Perbedaan-perbedaan yang sulit ditutup-tutupi

(VOVworld) – Hubungan Amerika Serikat – Tiongkok sedang mengalami perkembangan yang cukup menegangkan. Alasan adanya keretakan terkini dalam hubungan antara dua perekonomian papan atas di dunia ini muncul dari perbedaan-perdebatan tentang masalah Laut Timur. Pada latar belakang Beijing sedang melakukan serentetan aktivitas reklamasi, mengubah status quo terhadap pulau-pulau di Laut Timur, Washington semakin menunjukkan sikapnya dengan pesan-pesan keras dan mengeluarkan “garis-garis merah” dalam hubungan dengan Beijing.

Perbedaan-perbedaan yang sulit ditutup-tutupi - ảnh 1
Hubungan bilateral Amerika Serikat - Tiongkok mengalami gejolak lagi
(Foto: baotintuc.vn)


Sejak Washington mengumumkan dan mulai melaksanakan politik “penyeimbangan kembali” tentang politik dan militer dengan Asia, hubungan antara dua negara adi kuasa semakin mengalami banyak perselisihan. Walaupun kedua pihak bersama-sama menegaskan bahwa hubungan bilateral tetap “stabil”, tapi untuk mengontrol hubungan bilateral ini supaya berjalan tepat arah, baik Beijing maupun Washington juga mengerti bahwa ini bukan hal yang mudah.


Tantangan terhadap ketertiban dan keamanan regional

Untuk menegaskan politik menggeser titik berat ke kawasan Asia, dalam kunjungan kerja dua hari di Tiongkok yang baru saja berakhir, Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat, John Kerry menegaskan kembali komitmen konsekwen Amerika Serikat yang akan melindungi para sekutunya di kawasan dan mulai sedikit membuat batas merah di wilayah laut yang dianggap Beijing sebagai klaim kedalautannya. Dalam pertemuan dengan para pejabat tinggi Tiongkok, diantaranya ada Presiden Xi Jinping, Anggota Dewan Negara, Yang Jiechi dan Menlu Wang Yi, Menlu Amerika Serikat John Kerry menegaskan tekad “keras” Amerika Serikat dalam membela semua kepentingan Washington dan para sekutunya di Laut Timur, bersamaan itu mengimbau kepada Beijing supaya bertindak untuk membongkar sumbu ketegangan di Laut Timur, ikut melakukan dialog dengan negara-negara ASEAN.

Akan tetapi, alih-alih menyepakati satu solusi diplomatik bagi kawasan untuk bisa mencapai permufakatan dan menuju ke satu kode etik antara ASEAN dan Tiongkok, timpalan Menlu John Kerry tersebut sebaliknya menyatakan pendirian yang keras ketika dia secara terus terang menyatakan bahwa Tiongkok dengan sekuat tenaga membela kedaulatannya “yang tak terubahkan”.


Apakah ada bahaya timbulnya bentrokan militer di Laut Timur?

Perihal Amerika Serikat semakin giat dalam masalah Laut Timur juga bertolak dari ketegangan yang semakin meningkat di kawasan. Kira-kira setahun ini, Filipina, sekutu Amerika Serikat, terus menentang keras aktivitas-aktivitas reklamasi yang dilakukan Tiongkok, telah sedikit menyerap perhatian dunia. Filipina telah mendesak Amerika Serikat supaya mengeluarkan pandangan yang lebih kuat lagi dan ini merupakan kesempatan bagi Amerika Serikat untuk tidak kehilangan kesempatan meningkatkan pengaruhnya di kawasan tersebut. Sebagai satu jalan maritim yang penting, semua instabilitas di Laut Timur akan menciptakan pengaruh besar terhadap banyak negara di dunia, diantaranya ada Amerika Serikat. Oleh karena itu, dari persoalan yang bukan masalah bilateral yang penting dalam hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok atau dengan negara-negara Asia Tenggara, sekarang Laut Timur sudah menjadi satu tema papan atas dalam politik Amerika Serikat di Asia. Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pernah menyatakan bahwa penanganan sengketa-sengketa di Laut Timur merupakan “prioritas diplomatik papan atas” dari Amerika Serikat. Amerika Serikat merasa khawatir bahwa aktivitas reklamasi dan militerisasi di Laut Timur akan menjadi “awalan” bagi Beijing untuk menyatakan satu zona identifikasi pertahanan udara di wilayah ini, sama seperti Laut Hoatung pada tahun 2013. Oleh karena itu, Amerika Serikat memutuskan memberikan sinyal kepada Tiongkok dan dunia bahwa tindakan yang dilakukan Tiongkok baru-baru ini sudah “keterlaluan”.

Pada kenyataannya, masalah Laut Timur sudah menjadi perhatian di gelanggang politik Amerika Serikat. Para pejabat senior urusan kawasan Asia Timur – Pasifik dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat baru-baru ini telah mengadakan acara dengar pendapat di depan Komisi Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat tentang masalah ini. Pada acara ini, para senator Amerika Serikat telah meminta kepada Pemerintah pimpinan Presiden Barack Obama supaya memberikan reaksi yang lebih keras lagi terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan Tiongkok di wilayah-wilayah laut di Asia Timur. Sebelumnya, Tentara Amerika Serikat telah melakukan perbahasan untuk mempertimbangkan penggunaan kapal dan pesawat terbang Angkatan Laut untuk melakukan patroli di daerah yang jauhnya kira-kira 12 mil laut dari pulau-pulau batu di Laut Timur yang sedang direklamasi oleh Tiongkok untuk menjamin kebebasan maritim, sehingga membuat Tiongkok merasa sangat khawatir. Selama bertahun-tahun ini, biasanya setiap tahun Amerika Serikat akan mengirim satu armada kapal perang ke Laut Timur. Bersama dengan peningkatan latihan-latihan perang bersama dengan para sekutunya, kunjungan kelompok—kelompok kapal perang Amerika Serikat pada waktu belakangan ini jelaslah merupakan pesan yang ditujukan kepada Beijing, menantang strategi perluasan kedaulatan Tiongkok. Menurut para pengamat, bahaya bentrokan di laut antara Amerika Serikat dan Tiongkok sama sekali bisa terjadi karena politik pemindahan poros strategi ke kawasan Asia – Pasifik yang dilakukan Presiden Barack Obama sedang menciptakan konfrontasi yang tak terhindarkan antara dua negara.


Perbedaan-berbedaan yang sulit ditutup-tutupi

Tidak hanya punya pandangan yang berbeda dalam masalah Laut Timur saja, dua perekonomian terbesar di dunia ini juga timbul problematik dalam berbagai dokumen dari perdagangan, hak asasi manusia sampai keamanan cyber, dll. Oleh karena itu, di samping kerjasama di bidang-bidang perubahan iklim, masalah Republik Demokrasi Rakyat Korea dan program nuklir Iran, perbedaan-perbedaan pendapat yang belum berhasil dipersempit tetap merupakan satu ciri dalam hubungan Amerika Serikat – Tiongkok. Dalam pertemuan dengan Menlu John Kerry, Presiden Tiongkok, Xi Jinping menegaskan keinginan mengembangkan hubungan Amerika Serikat – Tiongkok ke satu ketinggian baru. Berdasarkan pada kecenderungan gerak dari perpolitikan dan ekonomi dunia, kerjasama antara dua negara adi kuasa merupakan keniscayaan. Namun seberapa prospek dari erat dan kehangatan dari hubungan konektivitas itu bergantung pada seberapa jauh mereka bisa mengharmoniskan perbedaan pendapat, terutama ketika Amerika Serikat belum mengubah strategi pindah poros ke Asia dan kestabilan di kawasan ini merupakan kepentingan teras bagi Washington./. 

Komentar

Yang lain