Eropa mengerahkan tenaga untuk menangani masalah kaum migran

(VOVworld) - Rencana 17 butir untuk menangani situasi kaum migran yang sedang  berduyun-duyun datang menuju ke Uni Eropa lewat kawan Balkan yang telah diesahkan oleh Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa tersempit pada Senin (26 Oktober) dianggap sebagai solusi untuk kemacetan-kemacetan di Eropa sekarang ini. Meskipun belum bisa menangani secara umum krisis kaum pengungsi, akan tetapi, semua solusi ini sebagian bisa memulihkan kestabilan dalam masalah mengelola migran, memperlambat arus migran yang paling buruk sejak Perang Dunia II. 

Eropa mengerahkan tenaga untuk menangani  masalah kaum migran - ảnh 1
Ilustrasi.
(Foto:vov.vn)

Sejak awal tahun sampai sekarang, lebih dari 67.000 orang di negara-negara yang terjadi bentrokan bersenjata, misalnya Suriah, Irak dan Afganistan telah berusaha datang ke Eropa. Kira-kira 3.000 orang telah tewas ketika menyeberangi Laut Tengah. Pada latar belakang musim Dingin di Eropa sedang mendekat, dicemaskan bahwa kaum migran akan harus menderita nasib sama di perjalanan Balkan akan semakin meningkat kalau tidak ada bantuan tepat waktu dari negara-negara Uni Eropa.

Koodinasi aksi

Menurut rencana 17 butir, para pemimpin negara-negara peserta KTT tersebut sepakat menerima 100.000 pengungsi  untuk masuk Eropa melalui kawasan Balkan, diantaranya ada 50.000 pengungsi di Yunani. Uni Eropa sepakat akan mengirim lagi 400 orang personel penjaga perbatasan lagi ke Slovenia untuk berkoordinasi dengan pasukan negara ini  mengawasi secara lebih baik kawasan yang berbatasan dengan Croatia dan Austria. Selain itu, Badan Perbatasan Eropa Frontex juga bertugas menjaga  lebih baik kawasan perbatasan  antara Yunani, Macedonia, Albania dan Serbia.

Negara-negara peserta juga sepakat menanggapi dan berbagi informasi  setiap minggu tentang situasi kaum pengungsi di negeri-nya, khususnya kawasan-kawasan perbatasan. Berada di tengah titik berat solusi penjagaan  kawasan periferi Uni Eropa, Yunani menderita tekanan agar harus ada solusi untuk mengontrol lebih baik perbatasan di luar Uni Eropa dan perbatasan dengan negara-negara Balkan. Disamping itu, Athens juga harus mempercepat usaha membangun semua pusat pendaftaran kaum pengungsi, dari situ mengklasifikasikan dan mengalokasi-nya ke negara-negara Eropa. Semua obyek yang tidak mendapat suaka akan dikembalikan ke negeri-nya. Menurut rencana Uni Eropa, persekutuan ini akan mendorong cepat pekerjaan mengusir para pengungsi yang surat permintaannya ditolak.

Pernyataan yang diajukan Konferensi tersebut juga memberitahukan bahwa Bank Investasi Eropa (EIB), Bank Rekonstruksi-Perkembangan Eropa (EBRD) dan Bank Perkembangan Dewan Eropa (CEB) bersedia memberikan bantuan kepada usaha menangani krisis kaum migran. Pada pekan ini juga, Komisi Eropa akan melakukan pertemuan dengan wakil berbagai institusi keuangan tersebut guna berbahas tentang masalah migran.

Kesulitan yang tidak kecil

Sudah sejak sebelum konferensi tersebut berlangsung, mantan Ketua Dewan Eropa, Herman Van Rompuy telah menunjukkan kesangsian-nya mengenai kelayakan Pertemuan Puncak darurat kali ini karena  hanya ada 8 pemimpin negara anggota Uni Eropa yang menghadiri pertemuan dengan  para pemimpin yang bukan anggota Uni Eropa ini, pada saat semua keputusan pasti harus diesahkan oleh ke 28 negara anggota Uni Eropa. Jurubicara Komisi Eropa, Margaritis Schinas menilai bahwa hanya ada cara pendekatan bersama yang berskala Eropa dan antar negara, bersamaan itu bersandarkan pada kerjasama, barulah bisa  mencapai hasil-guna. Bahkan para peserta pertemuan ini juga menyangsikan efektivitas permufakatan 17 butir. Kanselir Jerman, Angela Merkel  mengakui  bahwa semua langkah yang diesahkan di atas  masih belum bisa menangani secara menyeluruh krisis migran. Perdana Menteri Slovenia, Miro Cerar menekankan bahwa kalau semua komitmen  yang sudah dicapai pada konferensi tidak segera dilaksanakan dari tanggal 26 Oktober ini, maka situasi-nya akan tidak bisa mendapat perbaikan. Dalam keadaan itu, Slovenia akan terus mempertimbangkan usaha menegakkan pagar perbatasan untuk mencegah ribuan migran yang masuk negeri ini dari Croatia.

 Sementara itu, Perdana Menteri Croadia. Zoran Milanovic merasa cemas bahwa  kalau arus migran  tidak setuju mengikuti peta jalan dari Yunani lewat Macedonia, dari situ kemudian mereka meneruskan perjalanan ke negara-negara Eropa Utara, maka masalah-nya akan berlangsung seperti semula. Keuangan juga merupakan masalah yang sulit untuk menggelarkan rencana ketika sebelum pertemuan darurat, Ketua Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker harus mendesak negara-negara anggota untuk melakukan aktivitas-aktivitas bantuan darurat sebagai pengganti komitmen-komitmen di atas kertas. Sampai sekarang ini, semua negara anggota Uni Eropa berkomitmen memberikan total bantuan senilai 2,3 miliar Euro untuk menangani krisis migran, akan tetapi hanya  bisa memberikan 275 juta Euro saja. Satu masalah lain yang perlu mendapat perhatian yalah warga beberapa negara anggota Uni Eropa sedang menghadapi gelombang pemboikotan terhadap kaum migran. Misal-nya di Jerman, polisi negara ini baru saja berhasil mencegah intrik membakar banyak perkemahan domisili sementara untuk para pengungsi. Banyak anggota gerakan sayap kanan yang lain dan kelompok-kelompok kriminalitas juga ditangkap oleh polisi karena berintrik menyerang kaum migran.

Tidak sulit untuk bisa melihat bahwa krisis migran  yang paling serius di Eropa sejak pasca Perang Dunia II sedang menimbulkan satu tekanan yang semakin besar terhadap negara-negara Eropa. Permufakatan 17 butir yang baru saja dicapai oleh Uni Eropa hanya akan mengembangkan hasil-guna ketika ada  kerjasama yang beriktikat baik dari semua negara. Akan tetapi, hal ini tampak-nya tidak mudah terlaksana.


Komentar

Yang lain