Apakah permufakatan gencatan senjata Rusia-AS bisa memberikan perdamaian kepada Suriah

(VOVworld) – Setelah melakukan banyak upaya, Amerika Serikat (AS) dan Rusia, Senin (22/2),  mengumumkan permufakatan gencatan senjata di Suriah dan permufakatan ini resmi dimulai pada 27/2. Opini umum internasional telah menganggap permufakatan gencatan senjata ini sebagai satu “sinyal harapan” baru, membuka jalan bagi proses peralihan politik dan membentuk satu pemerintah yang memenuhi hasrat rakyat Suriah. 


Apakah permufakatan gencatan senjata Rusia-AS bisa memberikan perdamaian kepada Suriah - ảnh 1
Menlu Rusia, Sergei Lavrov dan Menlu AS, John Kerry
(Foto: vnexpress.net)

Menurut permufakatan ini, waktu menghentikan pertempuran dimulai pada pukul 00.00 (waktu Damaskus), 27/2/2016, tetapi tidak meliputi tindakan-tindakan anti terorisme. Semua tindakan militer lainnya seperti serangan udara yang dilakukan oleh Suriah, Rusia dan pasukan koalisi pimpinan AS terhadap organisasi yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS), al-Nusra Front dan kelompok-kelompok teroris yang ditunjuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tetap dilakukan. Menurut permufakatan ini, Moskwa dan Washington juga membentuk  hubungan hotline untuk tukar-menukar informasi tentang Suriah. Semua pihak peserta pertempuran di Suriah harus mengeluarkan pandangan setuju atau tidak setuju terhadap permufakatan antara Rusia dan AS, selambat-lambatnya Jumat (26/2).


Banyak kesempatan perdamaian bagi Suriah dicabut

Permufakatan gencatan senjata dikeluarkan hanya sehari setelah kaum mujahiddin melakukan serentetan serangan bom di dekat ibu kota Damaskus sehingga menewaskan 134 orang yang hampir semuanya adalah penduduk sipil. Selama 5 tahun ini, negara ini tenggelam dalam kacau-balau. Buktinya ialah serangan-serangan bom tampaknya terjadi setiap hari dan tidak ada hari manapun jumlah korbannya dimutakhirkan terus-menerus di media massa internasional.

Selama ini, walaupun komunitas internasional telah melakukan banyak upaya untuk membentuk perintah gencatan senjata di Suriah, tapi semua upaya ini telah gagal. Yang terkini ialah permufakatan yang dicapai antara 17 negara dalam kelompok pendukung Suriah, termasuk juga AS dan Rusia. Ada banyak alasan yang membuat permufakatan-permufakatan ini tidak dilaksanakan. Kelompok-kelompok pembangkang di Suriah selalu punya sikap skeptis terhadap semua permufakatan ini. Dalam pada itu, pasukan tentara bebas Suriah, kekuatan yang menentang Pemerintah dan sekarang mendapat dukungan dari Barat mengeluarkan alasan bahwa serangan-serangan udara yang dilakukan Rusia di Suriah tetap diteruskan, maka banyak kelompok lain menegaskan hanya menghentikan pertempuran ketika Presiden Suriah Bashar al Assad meninggalkan kekuasaan.

Dalam pada itu, Presiden Bashar al-Assad di satu segi mendukung perundingan damai maupun semua solusi politik atas krisis di Suriah, tapi berkomitmen akan merebut kembali kontrol terhadap Tanah Air dan mengontrol keutuhan wilayah Suriah sebagai target yang senantiasa ditujui oleh kekuasaan Damaskus. Oleh karena itu, pelaksanaan permufakatan gencatan senjata untuk Suriah tidak pernah sederhana. Bahkan, perselisihan antara negara-negara yang tetap ada belum dipecahkan. AS dan sekutu-sekutu Eropa masih menjaga prasangka tentang serangan-serangan udara yang dilakukan Rusia di Suriah maupun hari depan Presiden Suriah, Bashar al Assad.


Masalah yang sulit

Sekarang ini, masih belum ada reaksi segera dari Damaskus tentang permufakatan gencatan senjata yang baru saja diumumkan, selain pernyataan Presiden Suriah, Bashar al Assad tentang pemilihan umum Parlemen negara ini yang akan berlangsung pada 13/4 mendatang. Semua kelompok oposisi utama di Suriah memberitahukan bahwa mereka “setuju memberikan reaksi positif terhadap upaya-upaya komunitas internasional untuk mencapai satu permufakatan gencatan senjata”. Dalam pada itu, AS dan Rusia dengan aktif melakukan aktivitas diplomatik ulang alik untuk mengusahakan satu permufakatan gencatan senjata sebenarnya untuk Suriah. AS dan Rusia sedang mengeluarkan butir-butir yang tercantum dalam permufakatan ini untuk berbahas dengan negara-negara yang bersangkutan dengan perang saudara Suriah. Menurut itu, Rusia berbahas tentang permufakatan ini dengan Pemerintah Suriah dan Iran, dalam pada itu, AS memikul tanggung-jawab melakukan perbahasan dengan faksi-faksi oposisi dan negara-negara dari Kelompok internasional beraksi demi Suriah. Kemudian, kedua pihak menyepakati  rincian-rincian terakhir dari permufakatan ini sebelum dilaksanakan.

Akan tetapi, walaupun merasa optimis tentang permufakatan gencatan senjata sementara ini yang akan dilaksanakan secara serius oleh semua pihak, tapi AS tetap membela pandangannya yaitu akan tidak ada sebarang solusi politik yang bisa menangani secara efektif perang saudara di Suriah  kalau Presiden Bashar al-Assad bertekad memegang jabatan Presiden. Menurut para analis ada satu rintangan lagi yang bisa menghalangi pelaksanaan permufakatan gencatan senjata yang dilaksanakan ialah bagaimana mencapai kesepakatan antara AS dan Rusia tentang kelompok mana di Suriah yang dianggap sebagai “teroris”. Selama ini, para pejabat AS menuduh bahwa 70% jumlah serangan udara yang dilakukan oleh Rusia menyasar pada kelompok pembangkang moderat yang diantaranya ada beberapa kelompok ini  yang mendapat dukungan dari AS. Tetapi, Rusia selalu membantahnya dan menyatakan bahwa semua serangan udara mereka menyasar pada kaum teroris.

Oleh karena itu, mengusahakan satu solusi politik di Suriah tetap merupakan masalah yang sulit pada waktu sekarang ini. Serenteran serangan bom yang berlumuran darah yang baru saja terjadi di Suriah barang kali merupakan suara lonceng yang memperingatkan semua pihak yang sedang ikut serta pada perang saudara di Suriah bahwa sudah sampai saatnya harus menyingkirkan semua kepentingan dan minatnya untuk membentuk satu perdamaian sebenarnya di Suriah. “Apakah permufakatan gencatan senjata yang baru saja dicapai bisa memberikan perdamaian kepada Suriah” sedang mendapat perhatian dari opini umum.  


Komentar

Yang lain