, pak guru Luu Van Son sedang memperkenalkan pengetahuan-pengetahuan dasar tentang warna dan cara mencampur warna dalam fotoshop kepada satu kelompok siswa. Satu kelompok siswa yang lain dibimbing oleh pak guru Le Hoang Anh. Kedua guru ini menjadi relawan Pusat Vitalitas Hidup  hampir setahun ini.

Duduk di samping pak guru Luu Van Son, saudari Trinh dengan teliti mengikuti setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh pak gurunya di pewasat komputer dan mencatat secara cermat semua pengajaran yang diberikan  gurunya. Pada tahun ini, walaupun telah berusia 24 tahun, tapi gadis asal provinsi Lang Son ini tingginya hanya 70 sentimeter. Mengatasi rasa rendah diri tentang sosok tubuhnya, Trinh telah menyelesaikan program kuliah di Akademi  Pemuda dan Anak-Anak. Akan tetapi, setelah tamat institut ini, dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kejuruannya. Sekarang ini, dia sedang menjadi personil operator dari Perusahaan Vinaphone. Tentang pekerjaannya sekarang ini, Trinh mengatakan: “Pada siang hari, saya bekerja di operator perawatan pelanggan dari Perusahaan Vinaphone, pada malam hari saya belajar di kursus ini. Saya berkenalan dengan orang-orang yang dulu pernah belajar di sini dan sekarang, mereka sedang bekerja di beberapa perusahaan tentang fotoshop dengan taraf gaji cukup tinggi. Saya ingin belajar dan ketika ada kesempatan saya ingin pindah ke kejuruan photoshop”.

Masuk kursus ini lebih belakangan terbanding dengan para siswa lain, Bui Quang Khanh asal provinsi Hai Duong mendapat bimbingan sendiri dari guru. Hari ini adalah hari pertama dia berkenalan dengan fotoshop, maka tangannya masih agak takut ketika diminta oleh guru untuk melaksanakan perintah dan instrumen dalam fotoshop. Pada tahun ini, dia berusia 21 tahun, kasus kecelakaan pada 10 tahun lalu telah merampas kedua kakinya ketika dia baru selesai belajar di tingkat SMP. Dia pernah menjadi buruh di bengkel penjahitan dan perusahaan produksi kue kacang hijau di kampung halaman, lebih dari siapapun, dia tahu harus mencari satu profesi yang lebih stabil. Dia mengenal Pusat Vitalitas Hidup melalui satu program televisi, dia memutuskan ikut serta dalam kursus tentang informatika di pusat tersebut. “Hari ini adalah hari ketiga saya kuliah di sini. Karena ikut serta dalam kursus ini lebih lambat terbanding dengan para siswa lain, maka pada permulaannya saya merasa sulit. Guru telah memberikan bimbingan kepada saya sendiri, kemudian para siswa lain juga memberikan tambah bantuan  kepada saya. Apa yang belum mengerti, saya bertanya kepada guru dan belajar sendiri di Youtube”.

Bersama dengan saudara Khanh dan saudari Trinh, para siswa lain di Pusat Vitalitas Hidup sebagian besar adalah kaum disabilitas yang punya cacad motorik. Permintaan satu-satunya dari pusat ini ialah dapat membaca, menulis dan merawat kebersihan pribadi. Setiap orang punya satu keadaan dan satu nasib sendiri. Mereka itu walaupun tidak utuh tentang jasmani, tapi mempunyai satu kegandrungan bersama tentang informatika. Akan tetapi, karena usia dan taraf pengetahuan para siswa sangat berbeda-beda, maka masalah menyampaikan pengetahuan kepada mereka juga tidak mudah. Pak guru Le Hoang Anh mengatakan: “Para guru harus memilih opsi mengajar yang paling mudah dimengerti agar para siswa yang punya taraf pengetahuan rendah masih bisa mengertinya. Kedua ialah membiarkan mereka saling membantu. Setelah waktu 2 pekan, saya akan mengklasifikasikan siapa yang pandai dan siapa yang lemah”.

Pada kursus yang memakan waktu 6 bulan di pusat ini, para siswa tidak hanya mendapat pelatihan tentang fotoshop saja, tapi juga dapat ikut serta dalam kursus bahasa Inggris dan berbagai kemampuan lunak yang lain.

Satu jam belajar di Pusat Vitalitas Hidup biasanya berakhir pada pukul 22.00. Waktu sisanya, para siswa saling membantu dalam belajar. Di pusat ini, rasa kasih sayang terus diserah-terimakan antara orang-orang yang  menderita kerugian tentang jasmani, tapi yang lebih penting seperti nama pusat ini  ialah para siswa mendapat vitalitas hidup, satu vitalitas yang tidak semua semu orang normal lain bisa memilikinya. 

Komentar

Yang lain