Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa dan masalah-masalah panas Eropa

(VOVworld) – 27 pemimpin negara-negara anggota Uni Eropa pada hari Kamis (25 Juni) mulai melakukan perbahasan di Brussels (ibukota Belgia) tentang masalah-masalah panas yang menyebabkan banyak perpecahan internal selama berbulan-bulan ini. Di antaranya ada krisis utang publik di Yunani, tuntutan reformasi institusi di Inggeris, melanjutkan sikap “bermuka dingin” terhadap Rusia atau masalah migran ilegal yang sedang membuat Uni Eropa serba rumit seperti benang kusut.


Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa dan masalah-masalah panas Eropa - ảnh 1
Para pemimpin Uni Eropa membahas masalah utang publik Yunani
(Foto: VNA)



Yunani merupakan tema paling panas yang dibahas menjelang konferensi ini dan merupakan tema sentral dalam perbahasan para pemimpin negara-negara Eropa. Setelah Konferensi Tingkat Tinggi Darurat Eurozone yang berakhir pada Selasa (22 Juni) ini, Presiden Uni Eropa, Jean-Claude Juncker menyatakan kecemasan terhadap kemajuan dalam perundingan-perundingan antara Yunani dengan kelompok kreditor, yang terdiri dari Uni Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Dana Moneter Internasional (IMF). Dia mengimbau kepada semua pihak supaya segera menguasai kembali kesempatan perundingan. Sampai saat ini, gumpalan es tentang pos bantuan sebesar 7,2 miliar Euro (sama dengan kira-kira 8 miliar dolar Amerika Serikat) tetap belum bisa dihancurkan. Uni Eropa telah meminta kepada Yunani supaya menambahkan reformasi-reformasi baru sesuai dengan tuntutan para kreditor untuk menghindari bahaya gagal bayar.


Yunani panas dari jam ke jam

Sekarang, negara-negara Uni Eropa, khususnya Jerman – lokomotif ekonomi di kawasan ini, sedang mempertahankan tekanan besar terhadap Pemerintah Yunani. Kelompok kreditor kepada Yunani berpendapat bahwa Pemerintah infungsi Yunani tidak mengajukan kebijakan yang jelas dan kurang bersikap konstruktif dalam semua perundingan. Oleh karena itu, mereka dengan tegas tidak memberikan konsesi dan memberitahukan “ingin mempertahankan Yunani dalam Eurozone, tapi bukan dengan segala harga”. Hal ini berarti bahwa perihal Yunani bisa saja dikeluarkan dari Eurozone jika Pemerintah Yunani tidak setuju melakukan reformasi-reformasi yang tegas sesuai dengan tuntutan dari kelompok kreditor.

Akan tetapi, hanya beberapa jam sebelum berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa, negara-negara anggota Uni Eropa telah mengeluarkan satu sinyal mungkin akan memberikan lebih banyak konsesi kepada Yunani jika negara ini bisa mengeluarkan beberapa solusi baru yang relatif bisa diterima. Konsesi ini mungkin merupakan satu permufakatan untuk memperpanjang waktu pembayaran utang Yunani dalam jangka waktu yang pendek. Akan tetapi, walaupun satu permufakatan jangka pendek seperti itu bisa diajukan juga hanya bisa membantu Yunani menghindari bahaya keluar dari Eurozone, jadi tidak bisa membantu negara ini memecahkan segunung utang publik yang sudah mencapai 177% GDP.


Memperdalam lebih lanjut lagi persekutuan moneter

Krisis utang publik di Yunani atau di beberapa negara anggota Uni Eropa sebelumnya telah memudarkan pandangan akan satu Uni Eropa yang sejahtera pada dekad-dekade mendatang. Tapi perdebatan terus-menerus yang bersangkutan dengan masalah “membantu” atau “tidak membantu”, terus mengetatkan ikat pinggang atau melonggarkan perekonomian telah menunjukkan satu “kesehatan yang tidak begitu baik” dari perekonomian Uni Eropa. Para pemimpin Uni Eropa percaya bahwa kestabilan Eurozone bergantung pada proses integrasi yang lebih intensif lagi, serta menetapkan target yang kongkrit dengan jangka waktu yang lebih panjang lagi. Oleh karena itu, pada Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa kali ini, para pemimpin negara-negara anggotanya berfokus membahas satu rencana yang dianggap cukup terinci tentang integrasi Eurozone yang direkomendasikan Presiden Uni Eropa, Jean-Claude Juncker dan Presiden ECB, Mario Draghi. Diantaranya berfokus pada rencana mengembangkan satu persekutuan bank yang lengkap dengan berbagai ketentuan baru, mengedarkan obligasi bersama serta membahas pengubahan Traktat bersama Eropa, naskah hukum yang paling tinggi dari blok ini.

Walaupun merupakan satu pasar tunggal, namun sampai sekarang, dalam Uni Eropa masih ada dua sistim moneter yaitu mata uang Euro dan beberapa mata uang domestik seperti pounsterling Inggeris, Krone Denmark, Zloty Polandia, dll. Banyak pakar menilai bahwa untuk bisa menjadi satu kawasan tunggal yang sejahtera, maka negara-negara anggota Uni Eropa sebaiknya bersatu menjadi blok moneter. Karena akan sulit mencapai kebulatan pendapat dalam menyusun institusi-institusi keuangan bersama jika dalam Uni Eropa sendiri masih ada peraturan-peraturan bagi pasar-pasar yang berdiri sendiri-sendiri.


Melakukan reformasi institusi atau membiarkan Inggeris keluar dari Uni Eropa

Tuntutan-tuntutan yang mendesak dalam menangani krisis utang publik di Yunani, penguatan integrasi Uni Eropa pada Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa kali ini juga tidak berada di luar masalah tinggal atau keluarnya Inggeris dari Uni Eropa.

Masalah ini menjadi panas ketika Perdana Menteri (PM) Inggeris, David Cameron dan Partai Konservatif pimpinannya harus menghadapi tantangan-tantangan dalam pemilihan Parlemen Eropa pada 2014 dan pemilihan di Inggeris pada 2015. Integrasi yang semakin meningkat dari Eurozone telah menciptakan ancaman-ancaman terhadap cabang industri dan jasa keuangan Inggeris. Hal ini menuntut adanya langkah-langkah yang bersifat hukum untuk menjamin hak negara-negara anggota Uni Eropa yang tidak berada dalam Eurozone. Berbagai survei yang dilakukan di Inggeris baru-baru ini menunjukkan bahwa sebagian besar warga Inggeris ingin menarik diri dari Uni Eropa jika diadakannya referendum. Akan tetapi, tuntutan Inggeris ini diduga akan menghadapi banyak celaan dari negara-negara anggota blok. Presdien Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso menuduh negara-negara seperti Inggeris telah mengeluarkan ide-ide “yang sempit” untuk membela kepentingannya sendiri.

Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa ini, PM David Cameron telah melakukan satu kunjungan mengelilingi Eropa untuk meminta untuk mengatur satu perbahasan tentang masalah ini dalam agenda Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa. Hal satu negara keluar dari Uni Eropa dianggap sebagai satu masalah yang relatif sensitif. Akan tetapi, bagaimana pun juga, pernyataan-pernyataan PM Inggeris menunjukkan bahwa Uni Eropa mungkin tidak bisa menghindari kemungkinan keluarnya Inggeris.

Di samping itu, serentetan masalah yang bersangkutan erat dengan negara-negara Uni Eropa seperti migran, hubungan yang menegangkan dengan Rusia, dll juga akan dibahas pada Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa kali ini. Agenda konferensi tingkat tinggi ini sangat ambisius, tapi hasilnya mungkin tidak mencapai target yang sudah ditetapkan./. 

Komentar

Yang lain