(VOVWORLD) - Sepanjang masa 80 tahun berdiri dan berkembangnya program-program siaran bahasa asing di Departemen Siaran Luar Negeri, Radio Suara Vietnam (VOV5) (7 September 1945 - 7 September 2025), sumbangan dari para editor orang asing merupakan faktor yang tidak bisa kurang agar supaya setiap berita dan artikel menjadi lebih dekat dan cocok dengan selera pendengar di luar negeri. Bapak Susanto, editor Program Siaran Bahasa Indonesia, dan Bapak Tawit Ungoen, editor Program Siaran Bahasa Thai, meskipun berasal dari dua negeri yang berbeda, tetapi mereka memiliki keterkaitan dan kecintaan yang sama terhadap VOV.
Bapak Susanto |
Bapak Susanto, 88 tahun, orang Indonesia, bertubuh gempal, berkulit kemerahan dengan bintik-bintik di wajahnya, sedang dengan antusias menjelaskan cara menggunakan kata-kata baru kepada para penyiar dan editor Program Siaran Bahasa Indonesia. Meskipun usianya sudah lanjut, selama 50 tahun ini, dia tetap datang ke kantor setiap hari, dengan tekun mengoreksi artikel dan berita.
Berkaitan dengan VOV sejak awal tahun 70-an, Bapak Susanto telah menyaksikan perkembangan VOV5 pada umumnya dan Program Siaran Bahasa Indonesia pada khususnya. Bagi dia, takdir menjadi editor asing di VOV5 adalah kenangan yang tidak bisa dilupakan.
Bapak Susanto (yang kelima dari kanan) dan para penyiar VOV5 Indonesia pada tahun 1985 |
"Pada tgl 02 Mei tahun 1971 dengan diantar oleh seorang pejabat dari Departemen Hubungan Luar Negarai Partai pekerja Vietnam (Ban Doi Ngoai Trung Uong Dang Lao Dong Viet Nam) saya datang ke kantor radio jalan Quan Su, no 58. Kami diterima langsung oleh kawan Tran Lam, Direktur Radio Suara Vietnam pada waktu itu. Bapak Tran Lam menerima kami dengan sangat akrab dan gembira. Beliau menaruh penuh harapan kepada saya bisa bekerja dengan berhasil guna, mendorong pekerjaan penyiaran di Seksi Bahasa Indonesia lebih maju karena kami tenaga Indonesia yang menguasai bahasa Vietnam. Sejak waktu itu, saya bekerja sama di Bagian Redaksi Departemen Siaran Luar Negeri (pada waktu itu disebut Bien Tap Chung Ban Doi Ngoai VOV)".
Menjadi editor asing di Program Siaran Bahasa Indonesia sejak masih muda, Bapak Susanto telah membawa pengetahuannya untuk membantu menerjemahkan dan mengoreksi bahan dokumen di siaran. Dia juga bersama dengan generasi penyiar dan editor pertama mengalami masa sulit ketika bekerja dalam kondisi peperangan yang sengit, khususnya ketika Amerika Serikat mengebom Hanoi pada tahun 1972, beberapa pejabat dan pegawai VOV5 harus mengungsi ke daerah Ha Tay. Dia mengenang kembali:
"Pada suatu malam hari ketika semua orang sedang tidurdi tempat pengungsian di Provinsi Ha Tay, ada perintah dari pimpinan VOV supaya segera kembali ke Hanoi pada malam hari itu juga untuk menerjemahkan dan menyiarkan hasil-hasil Konferensi Paris tentang penghentian perang dan pemulihan perdamaian yang baru saja ditandatangani resmi pada akhir Januari tahun 1973 di Paris antara Delegasi Vietnam dan Delegasi Amerika. Ya, satu perpindahan besar-besaran yang meliputi seluruh personil VOV sebagian besar adalah VOV5 dengan keluarga mereka. Di antaranya juga ada anak putri saya yang berusia 4 bulan. Sampai di Kantor VOV, belum sempat pulang ke rumah masing-masing kami harus segera menerjemahkan Naskah Perjanjian Paris itu supaya bisa tepat waktu disiarkan pada sore harinya. Semuanya dikerjakan dengan penuh antusiasme, penuh kegembiraan, penuh pengabdian”.
Bapak Susanto (yang kelima dari kanan) dan generasi-generasi VOV5 Indonesia |
Dan pada tahun-tahun berikutnya, dia telah menyaksikan Vietnam yang bangkit secara tangguh pascaperang, terus-menerus berkembang di bawah kepemimpinan Partai Komunis dan Negara Vietnam, menjadi negara yang memiliki posisi dan potensi di kawasan. Sedangkan, dia sendiri terus tekun langsung ikut mengajar generasi editor kedua, mendampingi dan menyaksikan pertumbuhan mendewasa generasi-generasi penyiar/editor hingga dewasa ini.
"Kalau berbicara tentang Radio Suara Vietnam umumnya dan Departemen Siaran Luar Negeri (VOV5) pada khususnya di mana saya bergabung dan hidup sejak tahun 1971, kesan saya adalah campuran antar banyak emosi. Terharu ada senang ada, gembira ada, bangga ada pendeknya bermacam-macam jenis perasaan. Kalau dijadikan satu ialah rasa berbahagia menjadi bagian yang tak terpisahkan dari VOV yang mempunyai sejarah gemilang. Saya sudah bekerja di Seksi Bahasa Indonesia VOV lebih dari separo abad. Sudah cukup lama tapi seperti terasa begitu cepat waktu itu berjalan. Menyaksikan kemajuan VOV, saya merasa gembira karena sudah memberikan satu sumbangsih kecil pada kesuksesan tersebut”.
VOV juga merupakan tempat dia bertemu dengan pasangan hidupnya, seorang penyiar Program Siaran Bahasa Thai. Maka, dua kecintaan besar dalam hidupnya yaitu istri dan pekerjaannya, telah membuat dia untuk tinggal, berdedikasi, dan berkaitan seumur hidupnya dengan negeri Vietnam yang indah.
Juga sebagai editor asing di VOV5 dan berkait dengan Vietnam melalui cintanya kepada seorang gadis Vietnam – seperti Bapak Susanto, Bapak Tawit Ungoen, orang Thailand, telah datang ke Vietnam saat berusia 26 tahun. Dia mulai bekerja sebagai editor di Program Siaran Bahasa Thai pada tahun 2007 dan juga dianggap sebagai salah satu dari sedikit editor asing dengan pengalaman kerja terlama di VOV, hampir 20 tahun, hanya setelah Bapak Susanto.
Bapak Tawit Ungoen |
Tidak hanya mengoreksi berita dan artikel, dia juga selalu siap bersama dengan barisan editor Program Siaran Bahasa Thai menemukan solusi-solusi untuk membawa berita mendekati pendengar secara paling cepat dan beragam.
“Saya pikir bahwa hal yang perlu dilakukan untuk menarik pendengar ialah meningkatkan daya tarik program. Tentang konten, kita bisa memperkayanya, meningkatkan konten hiburan, memperkuat pembagian di platform digital”.
Bapak Tawit Ungoen (yang keempat dari kiri) dalam kegiatan yang diselenggarakan VOV5 |
Dengan kemampuan berbahasa Vietnam yang cukup baik dan karakter yang ramah dan antusias, dia juga adalah seorang editor yang aktif berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan kolektif seperti memberikan presentasi merangkai bunga, memperkenalkan kebudayaan Thailand, atau memasak makanan Thailand untuk mengundang para rekan pada hari raya. Ketika berbagi memori yang patut dikenang selama bekerja di VOV5, Bapak Tawit memberitahukan bahwa VOV5 bukan sekadar tempat kerja, melainkan tempat di mana dia merasa terkait seperti keluarga.
“VOV5 sudah seperti rumah kedua bagi saya. Saat berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan VOV5, saya merasakan keterkaitan dan kedekatan antar-rekan kerja, serta perhatian dari para pemimpin VOV5 tidak hanya terhadap para pegawai, tetapi juga tenaga asing seperti saya. Hal itu membuat saya merasa sangat terharu”.
Bapak Tawit Ungoen dan para penyiar Thailand |
Berkaitan dengan VOV5 sejak muda, Bapak Tawit kini telah menjadi ayah dari dua anak laki-laki. Meskipun menerima banyak tawaran pekerjaan dari perusahaan-perusahaan bergaji tinggi, tetapi dia tetap memutuskan untuk tetap bekerja di VOV5. Lingkungan kerja yang ramah dan kasih sayang dari para rekan telah membuat Bapak Tawit terus berdedikasi untuk VOV, bersama dengan para rekan mengatasi masa-masa sulit, terutama selama pandemi Covid-19.
“Ini merupakan masa kerja yang sangat menegangkan dan sulit. Selain harus mencegah Covid, pekerjaan penyiaran tetap harus dilakukan seperti biasa. Oleh karena itu, saat itu saya siap berkoordinasi dengan para rekan untuk menyelesaikan tugas propaganda. Bahkan saat itu, saya harus menggunakan HP untuk merekam di rumah. Itu merupakan pengalaman yang patut dikenang selama masa kerja saya”.
Pada apapun kondisi pekerjaannya, kecintaan terhadap pekerjaan menjadi sumber inspirasi bagi Bapak Tawit dan Bapak Susanto untuk dengan tekun menyelesaikan pekerjaan koreksi terhadap setiap hasil terjemahan setiap hari. Dan bagi setiap editor asing yang bekerja di VOV5, mereka semuanya ingin menjadi jembatan penghubung yang turut memperkuat pemahaman antara masyarakat Vietnam dengan dunia, memupuk persahabatan, perdamaian, dan menyebarluaskan suara Vietnam.