Perang anti terorisme – tugas yang tidak dimiliki sendiri oleh siapapun

(VOVworld) - Pada latar belakang terorisme ada ancaman melanda luas, serentetan negara, komunitas internasional selama beberapa hari ini telah menunjukkan beberapa gerak-gerik  untuk mencegah ancaman ini. Namun, perang anti terorisme akan berjangka panjang dan memerlukan kombinasi  yang serasi antar-pihak. 


Perang anti terorisme – tugas yang tidak dimiliki sendiri oleh siapapun - ảnh 1
Presiden Amerika Serikat Barack Obama  berbicara di depan rakyat seluruh negeri
pada 11  September tentang rencana  membami  IS
(Foto: AFP/vnexpress.net)

Selama beberapa hari ini, dua konferensi internasional besar  tentang anti terorisme secara berturut-turut  berlangsung di Amerika Serikat dan Arab Saudi  untuk  mengusahakan suara  bersama dari komunitas  internasional  dalam perang terhadap  bahaya ini. Bersama dengan semua konferensi tersebut, banyak  negara  juga menyatakan rencana-nya sendiri  untuk mencegah terorisme  di negara-nya sendiri melanda luas.


Dari upaya  internasional sampai  kepraktifan tiap-tiap negara
.

Pada Konferensi internasional dengan tema: “Islam dan operasi anti terorisme”sedang berlangsung di Mekah (Arab Saudi), Raja baru negara ini, Salman Bin Abdulaziz Al Saud menyampaikan satu pesan bahwa “perlu menjamin  citra Muslim global dari sabotase terorisme”. Selama 4 hari berlangsung konferensi, 700 utusan yang adalah para pejabat dan sarjana dari negara-negara Islam berbahas tentang sebab-musabab tentang terorisme, dari situ menggariskan  rencana komprehensif tentang anti terorisme. Konferensi ini  juga merupakan peluang bagi negara-negara  dan para sarjana Islam untuk mempelajari sebab-musabab agama dari terorisme maupun sebab-musabab  ekonomi dan sosial, pendidikan, kebudayaan dan komunikasi dari terorisme yang sedang merejalela di dunia sekarang.

Sudah sejak menjelang Konferensi tersebut,  di Amerika Serikat,  juga berlangsung  Konferensi Tingkat Tinggi  Internasional  tentang anti terorisme dan  ekstrimisme dari 18-20 Februari ini, dengan dihadiri oleh ratusan wakil dari lebih dari 60 negara, diantaranya  ada para legislator,  gubernur dan walikota dari kota-kota Amerika Serikat, Eropa dan Timur Tengah. Para wakil dari 60 negara tersebut  sepakat membuat sketsa satu peta jalan menuju ke dialog-dialog  yang bersangkutan dengan terorisme.Bersama dengan dua konferensi berskala internasional tersebut, pada hari-hari ini, setiap negara mengumumkan banyak aktivitas kongkrit untuk melawan IS. Hanya beberapa hari setelah menerima tugas, pada Senin (23 Februari), Menteri Pertahanan Baru Amerika Serikat, Ashton Carter memastikan akan mengalahkan kelompok IS pada pertemuan dengan para perwira tinggi dan diplomat papan atas di Kuwait untuk meninjau upaya perjuangan untuk melawan kelompok mujahidin ini. Pertemuan tersebut tidak hanya berbahas tentang perang di Irak dan Suriah, tempat dimana pesawat-pesawat terbang Amerika Serikat dan pasukan koalisi sedang setiap hari melancarkan serangan udara terhadap IS saja, tapi juga berbahas tentang cara memperluas serangan di kawasan untuk melawan IS. Pada hari yang sama, Perancis menyatakan menggelarkan kapal induk Charles de Gaulle untuk ikut perang anti IS di Irak. Penggelaran kapal induk ini akan memangkas separo waktu yang diperlukan pesawat terbang untuk tiba di Irak dalam operasi serangan udara terhadap IS terbanding dengan waktu terbang dari pangkalannya di Uni Emirat Arab (UAE). Sementara itu, seorang pejabat yang tidak mau disebutk namanya dari Markas Komando Pusat Amerika Serikat membocorkan bahwa kira-kira 20.000 serdadu Irak dan serdadu orang Kurdi sedang siap merebut kembali Mosul, kota paling besar yang sedang berada di tangan pasukan teroris IS. Operasi ini akan dilakukan dari April sampai Mei mendatang. Bersama dengan penguatan keamanan di dalam negeri, Perdana Menteri (PM) Inggeris, David Cameron berpendapat bahwa semua jejaring sosial harus bertindak lebih giat lagi untuk melawan intrik kelompok-kelompok ekstrimis yang merekrut para milisi mujahidin melalui jaringan internet, khususnya setelah hilangnya 3 siswi negara ini yang dianggap sudah berangkat ke Suriah. Di Belgia, Pemerintah negara ini mengumumkan rencana anti terorisme dan kaum Muslim ekstrimis yang terdiri dari 12 langkah, diantaranya memperkuat keberadaan para serdadu di jalan-jalan dan memperkuat keamanan di semua gedung yang dinilai ada banyak bahaya. Menteri Dalam Negeri Belgia, Jan Jambon berencana menciptakan satu basis data tentang daftar para milisi Islam potensial.


Bahaya jelas jemelas, tapi koordinasinya tetap belum satu


Walaupun banyak langkah mencegah terorisme telah diumumkan, namun pada kenyataannya, keberadaan terorisme tetap merupakan ancaman yang besar. Di Belgia, Dinas Keamanan Federal menekankan bahwa usaha terus mempertahankan peringatan keamanan pada taraf yang tinggi tetap efektif. Perdana Menteri Perancis, Manuel Valls menilai bahwa anasir-anasir mujahidin menimbulkan ancaman langsung terhadap Eropa pada saat semakin ada banyak kecemasan tentang IS, pasukan yang menduduki banyak wilayah di Irak dan Suriah serta juga membangun basis yang kokoh di Libia. Menurut kalangan analis, komunitas internasional tidak punya banyak waktu lagi untuk mencegah perluasan aktivitas yang dilakukan organisasi tersebut di negara Afrika Utara ini.

Bersama dengan bahaya terorisme yang sekarang sedang ada, kesepakatan dalam mengkombinasikan aksi antar-negara juga menjadi masalah yang mendapatkan perhatian, khsususnya  baru-baru ini, Menteri  Pertahanan Irak, Khaled Al Obeidi telah mengecam Amerika Serikat karena telah mengumumkan kerangka melakukan operasi militer  untuk menduduki kembali  kota Mosul dari tangan IS.  Dia juga menegaskan: Dengan satu operasi militer  seperti itu,  kalangan  pejabat militer tidak boleh membocorkan rahasia. Dia juga menilai bahwa ini akan merupakan perang  di dalam kota – tempat dimana banya penduduk bermukim, sehingga dituntut ada kerakuratan dan ketelatenan  ketika  membuat rencana  pertempuran. 

Tidak bisa  mengingkari hasil-hasil  yang telah dicapai oleh dunia internasional  dalam perang anti terorisme pada waktu lalu. Namun, agar perang ini menjadi efektif, negara-negara dan komunitas internasional perlu berupaya dan melakukan koordinasi aksi  secara serasi di atas banyak segi, tidak semata-mata hanya di segi militer saja./. 


Komentar

Yang lain