Bahaya Krisis Keuangan Global Pasca Pandemi Covid-19

(VOVWORLD) - Pandemi Covid-19 meninggalkan akibat-akibat yang dahsyat dan hebat bagi ekonomi global. Menurut prakiraan Dana Moneter Internasional (IMF), terhitung sampai tahun 2025, kerugian yang ditimbulkan wabah Covid-19 naik hingga 28 triliun USD.Dengan perkembangan-perkembangan pandemi dan stratistik pendahuluan untuk bulan-bulan awal 2021, bahaya di mana dunia harus menghadapi satu krisis keuangan baru adalah nyata dan tahun 2021 terus menjadi satu tahun yang sulit bagi perekonomian global.
Bahaya Krisis Keuangan Global Pasca Pandemi Covid-19 - ảnh 1Ilustrasi  (Foto: thethaovanhoa.vn)

Perkembangan-perkembangan wabah Covid-19 yang kompleks membuat pasar keuangan global harus menghadapi banyak risiko, pasar minyak tambang, harga emas, nilai mata uang USD mengalami gejolak di luar dugaan dan sebagainya sehingga membuat perekonomian dunia menghadapi tantangan-tantanan yang berselang seling.

Utang Publik Meningkat Mencapai Rekor

Menurut Institut Keuangan Internasional, utang global meningkat dari 15 triliun USD pada tahun 2020 menjadi 277 triliun USD  atau 365 persen GDP global. Utang dari semua bidang, dari keluarga sampai obligasi pemerintah, obligasi badan usaha meningkat drastis.

Laporan terkini dari IMF memprakirakan bahwa total utang global tahun 2021 akan sama dengan 99,5 persen GDP global. Diprakirakan, total utang dari Kelompok negara-negara maju dan baru muncul (G-20) tahun 2021 akan meningkat menjadi 109 persen, sementara itu utang negara-negara maju diprakirakan meningkat menjadi 125 persen GDP. IMF juga memprakirakan bahwa defisit keuangan global tahun 2021 berada di taraf 8,5 persen, negara-negara G20 sebesar 9,4 persen dan negara-negara maju mencapai taraf 8,8 persen. Mencemaskan peningkatan utang publik, IMF baru-baru ini mengimbau para penentu kebijakan agar terus membantu perekonomian sampai saat berhasil mengendalikan pandemi, di antaranya menaruh perhatian khusus terhadap pos-pos investasi di bidang-bidang yang terkena pengaruh parah akibat pandemi.

Bahaya Krisis Keuangan Global Pasca Pandemi Covid-19 - ảnh 2Ilustrasi  (Foto: scitechdaily)

Analisis terkini tentang dampak wabah Covid-19 terhadap pasar tenaga kerja dari Organisasi Buruh Internasional (ILO) menunjukkan bahwa pandemi telah menimbulkan kerugian raksasa baik tentang waktu kerja maupun pendapatan. Kalau tidak ada kebijakan-kebijakan pemulihan yang menganggap manusia sebagai sentral untuk cepat memperbaiki situasi, maka prospek pemulihan tahun 2021 akan terlambat, tidak merata dan tidak mantap.

Dengan kejutan yang bernama Covid-19, tahun 2020 telah untuk pertama kalinya mencatat puluhan perekonomian besar di dunia dengan serempak jatuh ke dalam resesi seperti Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Portugal, Perancis, Jerman, Italia, Australia, Brasil, Kanada, Jepang, Republik Korea, Indonesia, Singapura, Filipina, Thailand dan sebagainya. Sementara itu Amerika Serikat dan Eropa menjadi  titik api dari perkembangan wabah dan juga merupakan tempat di mana situasi pertumbuhan ekonomi dan perdagangan yang terburuk pada tahun 2020.

 

Kemungkinan Runtuhnya Keuangan karena Stimulasi-Stimulasi Raksasa

Meskipun pandemi Covid-19 tengah berangsur-angsur dikendalikan oleh rencana suntikan vaksin yang tengah digelar di skala global dan berbagai organisasi internasional memprakirakan bahwa ekonomi global akan mencapai pertumbuhan surplus kembali pada 2021, tetapi risiko yang potensial masih sangat besar. IMF memperingatkan bahwa vaksin dan terapi pengobatan bisa mempercepat laju pemulihan ekonomi, tetapi juga mungkin menjadi lebih buruk, khususnya terjadi peningkatan kasus-kasus infeksi baru. Selain itu, ada banyak risiko yang lain seperti ketegangan geopolitik, bentrokan perdagangan, bencana alam, perubahan-perubahan tentang kondisi keuangan dan sebagainya.

IMF juga memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi akan tidak merata antarnegara dan pandemi mampu mendatangkan perubahan-perubahan berjangka panjang dalam perekonomian dunia.

Satu hal yang sangat mencemaskan yakni untuk menghadapi dampak-dampak buruk akibat wabah Covid-19, semua negara telah secara serempak meluncurkan paket-paket stimulasi bersama dengan banyak langkah moneter, pemberian pinjaman darurat untuk menyelamatkan perekonomian. Total nilai paket-paket bantuan yang diajukan oleh Amerika Serikat atau Jepang bahkan mencapai 20 persen GDP. Kemungkinan runtuhnya keuangan bagi bank-bank dan organisasi keuangan yang ditimbulkan oleh langkah stimulasi raksana adalah sangat besar, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa. Para analis keuangan menyatakan bahwa bahaya keuangan yang terputus kian meningkat yang diawali dengan  penetapan harga harta benda yang terlalu tinggi dan peningkatan utang publik yang ditimbulkan langkah stimulasi keuangan, moneter dan fiskal. Hal ini telah pernah terjadi dalam krisis-krisis keuangan pada masa lampau.

Hingga saat ini, semua prakiraan tentang satu krisis keuangan global baru  bersifat relatif, semuanya bergantung  pada bagaimana efektivitas pengendalian pandemi Covid-19 di skala global.  

Komentar

Yang lain