Ketegangan AS-Iran mungkin bisa menjadi bentrokan militer

(VOVWORLD) - Informasi tentang pengerahan kapal pendaratan berskala besar dan sistem rudal darat ke udara Patriot yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dengan pernyataan untuk “menangkal” Iran beserta tanggapan-tanggapan keras dari kalangan komandan tentara kedua pikak selama ini telah memanaskan suasana di kawasan Timur Tengah. Akan tetapi, skenario tentang satu konfrontasi militer antara AS dan Iran sangat sulit terjadi karena ini merupakan hal yang tidak diinginkan kedua pikak.
Ketegangan AS-Iran mungkin bisa menjadi bentrokan militer - ảnh 1Presiden Iran, Hassan Rouhani (kiri) dan Presiden AS, Donald Trump (Foto: Vaaju) 

Hubungan antara Teheran dan Washington menjadi tegang selama sepekan ini ketika pada 8/5 ini, Presiden Iran, Hassan Rouhani menyatakan bahwa setelah 60 hari, negara ini akan “mempersempit” pelaksanaan komitmen-komitmen dalam permufakatan nuklir yang ditandatangani antara Iran dan 6 negara adi kuasa pada tahun 2015 (Permufakatan P5+1), kongkritnya ialah akan meningkatkan tarap pengayaan uranium. Presiden Iran, Hassan Rouhani juga memperingatkan akan melakukan tindakan balasan tertentu jika masalah nuklir sekali lagi dibahas di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Gerak-gerik Iran tersebut dianggap sebagai balasan terhadap sanksi-sanksi yang dikenakan AS terhadap Iran setelah Washington menarik diri dari Permufakatan nuklir pada tahun lalu.

Memberikan ancaman satu sama lain

Selama hari-hari ini, suasana di kawasan menjadi tegang karena pernyataan agresif dari semua pihak. Penasehat keamanan nasional AS, John Bolton, orang yang selalu mempertahankan pandangan keras terhadap Iran, pada Senin (13/5), memberitahukan bahwa Pentagon sedang menjalankan satu rencana militer komprehensif untuk menghadapi bahaya serangan yang dilakukan Iran terhadap pasukan AS. Selain mengerahkan kapal pendaratan USS Arlington beserta sistem pertahanan rudal Patriot, AS juga mengerahkan kira-kira 120.000 serdadu ke Timur Tengah. Sebelumnya media AS juga memberitakan bahwa awak pesawat pembom B-52 milik negara ini telah tiba di satu pangkalan di Qatar yang bertepatan waktu dengan datangnya kira-kira 5.200 serdadu di Irak, negara tetangga Iran, guna menghadapi ancaman dari Iran.

Untuk menanggapi semua tindakan AS, Yousef Tabatabai-Nejad, seorang ulama senior Iran, memperingatkan bahwa armada Angkatan Laut AS bisa “dihancurkan dengan hanya dengan sebuah rudal”. Kalangan otoritas Iran memperingatkan bahwa kalau kapal induk AS melakukan sesuatu gerak-gerik, maka Teheran akan melakukan serangan penangkalan terhadap kekuatan Washington. Presiden Iran, Hassan Rouhani menegaskan bahwa Teheran tidak mudah untuk digertak oleh negara lain. Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan bahwa Washington akan hanya “melakukan tindakan bunuh diri” kalau mengumumkan perang terhadap Iran.

Hubungan antara Teheran dan Washington menjadi buruk sejak bulan Mei tahun lalu ketika Presiden AS, Donald Trump menarik AS ke luar dari Permufakatan P5+1 yang ditandatangani oleh Iran dan 6 negara adi kuasa pada tahun 2015. Pada bulan April yang lalu, AS menyatakan tidak akan terus menghapuskan sanksi terhadap negara-negara importir minyak kasar dari Iran, merekomendasikan kepada mereka supaya membeli minyak dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Pasukan Garda Revolusioner Islam  Iran juga dimasukkan oleh Washington ke dalam daftar organisasi-organisasi teroris internasional. Setelah itu, Teheran memberikan balasan dengan cara memasukkan tentara AS ke dalam daftar terroris, bersamaan itu mengancam akan memblokade Selat Hormuz, lini pelayaran yang sangat penting di Timur Tengah. Yang terkini, pada 8/5 ini, Teheran menyatakan akan menghentikan beberapa komitmen dalam permufakatan nuklir setelah 60 hari, kongkritnya ialah akan meningkatkan tarap pengayaan uranium. Presiden Hassan Rouhani juga menegaskan pendirian Iran ialah bersedia ikut serta dalam perundingan-perundingan nuklir, bersamaan itu menekankan bahwa runtuhnya Permufakatan nuklir pada tahun 2015 merupakan bahaya bagi Iran dan seluruh dunia. Iran bersedia melakukan perundingan dengan AS, akan tetapi, hal ini hanya dilaksanakan setelah Washington menghapuskan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Teheran dan menunjukkan penghormatan-nya terhadap negara ini.

Merupakan uji coba tentang tekad lebih daripada konfrontasi militer

Menghadapi semua perkembangan yang menegangkan sekarang ini, opini umum mencemaskan akan bahaya terjadinya satu skenario bentrokan militer. Akan tetapi, kalangan pengamat menganggap bahwa ini mungkin hanya merupakan perang erat syaraf dari AS karena Washington memahami dengan jelas semua kerugian ekonomi besar kalau Selat Hormuz berubah menjadi medan perang.

Ketegangan AS-Iran mungkin bisa menjadi bentrokan militer - ảnh 2 Kapal USS Arlington milik tentara AS (Foto: Angkatan Laut AS)

Pada kenyataan-nya, setelah kata-kata yang menegangkan yang merupakan ancaman satu sama lain, kedua pihak mengeluarkan pernyataan untuk meredakan suhu ketegangan. Presiden Donald Trump, pada Selasa (14/5), telah membantah informasi bahwa kalangan otoritas negara ini sedang membahas satu rencana untuk mengerahkan 120.000 serdadu ke Timur Tengah. Pada hari yang sama, Pemimpin Spirituil Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei juga menegaskan bahwa tidak akan ada satu perang dengan AS dan ketegangan sekarang ini adalah uji coba tentang tekad lebih daripada konfrontasi militer. Akan tetapi, kedua pihak tetap mempertahankan pandangan yang sangat keras. Teheran menegaskan tidak akan melakukan perundingan dengan AS, selama Washington terus melakukan kebijakan-kebijakan bermusuhan terhadap Teheran. Washington mengimbau kepada Iran supaya meninggalkan ambisi nuklir, bersamaan itu tetap membuka satu solusi militer dengan Iran.

Sekarang ini, baik AS maupun Iran mengatakan bahwa mereka tidak menghendaki perang terjadi. Akan tetapi, selangkah demi selangkah, perang urat syaraf dan tindakan provokatif tanpa sengaja bisa membuat kedua pihak terperangkap ke dalam satu orbit bentrokan, sehingga mendesak Iran kembali ke jalan nuklir, menyulut sumbu api untuk instabilitas-instabilitas yang potensial di kawasan.

Komentar

Yang lain