Italia menjelang referendum

(VOVworld) - Para pemilih Italia, Minggu (4/12), akan memberikan suara untuk memutuskan mendukung atau menentang penyusunan kembali Undang-Undang Dasar (UDD) negara ini pada latar belakang perasaan khawatir sedang meliputi di mana-mana. Hasil referendum kali ini berpengaruh langsung terhadap nasib politik Perdana Menteri (PM) Matteo Renzi pada khususnya dan kestabilan gelanggang politik Italia pada umumnya, bahkan bisa menciptakan kejutan terhadap Uni Eropa.


Italia menjelang referendum - ảnh 1
Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi.
(Foto:vnplus).


Dalam referendum mengenai reformasi UUD pada waktu mendatang, pemilih Italia akan memberikan suara mendukung atau menentang pemangkasan kekuasaan Majelis Tinggi, meningkatkan kekuasaan Pemerintah pusat. Menurut rekomendasi referendum UUD yang dikeluarkan PM Matteo Renzi, jumlah legislator akan dikurangi dari 315 orang menjadi tinggal 100 orang legislator saja. Majelis Tinggi Italia hanya bertanggung jawab mengamandir UUD dan semua undang-undang yang pernah berpengaruh terhadap 20 wilayah di Italia saja. Sementara itu, Majelis Rendah Italia mempunyai tugas  melakukan semua pemungutan suara kepercayaan dan mengesahkan semua Rancangan Undang-Undang (RUU). Kedua yalah warga Italia harus memutuskan apakah perlu memangkas kekuasaan  dan pemerintahan daerah untuk meningkatkan kekuasaan pemerintahan pusat atau tidak untuk memperkuat kestabilan politik di Italia- tempat dimana ada 63 aparatur pemerintahan daerah sejak tahun 1945.


Alasan  melakukan referendum

PM Matteo Renzi telah menyebut reformasi UUD sebagai induk dari semua reformasi dan perubahan-perubahan yang bersifat titik balik, yang menurut itu akan menggariskan satu arah baru bagi Italia dalam dekade-dekade mendatang. PM Matteo Renzi menegaskan reformasi UUD merupakan hal yang diperlukan untuk membawa Italia menjadi lebih modern dan efektif, lebih sesuai dengan Uni Eropa dan negara ini akan dipersenjatai secara lebih baik untuk menghadapi tantangan-tantangan dalam satu dunia yang sedang melakukan globalisasi secara cepat.

PM Matteo Renzi bertekat melakukan reformasi terhadap  UUD karena sekarang Majelis Tinggi dan Majelis Rendah di Italia sedang punya kekuasaan yang sama dan secara permanen ada kontradiksi dalam merebut lagi kekuasaan, sehingga pekerjaan legislasi hampir-hampir tidak bisa mengeluarkan keputusan-keputusan kebijakan secara tepat waktu. Hal ini banyak menghalangi proses melakukan reformasi-reformasi besar dan kuat tentang ekonomi dan politik yang dijalankan oleh Pemerintah Italia. Kalau  UUD Italia berubah, suara Majelis Tinggi akan lebih berbobot dari pada Majelis Rendah. Hal ini bersama dengan UU Pemilihan baru (menentukan Partai yang berkuasa bisa menguasasi mayoritas kursi dalam Parlemen akan tidak perlu bersekutu dengan partai-partai lain) akan menciptakan pengungkit bagi PM Matteo Renzi untuk punya kemungkinan melaksanakan program reformasi ekonomi yang dia dukung. Sementara itu, para pakar ekonomi juga menegaskan: Italia perlu mengubah UUD untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.



Langkah petualangan yang dilakukan oleh PM Matteo Renzi
.

Dengan tekat melakukan reformasi terhadap ekonomi dan politik,  PM Matteo Renzi  telah membayar uang muka untuk masa depan politik pada referendum pada Minggu (4 Desember) ketika sejak permulaannya, dia telah berkomitmen akan mundur jika rakyat memberikan suara menentang. Namun, justru hal ini disalah-gunakan oleh kubu anti reformasi untuk memaksa dia mundur jika dia gagal. Internal Partai Demokrat (PD) pimpinan PM Matteo Renzi juga sedang mengalami perpecahan yang mendalam ketika pemberian suara akan segera berlangsung. Yang patut diperhatikan ialah hasil 40 jajak pendapat yang diumumkan pada tanggal 18 November menunjukkan kubu anti reformasi sedang melebihi nilai dari kubu pimpinan  PM Matteo Renzi. Puluhan ribuan orang dari kubu-kubu anti reformasi UUD di Italia, pada 27/11, telah turun ke jalan-jalan melakukan demonstrasi, menyerukan memberikan suara “kontra” dalam referendum.

Pekembangan-perkembangan menjelang referendum jelaslah merupakan hal yang tidak menguntungkan masa depan politik PM Matteo Renzi. Kalau gagal, PM Matteo Renzi tetap terus memimpin PD, meskipun dia telah meletakkan jabatan PM, tapi ekonomi Italia pertama-tama akan mengalami gejolak ke arah tidak baik. Delapan Bank dari Italia bisa mengalami keruntuhan. Seluruh utang yang bermasalah  dari sistem perbankan di Italia masih berada pada tarap tinggi, kira-kira 400 miliar dolar Amerika Serikat (menurut Dana Moneter Internasional) dan sebarang hasil referendum manapun yang menimbulkan destabilitas terhadap perpolitikan Italia juga akan mengakibatkan kepanikan di pasar keuangan negara ini.

Sementara itu, Uni Eropa juga memantau ketat pemungutan suara di negara yang mempunyai perekonomian yang besarnya nomor 3 di Eurozone, karena kalau PM Matteo Renzi gagal, kewibawaan Partai Sayap Kanan “Gerakan Lima Bintang” pimpinan mantan pelawak masyhur Beppe Grillo (Partai oposisi utama dalam Parlemen sekaligus merupakan kekuatan yang gigih menolak reformasi UUD akan meningkat kuat. Hal yang patut diperhatikan yalah “Gerakan Lima Bintang” ini berhaluan mendukung Italia meninggalkan Uni Eropa.

Dengan referendum mengenai reformasi UUD pada Minggu (4 Desember), Italia sedang menghadapi tantangan dan kesulitan. Oponi umum sedang memantau semua perkembangan yang tidak bisa diduga pada detik terakhir di gelanggang politik negara ini.


Komentar

Yang lain