Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam

(VOVWORLD) - Sebagai guru bahasa Inggris, Nguyen Thi Hau belum pernah berfikir bahwa dia bisa menari dan merebut beasiswa kesenian. Tetapi hasil setelah tiga bulan belajar menari di Kota Padang, Ibukota Provinsi Sumatra Barat, Indonesia telah membuktikan hal yang sebaliknya dan membantu seorang guru 29 tahun dari Vietnam ini mengalami banyak perubahan.
Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 1 Nguyen Thi Hau dalam tarian "Tari Piring" dalam acara penutupan program IACS 2019

Wajah dirias secara teliti, mengenakan busana tradisional yang berwarna-warni, Hau menjadi sangat cantik dan lembut dalam tarian “Tari Piring”. Ini merupakan salah satu di antara dua pertunjukan yang dibawakan para pemuda peserta “Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia” - Indonesian Arts and Culture Scholarship (IACS) tahun 2019 di Kota Padang. Mereka berasal dari 10 negeri di dunia, di antaranya Hau mewakili Vietnam.

Tari Piring merupakan salah satu di antara tarian-tarian tradisional di Padang, memuji keindahan kerja dari penduduk. Sang suami bekerja di sawah, dan sang istri membawa makanan yang ditaruh di piring-piring untuk suaminya. Setiap gerak tarian menunjukkan perasaan suami-istri seperti: istri mengusir burung dan serangga untuk melindungi makanan suaminya, suami menyalakan lilin untuk menerangi jalan yang dilalui istrinya.

“Tari piring merupakan satu tarian yang sangat indah. Semangat tarian ini adalah roman muka, para penari harus banyak senyum. Penari perempuan akan memberi senyuman kepada penari laki-laki untuk memanifestasikan perasaan. Dalam proses menari, kalau Anda menjatuhkan piring, tidak apa-apa, terus bersenyum dan menari. Selain itu, busana tari sangat indah. Kami juga harus memakai satu mahkota yang dipasangi lilin di atas, sangat berat tapi sangat indah”.

Kalau teman-teman Hau punya fondasi seni sebelum ikut serta dalam beasiswa ini, Hau berbeda. Gadis kelahiran tahun 1991 ini dipilih Duta Besar Indonesia di Vietnam, Ibnu Hadi karena kemampuan berkomunikasi, semangat beradaptasi dan semangat haus belajar. “Tari Piring” merupakan salah satu pertunjukan yang paling sulit dalam program beasiswa IACS, tidak hanya memegang piring di tangan dalam proses menari, beberapa penari, di antaranya ada Hau, juga harus mengenakan mahkota yang beratnya 3 Kg dan di atasnya ada lilin-lilin. Agar bisa percaya diri untuk memainkannya di panggung, Hau dan teman-temannya harus mengalami proses pelatihan yang sangat serius. Untuk pertama kalinya melihat tarian “Tari Piring”, Hau dan teman-teman semuanya menggelengkan kepalanya karena terlalu sulit. Bahkan bagi para penari professional dalam grupnya, “Tari Piring” juga sungguh-sungguh menjadi tantangan.

“Hal yang paling sulit dalam tarian ini ialah kami harus menari dengan piring sungguhan. Kalau tidak percaya diri, maka sangat sulit untuk melaksanakannya. Dalam proses latihan, kami sudah mematahkan kira-kira 200 piring sungguhan dan tidak ada “teknik” untuk memegang piring. Itu perasaan pribadi sendiri. Sebelum mulai belajar menari, kami punya dua hari untuk hanya memegang piring, mencuci piring, dan sebagainya. Bahkan seorang teman dari India berdoa di piring itu. Oleh karena itu, penari harus berkenalan dengan piringnya dan mengusahakan cara sendiri untuk menguasai piring itu”.

Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 2 Hau dan teman-teman sedang berlatih menari 

Selain belajar menari dengan piring-piring sungguhan, dalam tarian “Tari Piring”, para penari harus banyak berjengket. Oleh karena itu, sakit lutut, mematahkan piring, sakit tangan dan kaki, dan sebagainya merupakan masalah-masalah yang sering mereka hadapi. Ada hari-hari Hau dan teman-temannya tidak bisa tidur karena kakinya sangat sakit. Tetapi tidak ada yang mengeluh, dan terus tekun berlatih.

Meskipun untuk pertama kalinya belajar menari, tetapi Hau sangat percaya diri. Mengetahui bahwa titik tolak yang berbeda dengan teman-teman, Hau berusaha rajin berlatih. Dia tidak ragu-ragu meminta bantuan guru dan teman-teman untuk membimbing gerak-gerak sulit, setelah itu dia rajin berlatih di “Homestay” sampai prigel. Dengan upaya keras, Hau selalu mendapat pujian dan penilaian tinggi dari para guru. Dalam proses berlatih, dia merupakan orang satu-satunya yang hanya mematahkan 1 piring, sedangkan ada orang yang mematahkan sampai 11-12 piring karena merasa terlalu khawatir. Andrea, salah satu pelatih menari untuk Hau mengatakan:

"Saya benar-benar respect dengan Hau. Saya sangat apresiasi dia. Hau adalah seorang guru dan dia tidak pernah menari, tentang kemampuan di bidang tari, mungkin dia tidak seperti teman-tema profesional. Tetapi kalau bicara tentang semangat dia, saya sangat apresiasi. Dia sangat luar biasa. Dia punya kemauan yang keras untuk belajar sesuatu yang baru. Ketika saya memberi materi baru, dia agak lambat, tetapi dia benar-benar bersemangat. Menurut saya dia adalah orang wanita yang kuat, selalu semangat untuk latihan".

Hau dipilih menjadi salah di antara 4 penari yang memakai mahkota dan lilin di kepala dalam tarian “Tari Piring”. Hal ini membuktikan kepercayaan para guru terhadap dia. Dalam pertunjukan-pertunjukan, gadis dari Vietnam dengan wajah cantik telah membawakan gerak-gerak tari yang lembut, tidak kalah  dengan teman-teman dari Indonesia dan negara-negara lain di dunia.

Selain tarian “Tari Piring”, Hau dan teman-temannya juga belajar satu tarian lain yaitu “Tari Idang” dan belajar memainkan instrumen-instrumen musik tradisional. Mereka juga berpeluang menghayati kehidupan warga setempat, ikut melakukan pertunjukan dalam festival-festival di daerah setempat. Kursus selama tiga bulan ini sungguh-sungguh membuat Hau belajar banyak hal yang baru:

“Pertama saya telah percaya pada istilah ‘jika Anda ingin, maka Anda pasti bisa. Sebelumnya saya tidak pernah pipkir saya bisa menari, tetapi sekarang sama sekali berbeda. Kedua ialah Anda tidak hanya punya kepandaian, tetapi yang lebih penting ialah Anda harus berpraktik sebanyak mungkin. Karena tidak punya kepandaian, maka harus lebih rajin berpraktik. Bagi saya, kunjungan di Indonesia sangat bernilai, dan saya memperoleh banyak hal”.

Setelah pulang ke Vietnam pada 9/2019, Nguyen Thi Hau telah mulai melaksanakan janji kepada Duta Besar Indonesia di Vietnam, yaitu memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada para pemuda Vietnam. Sekarang dia sedang membantu satu kelub Institut Ilmu Sosial dan Humaniora (Universitas Nasional) melatih tarian-tarian tradisional Indonesia yang sudah dia pelajari. Bagi dia, ini bukan hanya merupakan janji saja, tetapi juga merupakan keinginan untuk menjadi jembatan yang mengaitkan kebudayaan dua negara Vietnam dan Indonesia.

Foto-foto tentang beberapa aktivitas yang dilakukan Hau dalam program IACS 2019 (Foto diberikan Nguyen Thi Hau)

Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 3
Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 4
Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 5
Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 6 Nguyen Thi Hau dan teman-teman membawakan tarian-tarian tradisional pada acara penutupan program IACS 2019 
Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 7 Hau dan dua teman Vietnam lain yang juga berpartisipasi dalam program IACS 2019 
Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 8Hau belajar memainkan instrumen musik tradisional Indonesia 
Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 9 Hau rajin belajar berkenalan dengan piring-piring 
Perjalanan menaklukkan tarian tradisional Indonesia dari seorang guru perempuan Vietnam - ảnh 10 Hau dan teman-teman ikut serta dalam satu festival di daerah setempat 

Komentar

Yang lain