Hubungan AS-Iran memasuki periode ketegangan baru

(VOVWORLD) - Ketegangan diplomatik dalam hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran terus membibung tinggi selama hari-hari ini karena langkah-langkah balasan satu sama lain yang dilakukan oleh dua pihak. Pada latar belakang kawasan Timur Tengah sedang mengalami perkembangan-perkembangan destabilitas, maka eskalasi ketegangan antara AS dan Iran bisa membangkitkan kecemasan-kecemasan tentang hari depan permufakatan nuklir dengan Iran, dari situ berpengaruh terhadap perdamaian di kawasan dan dunia.
Hubungan AS-Iran memasuki periode ketegangan baru - ảnh 1Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Iran, Hassan Rouhani   (Foto: AP-vovworld.vn) 

Dalam satu perkembangan terkini, pada Sabtu (22 Juli), Gedung Putih memberitahukan bahwa Presiden AS, Donald Trump siap mengenakan satu sanksi baru terhadap Iran kalau para warga negara AS yang sedang ditahan di Iran tidak dibebaskan dan dipulangkan ke Tanah Airnya. Tiga warga negara AS, di antara ada  mantan personil Biro Investigasi Federal AS (FBI) dan Badan Intelijen Sentral AS yang ditangkap dengan tuduhan melakukan aktivitas mata-mata. Sebelumnya, seorang warga negara AS berusia 37 tahun yang sedang bekerja di Universitas Princeton juga dijatuhi hukuman penjara 10 tahun dengan tuduhan “melakukan perembesan”. Pemerintah Iran menolak tuntutan AS yang untuk membebaskan para warga negara tersebut dengan alasan “tidak ada hak mengontrol pengadilan”, bersamaan itu mengutuk AS mengintervensi urusan internal Iran dan semua tuntutan itu tidak bisa diterima.

Pada pekan lalu, AS telah mengenakan sanksi-sanksi ekonomi baru terhadap Iran karena program rudal balistik negara ini. Washington juga mencela Teheran yang telah turut menimbulkan krisis diplomatik di Teluk. Dalam pada itu, Iran menyatakan bahwa kontrak militer senilai 110 miliar USD antara AS dengan Arab Saudi yang ditandatangani pada bulan Mei lalu merupakan ancaman terhadap Teheran. Pada saat dua pihak terus-menerus balas berbalas satu sama lain, maka Teheran  memproduksi satu jenis rudal baru. Pernyataan Kementerian Pertahanan Iran baru-baru ini menegaskan bahwa rudal ini mencapai ketinggian 27 kilomter dan terbang sejauh kira-kira 120 kilometer serta bisa menyasar pada target-target seperti pesawat tempur, pesawat tanpa pilot, rudal penjelajah dan helikopter. Semua perkembangan ini telah memojokkan hubungan diplomatik antara AS dan Iran masuk ke turbulansi ketegangan.

 

Kehangatan yang pendek

Hubungan antara AS dan Iran pernah mengalami perbaikan dalam waktu pendek. Yaitu sejak  Iran dan negara-negara kelompok P5 plus 1 (yang meliputi AS, Rusia, Tiongkok, Perancis, Inggris plus Jerman) mencapai satu permufakatan nuklir pada bulan Juli 2015. Permufakatan ini dinilai bersifat sejarah, menghentikan 12 tahun melakukan perundingan yang sulit. Isi permufakatan ini membatasi Iran mengembangkan basis-basis  nuklir, alih-alih penghapusan berbagai perintah embargo. Pada saat permufakatan ini dianggap sebagai prestasi hubungan luar negeri yang menonjol dalam dua masa bakti Presiden AS, Barack Obama, mencegah Iran memiliki sebuah bom nuklir dan satu perang yang tidak ditunggu-tunggu di Teluk, maka sejak berkuasa, Presiden AS, Donald Trump terus-menerus mencela permufakatan ini dan menyatakan bahwa harus melakukan langkah yang lebih keras terhadap Iran. Tidak hanya melukiskan permufakatan nuklir ini sebagai “permufakatan paling buruk yang pernah dia lihat”, bahkan, Presiden Donald Trump pernah menyatakan minat menarik AS keluar dari permufakatan ini.

Hingga kini, melalui dua kali pemeriksaan terhadap pelaksanaan permufakatan, walaupun Pemerintahan pimpinan Presiden Donald Trump menegaskan bahwa Iran sedang menaati permufakatan nuklir, tapi belum cukup dan perlu menilai kembali permufakatan ini secara menyeluruh.

 

Menambah ketegangan terhadap kawasan Timur Tengah

Dengan gerak-gerik memperkuat sanksi ekonomi terhadap Iran, AS memanifestasikan secara jelas pandangannya terhadap program pengembangan rudal dan nuklir Iran. Perihal AS baru saja mengakui Iran yang menaati permufakatan nuklir bersamaan itu mengeluarkan sanksi-sansk ekonomi baru menunjukkan bahwa AS sedang melaksanakan politik “bermuka dua”terhadap Iran. Di satu segi berupaya meningkatkan tekanan terhadap Iran pada saat tetap mempertahankan permufakatan antara Teheran dengan 6 negara adi kuasa di dunia. Sedangkan, Iran juga mengeluarkan pernyataan-pernyataan keras, menegaskan akan mempertahankan hak memberikan balasan terhadap AS kalau pada masa depan Washington tidak melaksanakan permufakatan nuklir yang sudah ditandatangani oleh Iran dengan negara-negara kelompok P5 plus 1, di antaranya ada AS. Hubungan AS-Iran diprakirakan akan terus mengalami ketegangan pada waktu mendatang dan ada banyak kemungkinan akan memerlukan kontak-kontak antara dua pihak tentang program pengembangan rudal dan nuklir Iran pada masa depan.

Satu permufakatan yang dicapai setelah perundingan tegang selama bertahun-tahun, menghentikan satu periode krisis yang pernah mendorong semua pihak ke tepi juang satu perang pada masa tahun 2000 sedang menghadapi ujian-ujian baru. Ketegangan antara AS dengan Iran membuat kawasan Timur Tengah yang penuh dengan kontradiksi dan kerumitan yang berselang-seling semakin mengalami destabilitas.  

Komentar

Yang lain