Komite Sungai Mekong dan upaya mengelola sumber daya air

(VOVWORLD) - Sungai Mekong yang panjangnya 5.000 kilometer, mengalir melewati Tiongkok, Laos, Myanmar, Thailand, Kamboja dan men galir ke Laut Timur di Vietnam merupakan salah satu di antara sungai-sungai yang terbesar dan keanekaragaman biologinya paling tinggi di dunia. Ini merupakan sungai yang memberikan air, bahan makanan dan mata pencaharian kepada rakyat dari generasi ke generasi. Akan tetapi, dampak yang diakibatkan oleh manusia dan perubahan iklim yang sulit diduga telah menimbulkan kecemasan mendalam tentang kesinambungan sumber daya air di sungai Mekong. Dalam menghadapi tantangan-tantangan itu, bagaimana langkah-langkah yang dilakukan negara-negara anggota Komite Sungai Mekong untuk mengelola dan menjaga sumber daya alam yang tak ternilaikan harganya ini?.
Komite Sungai Mekong dan upaya mengelola sumber daya air - ảnh 1Proyek IWRM   (Foto: vovworld.vn) 

Proses urbanisasi, penangkapkan ikan dengan langkah pembasmian maksimal , pengembangan infrastruktur dengan laju tinggi seperti waduk hydrolistrik, proyek irigasi yang berskala besar, bencana banjir dan kekeringan berat yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrimis yang terjadi di sungai Mekong telah mempengaruhi negara-negara yang berada di daerah aliran sungai ini seperti Kamboja, Laos, Thailand dan Vietnam, kawasan dengan jumlah penduduk 65 juta jiwa  yang sedang hidup dan bergantung pada sungai ini untuk menjamin mata pencaharian. Sayang sekali, upaya memecahkan masalah ini di tingkat lokal di sepanjang perbatasan tidak seberapa. Hal ini menjelaskan mengapa Komite Sungai Mekong (MRC) memainkan peranan yang penting dan merupakan forum tentang kerjasama lingkungan hidup regional untuk mengelola secara berhasil-guna sumber daya air bersama. Dengan bantuan keuangan dari Bank Dunia (WB) sejak tahun 2009, MRC sedang membantu empat negara anggota daerah aliran sungai Mekong yang meliputi Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam untuk memecahkan masalah-masalah lintas perbatasan melalui Proyek pengelolaan terpadu sumber daya air (IWRM). Bapak Greg Browder, pakar pengelolaan terpadu sumber daya air dari WB memberitahukan: “Sumber-sumber daya air dan hasil perikanan berpindah dari negara ini ke negara yang lain. Oleh karena itu, hal yang penting ialah harus melakukan kerjasama dan koordinasi untuk mengelola dan menggunakan semua sumber daya ini. Mekong merupakan satu daerah aliran sungai yang sangat luas dan rumit dengan banyak masalah yang berbeda-beda. Program pengelolaan terpadu sumber daya air turut membantu negara-negara memahami masalah lintas perbatasan yang bersifat khas, pada pokoknya ialah masalah bilateral antar-negara, membangun mekanisme koordinasi bersama dan kemudian menggelarkan rencana aksi”.

Proyek IWRM menerapkan prinsip pengelolaan terpadu sumber daya air merupakan satu metode pendekatan dan pengelolaan yang terkoordinasi, mengizinkan menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan sosial-ekonomi, bersamaan itu menjaga sistim ekologi yang dilewati sungai. Dengan bantuan teknis dari MRC, dari tahun 2011, empat negara anggota MRC telah membina 5 proyek bilateral untuk memperkuat dialog lintas perbatasan di tingkat daerah, berfokus mengelola daerah dataran rendah, hasil perikanan, sungai, danau dan lahan keempohan air. Ketika menilai proyek IWRM, Direktur Eksekutif Komite Sungai Mekong, Pham Tuan Phan memberitahukan: “Ini merupakan hal yang baru dan khas dalam sejarah kerjasama regional dari MRC. Dialog lintas perbatasan akan membantu mengurangi ketegangan, memperkuat kerjasama antar-negara anggota, memelihara semangat kerjasama sungai Mekong untuk mengelola secara lebih berhasil-guna sumber daya bersama dan menghadapi tantangan-tantangan bersama. Menurut hemat saya, dari waktu ke waktu, kerjasama lintas perbatasan bilateral akan berkembang kuat di seluruh kawasan. MRC akan terus mendukung upaya-upaya ini”.

Hingga sekarang ini, tiga proyek tikipal di antara lima proyek ialah Proyek pengelolaan kejuruan perikanan Sungai Mekong dan Sungai Sekong antara Kamboja dan Laos (dioperasikan pada bulan Juli 2014) untuk memecahkan kemerosotan jenis ikan berdaging putih yang melakukan migrasi karena banyak tekanan yang berbeda-beda; Proyek pengelolaan daerah aliran air Sungai Sesan dan Sungai Serpok untuk memperkuat kerjasama antara Kamboja dan Vietnam (dioperasikan pada bulan Mei 2014) yang bersangkutan dengan perkembangan hydrolistrik; Proyek pengelolaan sumber daya air daerah dataran rendah Sungai Mekong di sepanjang perbatasan Kamboja-Vietnam (dioperasikan pada bulan Mei 2014) untuk memecahkan tantangan-tantangan karena perkembangan di daerah udik dan perubahan iklim. Ketiga proyek ini menetapkan masalah bersama melalui penilaian di lapangan, perbahasan dan pembangunan rencana aksi bersama. Melalui itu, badan-badan fungsional dan komunitas di setempat semakin meningkatkan pemahaman tentang kerjasama lintas perbatasan. Kedua proyek sisanya berfokus dalam memacu belajar satu sama lain yaitu Proyek pengelolaan lahan keempohan di Sungai Se Bang Hieng dan Nam Kam antara Laos dan Thailand (dioperasikan pada bulan Desember 2013) untuk memperkuat pengelolaan sumber daya lahan keempohan  dengan cara berbagi pengetahuan dan Proyek pertukaran informasi antara Danau Tonle Sap dan Danau Songkhla antara Kamboja dan Thailand (dioperasikan pada bulan Oktober 2014) untuk memperkuat mekanisme pengelolaan danau secara efektif melalui aktivitas-aktivitas komunikasi.

Hingga kini, dialog lintas perbatasan tingkat nasional telah dilaksanakan di tingkat provinsi. Empat negara anggota MRC sedang aktif memberikan sumbangan untuk mendatangkan pengertian bersama tentang masalah-masalah lintas perbatasan, melakukan perundingan untuk mencapai solusi-solusi yang berkesinambungan dan berbagi pengalaman-pengalaman sebaik-baiknya dari negara mitra.  

Komentar

Yang lain