Bapak Le Duc Tho – Pemimpin Berkabat Dengan Perundingan Paris Bersejarah

(VOVWORLD) - Dalam sepanjang hidup revolusionernya, Bapak Le Duc Tho, mantan Kepala Departemen Organisasi Komite Sentral telah bertahun-tahun bertempur di medan perang Vietnam Selatan perang perlawanan melawan AS untuk menyelamatkan tanah air. Bapak Le Duc Tho juga memegang jabatan penting dalam Partai dan memberikan kontribusi yang sangat penting dengan peranan sebagai Penasihat Khusus delegasi perunding Pemerintah Republik Demokrasi Vietnam di Konferensi Paris tahun 1973 tentang penghentian perang, dan penegakan perdamaian di Vietnam. 
Bapak Le Duc Tho – Pemimpin Berkabat Dengan Perundingan Paris Bersejarah - ảnh 1Bapak Le Duc Tho dan Dokter saling mengucapkan selamat pasca upacara penandatanganan Perjanjian Paris. Foto: VNA

Pada bulan April 1968, saat menjabat sebagai Wakil Sekretaris Biro Vietnam Selatan, Le Duc Tho dipanggil oleh Presiden Ho Chi Minh ke Hanoi, bersiap untuk pergi ke Paris untuk memikul misi "Penasihat Khusus" dari Delegasi. Pemerintah Republik Demokratik Vietnam secara langsung melakukan perundingan dengan perwakilan Amerika Serikat untuk mengakhiri perang dan meneggakan kembali perdamaian di Vietnam.

Pada Konferensi Paris, sebagai "Penasihat Khusus" dari Delegasi Pemerintah Republik Demokratik Vietnam, melalui kegiatan dalam perundingan terbuka dan rahasia, dalam semua konferensi pers, memimpin untuk mengeluarkan “Komunike pers”, Beliau telah memberikan sumbangsih penting dalam membuat rakyat progresif di dunia dengan jelas memahami sifat tanpa keadilan dari perang yang disebabkan oleh AS di Vietnam. Terutama, dalam semua perundingan rahasia dengan Penasihat Keamanan Presiden AS, Kissinger atau di meja Konferensi, Bapak Penasihat Le Duc Tho selalu menunjukkan dengan jelas iktikat baik rakyat Vietnam yang ingin menghentikan perang, meneggakan kembali perdamaian di Vietnam, sekaligus menegaskan pendiriannya rakyat Vietnam, yaitu dengan gigih berjuang demi tujuan kemerdekaan nasional dan penyatuan tanah air.

Mantan Menteri Luar Negeri Nguyen Dy Nien, ketika mengenang Bapak Le Duc Tho telah menegaskan: selama hampir 5 tahun melakukan perundingan di Paris, Beliau disamakan dengan seorang jenderal di daerah perbatasan. Deputi Menteri Luar Negeri Dang Hoang Giang mengatakan bahwa di meja perundingan, Bapak Le Duc Tho selalu membuat lawan mengaggumi kepandaian strategis dan kecerdikan seorang diplomat berpengalaman.

 “Dalam proses melakukan perundingan Perjanjian Paris, Vietnam adalah negara kecil yang hampir tidak mempunyai pengalaman di front diplomatik, dibandingkan dengan AS yang merupakan negara besar dan kuat dengan potensi militer dan diplomatik. Kissinger adalah tokoh "kuat" di dunia diplomatik AS dan internasional. Namun, dalam semua perundingan dengan Bapak Le Duc Tho, Kissinger selalu harus kagum dari lubuk hati bukan hanya dengan mulut saja terhadap alasan dan argumen yang kuat dari Beliau. Saya menganggap bahwa Bapak Le Duc Tho benar-benar telah menunjukkan kapabilitas, talenta, dan kearifan.”

Bapak Le Duc Tho – Pemimpin Berkabat Dengan Perundingan Paris Bersejarah - ảnh 2Deputi Menlu Vietnam, Dnag Hoang Giang. Foto: VNA

Selama adu argumen yang menegangkan di Konferensi Paris, AS selalu mencari alasan untuk menunda penandatanganan Perjanjian Paris dengan cara mengeluarkan tuntutan yang tidak dapat diterima terhadap Republik Demokratik Vietnam dan Republik Vietnam Selatan. Ketika Menteri Luar Negeri AS, Kissinger berulang kali mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal dan secara implisit mengancam akan menghentikan perundingan dan melakukan pengeboman kembali. Penasihat Khusus Le Duc Tho dengan tegas menjawab: "Kami berperang dengan Kalian selama lebih dari sepuluh tahun dan telah melakukan perundingan selama 5 tahun. Sekarang, kalau Anda siap barulah bisa menuju ke proses penanganan; Tidak boleh menggunakan ancaman terhadap kami". Professor Muda, Doktor Bui Dinh Phong, Institut Ho Chi Minh dan para Pemimpin Partai, Akademi Politik Nasional Ho Chi Minh menegaskan:

“Hal yang sangat penting untuk menunjukkan keberanian dan kapabilitas ialah Bapak Le Duc Tho menguasai musuh dengan mantap dapat membaca pikiran lawan”, kata Menlu Kisinger. Artinya, memahami apa niat orang lain. Oleh karena itu, keberanian Bapak Le Duc Tho dalam berdiplomasi adalah dengan aktif menyerang musuh, namun memadukan masalah-masalah prinsipil dan fleksibilitas dalam perjuangan diplomasi.”

Perjanjian Paris adalah kemenangan paduan antara perjuangan-perjuangan militer, politik, dan diplomatik, di antaranya ada kontribusi terkemuka dari Bapak Le Duc Tho. Proses perundingan Perjanjian Paris paling panjang dalam sejarah diplomasi modern, menimbulkan resonansi besar dalam opini umum dan dunia. Citra Beliau menenuhi koran-koran yang besar di AS dan Barat.

Waktu telah berlalu, tetapi rekam jejak penasehat khusus Le Duc Tho pada Perundingan Paris (1968 - 1973) masih sangat jelas. Hasil tersebut merupakan tonggak cemerlang dalam sejarah diplomasi Vietnam, meninggalkan banyak pengalaman berharga bagi usaha integrasi internasional Vietnam saat ini.


Komentar

Yang lain