Tidak hanya untuk mendorong kerjasama perdagangan saja

(VOVworld) - Pada Rabu (22 April), Presiden Argentina Cristina Fernandez memulai perlawatan ke Federasi Rusia. Perlawatan ini selain target melakukan kunjungan  kehormatan balasan  terhadap kunjungan dari Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin  di Argentina pada Juli tahun 2014 lalu, tapi juga mengandung banyak arti. Bagi Rusia, untuk menetapkan posisi sebagai negara adi kuasa di kawasan Amerika Latin yang strategis, maka Argentina merupakan satu negara yang tidak bisa dilewatkan. Sedangkan bagi Argentina, menggalang hubungan dekat dengan Moskwa untuk membantu Buenos Aires memperkuat kekuatan defensif dalam sengketa terhadap kepulauan Malvinas  yang juga diklaim oleh Inggris. 

Tidak hanya untuk mendorong kerjasama perdagangan saja - ảnh 1
Presiden Argentina, Cristina Fernandez.
(Foto:motthegioi.vn).


Dalam perlawatan selama dua hari di Federasi Rusia, Presiden Argentina Cristina Fernandez dan timpalannya dari Rusia, Vladimir Putin membahas banyak masalah, solusi menggelarkan kerjasama di serentetan bidang kunci dan unggul yang dimiliki  masing-masing fihak, terutama bidang energi nuklir. Akan tetapi, menurut kalangan pengamat, kerjasama pertahanan barulah merupakan titik berat utama dalam pertemuan kali ini antara dua pemimpin .

Memperkuat kerjasama militer dan pertahanan

Informasi terkini  dari Kementerian Pertahanan Rusia, Moskwa dan Buenos Aires telah sepakat dengan rencana-rencana menaikkan tingkat kerjasama militer antara tentara dua negara pada latar belakang situasi dunia mengalami banyak gejolak. Permufakatan ini tercapai  dalam satu pertemuan antara Deputi Menteri Pertahanan Rusia, Antony Antonov dan Duta Besar Argentina, Pablo Tettamani  di  Moskow pada pekan lalu.

Sebelumnya, pada Juli tahun 2014, Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin telah melakukan pertemuan dengan timpalannya dari Argentina, Presiden Cristina Fernandez dan membahas banyak masalah, diantaranya menekankan kerjasama militer dan pertahanan, menganggap ini sebagai kerjasama kunci untuk periode baru. Hal yang patut diperhatikan yalah sehubungan dengan kunjungan ini, dua fihak sepakat dengan rencana yalah Rusia menjual 12 pesawat tempur jarak jauh suprasonik Su-24 kepada Argentina. Sebaliknya, Argentina menjual gandum, hasilan daging dan hasilan pertanian yang  lain kepada Rusia. Oleh karena itu, dalam kunjungan kali ini, selain  target mendorong hubungan perdagangan bilateral, Rusia dan Argentina akan menandatangani kontrak-kontrak jual-beli alat-alat militer, resmi menjadi mitra strategis  satu sama lain di bidang keamanan dan pertahanan.

Saling menguntungkan kedua fihak

  Hubungan Rusia-Argentina nampaknya belum pernah mengalami perselisihan dan selalu berkembang menurut arah yang baik. Meskipun begitu, tingkatnya masih terbatas dan pada pokoknya berhenti di bidang perdagangan saja. Argentina bukan merupakan pasar yang dimanfaatkan  bidang-bidang potensial Rusia. Sebaliknya, Rusia juga bukan merupakan pasar ekspor penting untuk berbagai jenis hasilan pertanian utama yang sedang dipasok Argentina kepada dunia internasional,

Namun, pada latar belakang Barat mengenakan banyak sanksi terhadap Rusia, maka negara ini terpaksa  harus mengusahakan  dan  memperluas pasar, maka Amerika Latin merupakan satu pilihan  yang sempurna. Melalui memperkuat perdagangan  hasilan pertanian dengan negara-negara Amerika Latin, misal-nya Argentina, Rusia bisa memusnahkan pengaruh dari embargo dan sanksi dari Eropa dan Amerika Serikat terhadap Rusia dalam masalah Ukraina. Bersamaan itu, Rusia turut memperkuat kekuatan militer Argentina, khususnya yalah memperkuat kontrol udara di kawasan kepulauan Malvinas, cara yang digunakan Moskwa untuk “menangkal” Inggris - negara yang selalu menjadi pelopor dalam mendukung sanksi terhadap Rusia.

Sementara itu, masalah kepulauan Malvinas selalu merupakan masalah yang memusingkan kepala Argentina dalam hubungan dengan Inggris. Kepulauan Malvinas (yang disebut juga Falklands) diklaim Argentina, akan tetapi, kontrol nyata dimiliki Inggris sejak tahun 1830. Pada tahun 1982, Pemerintah Buenos Aires melakukan satu perang dengan London untuk menduduki kembali kepulauan ini, akan tetapi telah mengalami kekalahan setelah Inggris melakukan kontra-ofensif dan merebut kembali hak kontrol terhadap kawasan ini.

Sejak waktu itu sampai sekarang, kontradiksi antara London dan Buenos Aires kadang-kadang muncul. Yang terkini yalah pernyataan Argentina untuk meningkatkan anggaran belanja militer dalam tahun 2015 telah mencemaskan Inggris. Sekarang ini, Inggris hanya menggelarkan 1.500 serdadu di kepulauan tersebut saja. Kalau tentara Argentina  memiliki pesawat-pesawat tempur kuat yang dipasok Rusia  akan membuat Inggris lebih lemah terbanding dengan Argentina. Inggris merasa cemas bahwa kalau tejadi satu perang seperi tahun 1982, ada kemungkinan bahwa negara ini akan tidak bisa sempat menghadapi-nya kerena jarak dari Argentina ke kepulauan Malvinas supra dekat terbanding dengan dari Inggris. Oleh karena itu, Inggris juga menyatakan rencana meningkatkan anggaran belanja untuk keamanan di kepulauan Malvinas ini untuk menghadapi semua upaya  Argentina dalam memperkuat kekuatan militer.

Menghadapi hubungan dekat yang sudah ada sejak lama antara Rusia dan negara-negara Amerika Latin, tidak hanya Inggris saja, melainkan juga Amerika Serikat merasa tidak tenang. Perlawatan Presiden Argentina Cristina Fernandez di Federasi kali ini dengan titik beratnya yalah kerjasama pertahanan menandai kembali-nya Rusia di Amerika Latin, bersamaan itu mengajukan tantangan- tantangan baru terhadap Amerika Serikat dan negara-negara sekutu Barat. Barang kali, pada hari-hari mendatang, komunitas internasional akan menyaksikan perlombaan senjata di kawasan./.

Komentar

Yang lain