Lagu-lagu romantis yang kekal abadi buah tangan komponis Trinh Cong Son

(VOVworld) – Komponis Trinh Cong Son dianggap sebagai satu pohon besar dari permusikan baru Vietnam. Khazanah musik yang ditinggalkan oleh komponis Trinh Cong Son sebanyak 600 lagu lebih, sebagian besarnya adalah lagu-lagu romantis yang berbau pikiran tentang hidup. 

Asmara adalah tema besar yang paling berpengaruh diantara lagu-lagu ciptaan komponis Trinh Cong Son. Mayoritas lagunya adalah lagu-lagu yang melankholik dan senantiasa bicara tentang perasaaan hidup sendiri sebatang kara. Lagu yang berjudul “Diem xua” yang dia cipta pada tahun 1960 adalah satu lagu seperti itu. Dengan irama yang ringan, lambat, lagu ini menceritakan tentang asmara terpendam yang diperuntukkan bagi seorang gadis yang bernama “Ngo Vu Bich Diem”, seorang gadis asal kota Hanoi yang mengikuti keluarganya pindahke kota Hue. Lagu ini walaupun telah dinyanyikan oleh banyak biduan di dalam dan luar negeri, tapi, lagu ini hanya benar-benar menyentuh hati pendengarnya melalui suara biduan Khanh Ly.

Komponis Trinh Cong Son juga selalu mencipta lagu-lagu tentang nasib manusia. Dia juga terpengaruh oleh agama Buddha Mahayana, maka dia selalu berminat membawa ide samadhi dan menasehati manusia supaya menerima suratan nasib yang dulu telah ditetapkan secara tawakal. Yang tipikal ialah lagu yang berjudul “Debu”. Lagu ini memisalkan nasib manusia seperti debu. Debu akhirnya kembali menjadi debu. Walaupun iramanya sederhana, tetapi liriknya sangat dekat dengan orang yang telah membuat lagu ini digemari oleh banyak orang.

Selain lagu-lagu romantis, komponis Trinh Cong Son juga meninggalkan lagu-lagu tentang kampung halaman serta lagu-lagu yang memanifestasikan pandangan politik yang jelas seperti lagu yang berjudul “Hue -Sai Gon-Hanoi”. Dengan liriknya yang kuat, iramanya cepat dan dikombinasikan dengan irama Boston, lagu ini memanifestasikan hasrat penyatuan Tanah Air, mengimbau tiga daerah Tanah Air bangkit melakukan revolusi agar “Vietnam Utara, Vietnam Selatan dan Vietnam Tengah menjadi satu”.


Komentar

Yang lain