Masalah-masalah kunci dalam Dialog ke-5 tentang Strategi dan Ekonomi AS- Tiongkok

(VOVworld) – Dari 10-11 Juli, para pejabat papan atas pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menghadiri Dialog ke-5 tentang Strategi dan Ekonomi AS - Tiongkok di Washington DC. Berlangsung pada saat hubungan bilateral antara dua perekonomian terbesar di dunia ini sedang menjumpai taufan prahara, maka dialog kali ini, setelah kunjungan yang dilakukan Presiden Tiongkok, Xi Jinping pada bulan lalu ditunggu-tunggu opini umum sebagai kesempatan untuk membantu dua fihak menuju ke satu langkah penting dalam membina hubungan  negara adi kuasa tipe baru. 

Menurut sumber berita resmi dari Duta Besar Tiongkok di AS, pada dialog kali ini, pemimpin 20 kementerian dan  instansi kedua negara  berpartisipasi pada perbahasan tentang bidang - bidang keamanan, politik, ekonomi - keuangan pada aspek – aspek bilateral, regional dan internasional. Menjelang dialog ini, telah ada tidak sedikit analis, komentator, pemantau internasional menilai bahwa dengan Dialog Strategis dan Ekonomi AS - Tiongkok kali  ini, pemerintah dua negara telah meletakkan fundasi pertama untuk menggalang hubungan negara adi kuasa tipe baru. Akan tetapi, untuk mencapai final adalah satu proses yang penuh dengan duri dan onak, karena antara dua fihak masih ada banyak sengketa atas serentetan masalah, baik dalam masa lampau maupun yang baru muncul,  kalau tidak menanganinya  secara tuntas, maka konsep “hubungan negara adi kuasa tipe baru” akan sulit ditetapkan.

Masalah-masalah kunci dalam Dialog  ke-5 tentang Strategi dan Ekonomi AS- Tiongkok  - ảnh 1
Presiden AS, Barack Obama (kanan) dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping (kiri) pada pertemuan pada 8 Juni lalu membahas hubungan bilateral.
(Foto: baotintuc.vn)

Pertama-tama yalah, pagar rintangan dalam hubungan bilateral AS-Tiongkok berada di masalah ekonomi- perdagangan. Tidak bisa diingkari  bahwa selama waktu 34 tahun ini sejak penggalangan hubungan diplomatik sampai sekarang, perdagangan  bilateral telah meningkat 198 kali lipat. Khususnya, 5 tahun belakangan ini, nilai perdagangan AS-Tiongkok telah meningkat  dari USD 270 miliar menjadi kira- kira USD 500 miliar. Akan tetapi, perkembangan ekonomi- perdagangan  yang terlalu panas itu juga seiring dengan beberapa perselisihan dan kecurigaan satu sama lain. Bersamaan dengan itu, kesenjangan antara dua negara amat besar. Diperkirakan, sekarang ini  para investor AS sedang harus menghadapi rintangan - rintangan atau pembatasan- pembatasan  tentang hak kepemilikan di kira-kira 90 bidang di Tiongkok, sementara itu, semua perusahaan Tiongkok yang mengusahakan kesempatan  melakukan investasi di AS  selalu merasa cemas akan bahaya  yang dipengaruhi oleh berbagai keputuasan  yang tidak menguntungkan dari Kongres AS atau ditolak demi alasan menjamin keamanan. Di lain segi, masalah menetapkan nilai mata uang Renminbi  juga menjadi tema yang kontroversial secara berlarut-larut  antara dua negara adi kuasa ini, sehingga menimbulkan rintangan dalam transaksi perdagangan. Selama ini, AS masih beranggapan bahwa pemerintah Tiongkok telah menetapkan harga mata uang Renminbi terlalu rendah  untuk menciptakan syarat kepada badan-badan usaha negara ini  untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan tentang harga terbanding dengan negara-negara lain dalam perdagangan internasonal.

Bersama dengan sengketa-sengketa dalam perdagangan, masalah keamanan siber juga menjadi yang menyakitkan dalam hubungan antara Beijing dan Washington. Laporan dari Komisi Pengawasan aktivitas pencurian hak cipta kepemilikan  intelektual AS yang akhir-akhir ini  diajukan memprakirakan bahwa  saban tahun, perekonomian ini menderita kerugian sebesar  kira - kira USD 300 miliar, akibat serangan  berskala besar yang dilakukan peretas internasional, diantaranya peretas Tiongkok adalah pelaku papas atas. Pada waktu  pedebatan ini belum berakhir, maka masalah  yang semakin menjadi lebih rumit setelah diantara jumlah semua informasi tentang program pengawasan rahasia  dari Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dibocorkan oleh Mantan personel intelijen AS Edward Snowden juga menyinggung sasaran-sasaran serangan  yalah jaringan komputer Universitas Tsinghua. Di Beijing dan Universitas Hongkong. Oleh karena itu, pada Dialog kali ini, Tiongkok berharap akan menerima penjelasan kongkrit  dari fihak AS. Sementara itu,  menurut sumber berita Kementerian Luar Negeri AS, AS hanya menginginkan agar dua fihak berfokus pada pencurian-pencurian  informasi perdagangan dan aset-aset intelektual  yang lain. Tentunya, dua fihak akan tidak bisa mencapai pemahaman bersama  pada dialog kali ini.

Disamping itu, penjualan senjata AS kepada Taiwan (Tiongkok) juga merupakan penyebab yang menimbulkan keretakan hubungan militer bilateral AS-Tiongkok. Serentean masalah regional dan internasional lain juga berpengaruh tidak kecil terhadap hubungan AS-Tiongkok, misalnya masalah denuklirisasi semenanjung Korea dan sengketa wilayah laut di kawasan Asia Timur. Walaupun sekarang, AS masih menyatakan netral dalam semua sengketa kedaulatan terhadap wilayah laut di Asia, mengingkari peranan perantara antara berbagai fihak, bersamaan itu menyerukan semua negara supaya menangani sengketa secara damai, menghindari tindakan-tindakan yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap kebebasan maritim di kawasan, akan tetapi Tiongkok  selalu menyatakan bahwa kebijakan mempertimbangkan kembali  kekuatan di Asia yang sedang dilakukan oleh pemerintah pimpinan Barack Obama  telah dan sedang menjadi pengungkit bagi negara- negara yang sedang dilanggar haknya oleh Tiongkok dan menciptakan keseimbangan di kawasan.

Jelaslah bahwa usaha dua negara Tiongkok - AS dalam meneggakan hubungan negara adi kuasa tipe baru masih sedang dalam proses penjajakan dan mencari-cari. Karena hal yang menonjol dan sekaligus menjadi kelemahan  utama dalam hubungan antara dua negara adi kuasa yalah kurang adanya kepercayaan strategis satu sama lain. Semua pertemuan puncak atau tingkat tinggi AS- Tiongkok sulit mengatasi kelemahan  utama ini dan dialog tahunan kali ini  juga bukan perkecualian, akan tetapi  bisa membantu meminimalkan kesalah-pahaman yang bisa mendatangkan runtuhnya hubungan. Hubungan antara dua negara yang dinilai sedang menuju ke arah yang lebih seimbang setelah pertemuan tingkat tinggi pada bulan lalu antara Presiden AS, Barack Obama dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping dengan  pidato yang keras  dari dua fihak. Saling menghormati, bekerjasama  untuk menang bersama sebaiknya menjadi pemahaman bersama dari pemerintah dan rakyat dua negeri di jalan membangun hubungan kemitraan tipe baru AS - Tiongkok dan ini adalah hal yang sedang ditunggu - tunggu opini umum dari Dialog ke-5 tentang Strategi dan Ekonomi AS - Tiongkok di Washington DC./.


Komentar

Yang lain