Mengusahakan arah baru untuk Permufakatan Nuklir Iran

(VOVWORLD) - Tanpa memperdulikan Pernyataan Amerika Serikat (AS) yang menarik diri dari Permufakatan Nuklir Iran, negara-negara peserta permufakatan sisa-nya masih tetap sedang dengan aktif mengusahakan arahan baru agar Rencana Aksi Menyeluruh Bersama (JCPOA) tetap berlaku. Tapi proses ini tidak mudah.
Mengusahakan arah  baru untuk Permufakatan Nuklir Iran - ảnh 1Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan) dan Kanselir Jerman, Angela Merkel.( Foto:  vtv.vn)

Nasib Permufakatan Nuklir Iran setelah AS menyatakan menarik diri dari naskah bersejarah ini masih terus menjadi tema “panas” selama beberapa hari ini. Iran akhir-akhir ini telah menegaskan akan terus tinggal di Permufakatan Nuklir Iran dengan syarat  bahwa negara-negara Eropa tetap mendukung permufakatan ini. Sementara itu, AS tidak henti-hentinya mendesak kepada semua sekutu seperti Inggris, Perancis, Jerman supaya melakukan koordinasi dengan Washington, bersamaan itu mengancam akan memberikan sanksi terhadap semua perusahaan Eropa kalau terus melakukan usaha dengan Republik Islam Iran.

Diplomasi ulang-alik  untuk menyelamatkan permufakatan

Permufakatan Nuklir Iran sekarang ini meski tanpa AS, tapi semua negara sisanya tidak meninggalkan ambisi menjaga permufakatan. Manifestasi-nya yalah tidak lama setelah keputusan Presiden AS, Donald Trump yang menimbulkan kekecewaan, pemimpin negara-negara peserta permufakatan mulai mendorong perundingan. 

Setelah perbahasan-perbahasan di Sofia, Ibukota Bulgaria, pada Rabu (16/5), para pemimpin 28 negara anggota Uni Eropa telah menyepakati satu cara pendekatan bersama dari blok ini untuk menjaga Permufakatan Nuklir yang ditandatangani oleh negara-negara adi kuasa dengan Iran pada tahun 2015. Menurutnya, para pemimpin Uni Eropa menunjukkan akan selalu mendukung JCPOA kalau Iran menghargai permufakatan ini. Uni Eropa juga sepakat mempertahankan hubungan kerjasama ekonomi dengan Iran dan membela badan-badan usaha  Eropa yang terkena pengaruh negatif karena keputusan AS tentang penarikan diri dari JCPOA dan memberikan sanksi terhadap Iran. Satu hari sebelum-nya (15/5), Uni Eropa telah menggagas satu rencana ekonomi yang meliputi 9 butir untuk  menjaga Permufakatan Nuklir Iran, di antara-nya ada masalah mempertahankan hubungan ekonomi dengan Iran, menjamin supaya Teheran menjaga kemampuan berbisnis berbagai produk minyak tanah dan gas bakar-nya dan mendekati pasar keuangan internasional, menbela perusahaan-perusahaan Eropa yang sedang beraktivitas di Iran. Ini untuk pertama kali-nya selama bertahun-tahun ini, Uni Eropa mencapai suara tunggal dan kuat tentang satu tema besar yang bersangkutan dengan keamanan internasional.

Menurut rencana, Kanselir Jerman, Angela Merkel  akan melakukan kunjungan ke Federasi Rusia dan melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia, Vladimir  Putin  pada Jumat 18/5 ini. Beberapa hari setelah itu, Presiden Perancis, Emmanuel Macron juga akan melakukan kunjungan ke Rusia. Presiden Vladimir Putin berencana melakukan pertemuan dengan Yukiya Amano, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di kota Sochi. Sedangkan, Tiongkok memberitahukan bersedia bekerjasama dengan Rusia untuk menjaga Permufakatan Nuklir Iran.

Sementara itu, Teheran juga sangat  inisiatif mengusahakan “jaminan” dari semua fihak peserta JCPOA. Perlawatan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammed Javad Zarif ke Tiongkok, Rusia, Belgia (tempat kedudukan Markas Uni Eropa) dari 13/5 lalu bertujuan untuk melaksanakan tugas tersebut. Perlawatan ini telah mencapai hasil pendahuluan yang baik, ketika semua fihak berkomitmen memberikan dukungan terhadap usaha menjaga permufakatan tersebut. Tapi, prospek tentang tercapai-nya satu solusi berjangka panjang tetap sangat sulit.

Tidak mudah

Terhadap Uni Eropa, keputusan AS tentang penarikan diri dari Permufakatan Nuklir Iran pada tahun 2015 telah  menjerumuskan blok ini ke posisi terjebak antara dua fihak. Satu fihak yalah Iran dan kepentingan- kepentingan ekonomi dan keamanan yang pernah dijalankan dan  baru dicapai Uni Eropa selama bertahun-tahun ini  dan fihak yang lain yalah AS, sekutu yang terpenting  bagi Uni Eropa dan sekaligus adalah negara adi kuasa No. 1 di dunia. Pada tahun lalu, nilai komoditas ekspor dari Uni Eropa ke Iran mencapai kira-kira 11 miliar Euro (sama dengan 13 miliar USD), meningkat 66% terbanding dengan tahun 2015. Grup Airbus dari Uni Eropa telah mencapai kontrak senilai 10 miliar Euro di Iran, Perusahaan Permigasan Total melakukan investasi sebanyak lebih dari 3 miliar Euro di pasar ini.

Sementara itu, AS adalah mitra dagang yang terpenting bagi Uni Eropa dan sebaliknya. Kedua fihak mempunyai kesamaan dalam hampir semua nilai tentang ideologi, ekonomi, keamanan dan mempunyai banyak kepentingan bersama. Oleh karena itu, masalah-nya sekarang yalah Uni Eropa harus menyeimbangkan  masalah menjaga Iran di Permufakatan Nuklir Iran tahun 2015 dan bagaimana tidak merusakkan hubungan persekutuan dengan AS.

Lebih-lebih lagi, bagaimana pernyataan kuat Uni Eropa, tapi  pada latar belakang  sekarang ini, yaitu domininasi  AS dalam keuangan dunia membuat semua maksud “menerobos sanksi-sanksi”  yang bertentangan dengan keputusan embargo dari AS menjadi amat sulit. AS sedang mengontrol titik-titik yang terpenting dalam jaringan keuangan, di antara-nya ada sistem transaksi antarbank global SWIFT. Oleh karena itu, ketika menilai rencana memberikan bantuan untuk Iran, seorang pejabat senior Eropa menganggap “sangat sulit untuk menemukan satu solusi yang cocok, terutama untuk berbagai grup besar yang sedang beraktivitas di AS”.

Secara teori, Permufakatan Nuklir Iran tahun 2015 masih terus dilaksanakan kalau AS menarik diri dari permufakatan ini, tapi bagaimana tarap pelaksanaan-nya, semua-nya bergantung pada Uni Eropa sampai di mana keberaniannya mengorbankan hubungan persekutuan dengan AS? Sulit untuk percaya bahwa hubungan sekutu  yang hidup mati dari Barat bisa menjadi rusak karena dokumen Iran. Oleh karena itu, secara panjang, Uni Eropa harus mengusahanakan satu solusi yang bisa diterima oleh AS. Dan perjalanan ini masih mengalami banyak kesulitan ketika Uni Eopa masih harus berupaya menjamin kepentingan, termasuk  kepentingan Iran.

Komentar

Yang lain