Apsara: Tarian bidadari Kamboja

(VOVworld) - Setiap negara mempunyai satu jenis kesneian tari dan nyanyi sendiri yang kental dengan ciri-ciri tradisional dan bisa memperkenalkan kebudayaan masing-masing negara kepada para turis dari semua penjuru. Kalau Vietnam mempunyai  wayang golek air, musik Istana, Thailand mempunyai drama boneka Khon, Indonesia mempunyai tarian Saman, maka Kamboja mempunyai “Tarian bidadari Apsara”. 

Apsara: Tarian bidadari Kamboja - ảnh 1
Tarian Apsara darti Kamboja.
(Foto: YouTube).

  Saya sangat terkesan dengan tarian Apsara. Semua penari memainkan tarian ini dengan tingkah laku yang halus seperti para bidadari  yang sedang main-main di tengah taman bunga mawar-tempat dimana mereka adalah satu bagian yang indah dari taman ini. Semua gerak-gerik tarian ini lambat dan halus sehingga bisa memanifestasikan ciri-ciri khas dari seni tarian Apsara yang tidak sama dengan hampir semua tarian lain di dunia”.

Para seniman memiliki tangan yang lembut, air mukanya berseri-seri laksana bunga-bungaan, bentuk badan-nya standar. Khususnya, pakaian mereka sangat canggih”.

Di panggung Chatomuk (di Ibukota Phnom Penh), di tengah-tengah suasana band “Pinpeat- musik tradisional orang Khmer keluar-lah dari kedua belah panggung, tangan-tangan indah  mereka diangkat tinggi. Jari-jari tangan mereka  melengkung, lembut, berkilau-kilau dalam warna-warni sinar lampu. Para penonton terkesan bahwa para bidadari itu menjelma para gadis sedang dalam semua tarian sehingga menciptakan tarian yang mempesonakan. Ketika menari Apsara, para penari mengenakan pakaian yang ketat, warna-nya cerah dengan sarung tradisional, topi-nya mencuat ke atas yang dihiasi sangat teliti dengan berbagai lapisan warna kuning.

Menurut legenda agama Hindu, tarian tersebut dipertunjukan oleh para bidadari Apsara dalam acara melayani para dewa. Menurut legenda rakyat yang lain, para bidadari Apsara adalah para bidadari awan dan air. Mereka main, menari, membuat rumput-rumputan, pepohonan dan hewan berkembang berbiak dan berbunga, berbuah, oleh karena itu, warga menganggap Apsara sebagai dewi kemakmuran. Saudara Kimsoerun, seorang dosen Sekolah Menengah Kesenian Kamboja memberitahukan: Berbeda dengan tarian-tarian tradisional dari negara-negara lain, tarian Apsara menuntut penarinya harus lambat, tidak kaku, harus lembut sehingga terlihat seperti helai-helai kain yang lembut dan halus, baru bisa memanifestasikan jiwa dan keindahan tarian Apsara. Menari cepat mudah, tapi menari lambat sangat sulit”.

Tarian Apsara sampai sekarang ini dianggap sebagai aset dan jiwa nasional Kamboja serta diakui oleh UNESCO sebagai Pusaka Budaya Nonbendawi Dunia. Saban tahun, dengan mendapat bantuan Kerajaan, para seniman Apsara  melakukan pertunjukan dari semua penjuru Tanah Air, merekrut para anak-anak, khususnya anak-anak yatim piatu dan anak-anak miskin untuk belajar menari Apsara. Sekarang ini, selain melayani Kerajaan, ada kira-kira 300 perani tarian Apsara yang selalu melakukan pertunjukan di Gedung Teater Chatomuk dan di berbagai pusat kebudayaan. Ibu Vy Ratana, seorang petugas dari Direktorat Kesenian Kamboja memberitahukan: “Pada zaman genosida Pol Poth, semua  nilai budaya Kamboja dimusnahkan  sama sekali, di antaranya ada tarian Apsara. Sampai sekarang ini, kami ingin membangun kembali semua tarian untuk dipertunjukan di dunia, misalnya Perancis, Jerman dan dimana ada orang Khmer, agar mereka bisa ingat selama-lamanya akan tarian tradisional Apsara darti bangsa Kamboja”.

Bagi Kamboja, tarian Apsara merupakan jiwa dan aset besar dari Tanah Air beserta kompleks candi Angkor bersejarah. Kalau dulu, tarian Apsara hanya diperuntukkan bagi Kerajaan atau para hulubalang besar dalam Istana saja, tapi sekarang, ketika pariwisata Kamboja berkembang, tarian Apsara dipopulerkan secara luas. Tarian Apsara telah menjadi identitas budaya khas dari negeri pagoda  yang tidak bisa dilewatkan turis ketika berkunjung di Kamboja.

Komentar

Yang lain