Di Belakang Keptusan Menghentikan Tugas Pertempuran AS di Irak

(VOVWORLD) - Pemerintah Amerika Serikat (AS), pada 26 Juli lalu memutuskan akan menghentikan sepenuhnya tugas pertempuran tentara negara ini di medan perang Irak pada akhir 2021, resmi mengakhiri satu kampanye penggelaran tentara di luar negeri yang memakan waktu sekitar 2 dekade ini. Tetapi, itu bukanlah satu keputusan penarikan serdadu sepihak seperti halnya cara mengakhiri perang di Afghnistan, tetapi melalui satu permufakatan yang konkret antara AS dan Irak, satu langkah yang dianggap memiliki perhitungan kepentingan strategis dari kedua pihak. 
Di Belakang Keptusan Menghentikan Tugas Pertempuran AS di Irak - ảnh 1Presiden AS, Joe Biden menerumi PM Irak, Mustafa al-Kadhimi di Kantor Oval pada 26 Juli  (Foto: The News York Times)

 Keputusan tersebut dikeluarkan setelah Presiden AS, Joe Biden dan Perdana Menteri (PM) Irak, Mustafa al-Kadhimi mencapai permufakatan resmi tentang berakhirnya aktivitas pertempuran tentara AS di Irak dalam perundingan langsung di Washington (AS) pada 26 Juli lalu. Dengan permufakatan ini, AS akan mengakhiri kampanye penggelaran kekuatan pertempuran yang memakan waktu 18 tahun di Irak. Tetapi, tidak seperti halnya dengan cara pendekatan dalam masalah Afghanistan, penghentian aktivitas pertempuran di Irak memiliki intensi dan arti yang cukup berbeda. Menurut itu, AS tetap mempertahankan hubungan dan kerja sama erat dengan Irak pasca penarikan serdadu demi kepentingan-kepentingan porosnya.

 

AS Tetap Ingin Mempertahankan Hubungan Kerja Sama Militer yang Erat dengan Irak

Menurut analisis, keinginan AS dalam mencapai permufakatan resmi melalui perundingan dengan Irak, tanpa keputusan sepihak tentang penghentian tugas pertempuran di Irak demi melayani perhitungan-perhitungan strategis AS yang terkait negara Arab ini maupun seluruh kawasan. Dengan demikian, Pemerintah AS menginginkan agar Irak menjadi sandaran bagi stabilitas di Timur Tengah. Karena dengan satu Irak yang stabil sesuai perhitungan Washington tidak hanya menguntungkan AS dalam mendekati sumber-sumber kekayaan alam yang beraneka di Irak, tetapi juga diperlukan untuk  mempertahankan pengaruh AS di Timur Tengah. Dengan orientasi ini, AS akan terus berupaya membantu Irak untuk mengurangi kebergantungan pada Iran, khususnya tentang energi.

Jelaslah bahwa dibandingkan dengan keputusan penarikan serdadu dari medan perang Afghanistan, cara pendekatan Pemerintah AS dalam mengakhiri partisipasinya dalam perang di Irak memiliki perbedaan besar. Menurut itu, meskipun menarik serdadunya tetapi AS ingin mengusahakan satu hubungan kemitraan militer yang berjangka panjang dengan Irak. Hal ini menjelaskan mengapa Presiden Joe Biden berkomitmen terus bekerja sama dengan Irak dalam melatih, membantu tentara Irak untuk menghadapi Organisasi IS dan sebagainya. Secara lain, Washington tidak mau memutus, sebaliknya tetap ingin mempertahankan hubungan militer yang erat dengan Irak.

 

Awal Baru bagi Irak

Pada pihak Irak, tercapainya permufakatan penarikan serdadu sesuai peta jalan yang terinci dengan AS dianggap sebagai satu kemenangan politik dan diplomatik yang penting bagi pemerintah pimpinan PM Mustafa al-Kadhimi. Dalam kenyataannya, PM Mustafa al Kadhimi tengah menderita tekanan besar dari kekuatan-kekuatan politik pro Iran dalam pemerintah. Kekuatan-kekuatan ini terus-menerus menimbulkan tekanan, menuntut menyingkirkan sepenuhnya keberadaan kekuatan asing yang dikepalai AS di Irak. Dengan permufakatan tersebut, Pemerintah Irak berhasil memenuhi tuntutan kekuatan oposisi sambil menjamin tetap mendapat bantuan keamanan dan militer yang penting dari AS dalam perang melawan terorisme yang dikepalai oleh IS. Yang lebih luas lagi yakni Pemerintah pimpinan PM Mustafa al Kadhimi dianggap telah menciptakan keseimbangan yang perlu dalam hubungan yang sulit diperlakukan dengan AS dan Iran.

Kemenangan tersebut menjadi prasyarat penting bagi Pemerintah Irak untuk dengan percaya diri melaksanakan strategi-strategi internal dan eksternal dalam tahap baru dengan kemandirian yang lebih tinggi, terutama di tengah latar belakang negara Arab ini sedang mempersiapkan penyelenggaraan pemilihan umum setelah dua bulan lagi (Oktober 2021).

Di Belakang Keptusan Menghentikan Tugas Pertempuran AS di Irak - ảnh 2Setelah 31 Desember 2021 serdadu AS di Irak berpindah dari tugas pertempuran  ke tugas melatih, membantu pasukan keamanan negara ini  (Foto: Tentara AS/SPC. Jensen Guillory)

Tetapi, ini hanyalah langkah awal, bukanlah satu penjaminan yang mantap dan jelas bagi  stabilitas Irak di masa depan. Ada banyak alasan untuk mencemaskan bahaya-bahaya yang bisa terjadi di negara Teluk tahap pasca penarikan sepenuhnya serdadu AS. Yang pertama yakni perpecahan yang mendalam dalam internal kekuatan dan kubu politik di Irak selama beberapa tahun ini. Bukti yang terkini yakni banyak kekuatan politik telah menyatakan memboikot pemilihan umum yang akan datang, bersamaan itu menyerang dengan kuat permufakatan antara pemerintahnya dengan AS. Selanjutnya yakni keterbatasan tentang kemampuan menghadapi krisis dari pemerintah dan pasukan keamanan Irak ketika sumber-sumber keuangan yang kian kering akibat korupsi, instabilitas sosial, dan dampak pandemi Covid-19. Sementara itu, Organisasi IS tengah membuktikan kekuatan dan kebangkitan yang kuat di Irak selama ini dengan serentetan serangan terus-menerus terhadap kepentingan-kepentingan AS serta sasaran-sasaran Pemerintah Irak.

Menghadapi kenyataan ini, banyak pakar di kawasan memperingatkan bahwa Pemerintah Irak  perlu menatap pada pelajaran praktik yang tengah terjadi di Afghanistan untuk membuat persiapan yang diperlukan bagi masa depan yang dekat di negara ini  di tengah situasi politik dan militer regional yang kompleks saat ini. 

Komentar

Yang lain