Kalangan pemuda Thailand dengan tata biga dan bahasa Vietnam

(VOVWORLD) - Thailand dan Vietnam meskipun tidak mempunyai garis perbatasan bersama, tapi mempunyai hubungan yang dekat dan sudah ada sejak lama. Pada masa kini,  bersamaan dengan “arus integrasi ekonomi” di kawasan, kebutuhan temu pergaulan kebudayaan untuk memperkuat pengertian antara rakyat dua negeri, terutama generasi muda semakin meningkat. Di antaranya, tata boiga dan bahasa Vietnam sangat disukai  dan mendapat perhatian  khusus dari kaum remaja   wilayah pagoda Emas.
Kalangan pemuda Thailand dengan tata biga  dan bahasa Vietnam - ảnh 1Pelajar Thailand . (Ilustrasi) 

Demi tujuan  belajar untuk melayani pekerjaan”, bahasa Vietnam telah membantu Kittiya Lamduannaimuang, tamat fakultas bahasa Vietnam dan temu pergaulan, Universitas Ubon Ratchathani dan Weerawit Sonachot, tamat fakultas bahasa Vietnam bidang pariwisata, di Universitas Udon Thani Rajabhat “menjadi lebih dekat dengan” kebudayaan dan manusia Vietnam. Khusus bagi Kittiya Lamduannaimung, program pelajaran “ 3 plus 1”, yaitu belajar di Thailand selama 3 tahun dan  di Vietnam setahun telah membantu dia mengalami banyak penghayatan di Vietnam. Kittiya Lamduannaimaung dan Weerawit Sonachot memberitahukan: “Saya menyukai kehidupan yang sederhana di Vietnam. Warga Vietnam sering mengajar anak-anak-nya  harus rajin belajar. Teman saya orang Vietnam sangat alim. Mereka selalu menjelaskan semua wawasan, kalau saya tidak memahaminya, terutama tentang kebudayaan Vietnam”.

“Saya berpeluang datang di Vietnam untuk hampir 5-6 kali. Saya paling menyukai sektor kota kuno di Kota Hanoi, khususnya cara yang dilakukan warga Kota Hanoi dalam menjaga dan mengkonservasikan kota kuno seperti rumah-nya sendiri. Kota kuno Hoi An (Provinsi Quang Nam, Vietnam Tengah)- tempat yang pernah saya kunjungi juga  dijaga secara sangat baik. Saya juga menyukai cara berperilaku dari orang Vietnam, sangat cocok dengan warga Thailand”.

Meski-pun tidak belajar  bahasa Vietnam seperti Kittiya Lamduannaimaung dan Weerawit Sonachot , tapi Yutthana Rittaree, 24 tahun, sedang menempuh program S2 magister Ilmu Pengetahuan di Paris, Ibukota Perancis, dia  mengalami banyak penghayatan di Vietnam melalui aktivitas pertukaran pemuda dua negeri pada 3 tahun lalu. Di antaranya, para pemuda Vietnam dan Thailand bisa mengunjungi berbagai obyek peninggalan sejarah di Kota Hanoi untuk mencaritahu tentang kebudayaan dan sejarah Vietnam. Khususnya aktivitas homestay di daerah peluaran Ibukota Hanoi, sehingga membuat Yutthana Rittaree merasakan lebih mendalam kesamaan-kesamaan antara dua negeri. Yutthana Rittaree memberitahukan: “Warga Vietnam di peluaran Kota Hanoi mempunyai cara beraktivitas seperti warga Thailand, misal-nya menanam padi, mempunyai acara-acara tarian rakyat tipikal dan lain-lain.  Semua anggota dalam keluarga makan bersama dan lain-lain”.

Selain belajar bahasa dan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas temu pergaulan, bisa dikatakan bahwa kuliner merupakan kanal yang dekat untuk menemukan kebudayaan Vietnam. Karena banyak pemuda Thailand tidak perlu ke luar dari perbatasan juga bisa menikmati masakan-masakan tradisional Vietnam.

“Di Khon Kaen, ada banyak restoran Vietnam yang diusahakan oleh warga daerah setempat. Khon Kaen dekat dengan kawasan hilir sungai Mekong, maka ada pemukiman banyak warga Vietnam. Makan masakan-masakan Vietnam sangat beken bagi warga daerah ini”.

Selain “menikimati masakan Vietnam”, Nutnicha Limboonngan sangat suka belajar bahasa Vietnam. Oleh karena itu, dia telah mendaftarkan nama untuk belajar bahasa Vietnam di Universitas Khon Kaen .

Nutnicha Limboonngan memberitahukan lagi  bahwa kunjungan-kunjungan di Vietnam, semuanya membuat dia merasa hangat seperti pulang kembali kekampung. Dia ingin akan mengembangkan kemampuan bergaul dalam bahasa Vietnam lebih baik lagi  agar di kemudian hari, kalau ada peluang, dia akan datang bekerja di Vietnam.

Komentar

Yang lain