Pendidikan Vietnam menjelang integrasi ASEAN

(VOVworld) – Hanya tinggal beberapa hari lagi, Komunitas Ekonomi ASEAN resmi lahir dan menurut perjanjian-perjanjian yang sudah ditandatanganidalam ASEAN, semua negara anggota akan mengakui ijasah satu sama lain. Tenaga kerja berketrampilan tinggi akan dapat berpindah-pindah dan bekerja secara bebas antar-negara dalam ASEAN. Hal ini memberikan kepentingan yang tidak kecil kepada pekerja dan mahasiswa Vietnam, sekaligus juga membuat pendidikan Vietnam menghadapi tekanan besar tentang masalah memperbarui dan mendidik sumber daya manusia. 


Pendidikan Vietnam menjelang integrasi ASEAN - ảnh 1
Kaum mahasiswa Vietnam
(Foto: dantri.com.vn)

Lahirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya mendorong arus pergeseran barang dagangan, jasa dan investasi secara bebas, tapi juga mengizinkan tenaga-tenaga kerja yang trampil bebas berpindah-pindah dalam pasar tenaga kerja yang luas di ASEAN dengan jumlah penduduknya lebih dari 300 juta orang dalam usia kerja. Yang mendesak, tenaga kerja di 8 cabang dan kejuruan dapat bebas berpindah-pindah dalam ASEAN melalui permufakatan-permufakatan saling mengakui kejuruan yang sama yaitu akuntan, arsitek, dokter gigi, dokter, insinyur, juru rawat, pengangkutan dan personil pariwisata.

Ini merupakan kesempatan sangat besar bagi mahasiswa Vietnam. Akan tetapi, semua kejuruan yang dirangsang bisa berpindah-pindah secara bebas meminta tuntutan yang tinggi dalam hal kualitas sumber daya manusia, kongkritnya ialah sumber daya manusia harus mendapat pendidikan kejuruan khusus atau mencapai taraf universiter ke atas dan fasih bahasa asing, khususnya bahasa Inggeris. Dalam pada itu, ini merupakan keterbatasan bagi sumber daya manusia Vietnam. Bapak Nguyen Dang Minh, Kepala Seksi Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Kerjasama Internasional dari Universitas Nasional Hanoi mengatakan: “Kami melihat adanya beberapa keterbatasan yang bersangkutan dengan kekuatan tenaga kerja muda yaitu rasa percaya diri mereka dalam meneruskan belajar masalah-masalah yang bersangkutan dengan kemampuan dasar seperti kemampuan berkomunikasi dan kemampuan tentang bahasa asing”.

Sedangkan, mahasiswi Linh Chi dari Institut Penelitian Ekonomi Nasional Hanoi berbagi kisah prakteknya ketika ikut serta dalam aktivitas-aktivitas sukarela internasional selaku kepala grup sebagai berikut: “Ketika memasukkan sahabat-banyak pemuda asal banyak negara  untuk bekerja dalam satu kelompok, saya melihat bahwa pemikiran para pekerja muda Vietnam sangat baik, tapi ketika menyampaikannya mereka menjumpai satu rintangan tentang bahasa asing dan justru inilah yang membuat mereka kurang percaya diri”.

Survey yang dilakukan oleh Bank Dunia (WB) baru-baru ini terhadap tenaga kerja di 7 negara ASEAN memperlihatkan bahwa tenaga kerja Vietnam selalu tergolong dalam kelompok pelopor tentang kemampuan kejuruan dan sikap kerja. Tapi tentang kemampuan berkomunikasi, kemampuan tentang bahasa Inggeris maupun kemampuan-kemampuan lunak untuk menangani situasi-situasi yang muncul dalam pekerjaan, maka mereka masih harus berusaha lebih banyak lagi. Doktor Le Dong Phuong, Kepala Pusat Penelitian Pendidikan Tinggi dan Kejuruan dari Institut Pendidikan Tinggi Vietnam menegaskan: “Secara umum, skala sistim pendidikan tinggi Vietnam tidak kalah terbanding dengan taraf rata-rata di negara-negara lain di kawasan. Bisa ditegaskan bahwa pendidikan Vietnam juga terkemuka, karena dalam kenyataannya telah ada program-program pendidikan dan cabang pendidikan Vietnam yang telah berhasil menegaskan prestise di dunia seperti instansi  kesehatan dan pertanian. Akan tetapi, pola pendidikan tinggi Vietnam memberat pada memberikan isi pengetahuan tapi kurang bagian memberikan kemampuan praktek dan kemampuan kerja  dalam lingkungan kejuruan, terutama dalam lingkungan yang mengalami banyak perubahan dewasa ini”.

Dalam menghadapi tuntutan mendesak dari integrasi dan buka pintu pasar tenaga kerja, cabang pendidikan Vietnam sedang berfokus memperkuat reformasi, pengelolaan pasar tenaga kerja, meningkatkan prosentase pemuda menempuh kuliah universitas dan akademi, khususnya menambah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan sesuai dengan permintaan dan tujuan pengembangan Tanah Air. Sistim pendidikan tinggi Vietnam sekarang ini sedang disempurnakan menurut arah terbuka, mendorong pemeringkatan dan dikaitkan dengan perancangan perkembangan sosial-ekonomi seluruh negeri, kawasan dan daerah. Disamping itu, memperbarui kerangka program pendidikan di tingkat universiter dan pendidikan kejuruan menurut arah mengembangkan kekreatifan, kemampuan belajar sendiri, melakukan penelitian sendiri, meningkatkan waktu kuliah praktek, berfokus pada isi-isi dan kemampuan yang diperlukan oleh mahasiswa, badan usaha dan masyarakat.

Meningkatkan kualitas pendidikan untuk membina sumber daya manusia yang bermutu tinggi dan memenuhi tuntutan integrasi regional benar-benar menjadi kebutuhan mendesak bagi pendidikan Vietnam. Karena kalau tidak bisa melakukan hal ini, belum berbicara tentang integrasi, tapi para sarjana atau insinyur Vietnam sulit bersaing dengan para rekan dari negara-negara ASEAN. Meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Vietnam di pasar tenaga kerja domestik dan internasional, khususnya di kalangan ASEAN tidak hanya merupakan masalah mendesak bagi setiap warga, tapi juga merupakan tanggung-jawab seluruh masyarakat.  

Komentar

Yang lain