Kepercayaan agama dan kewajiban warga negara

(VOVworld) – Selama hari-hari awal September 2013, opini umum merasa gusar terhadap beberapa umat Katolik di kecamatan Nghi Phuong, kabupaten Nghi Loc, provinsi Nghe An bergerombol merintangi aktivitas badan-badan administrasi daerah, mezalimi dan menahan pejabat, menimbulkan kekacauan terhadap ketertiban publik. Kasus ini telah dan sedang diselidiki dan ditangani oleh badan-badan fungsional sesuai dengan semangat supremasi hukum. Akan tetapi, ketika meninjau kembali tidakan-tindakan provokatif yang dilakukan oleh beberapa umat Katolik ini yang merugikan persatuan komunitas, keseriusan dan disipli nasional, maka para penganut agama dan warga negara yang sejati tidak bisa tidak mersa sedih. 

Kepercayaan agama dan kewajiban warga negara - ảnh 1         

Ilustrasi
(Foto: tienphong.vn)

Agama apapun, baik agama Buddha, Katolik, Konghucu, Tao, Islam dan lain-lain, semuanya patut dihargai. Apapun jalan dan tujuan yang ditempuh hidup baik, hidup yang patut  tetap menjadi pedoman dari kaum agamis. Semua ajaran dari Jesus, Sang Buddha dan lain-lain menginginkan agar manusia tidak melakukan kejahatan, tidak menghasut orang lain melaksanakan hal-hal yang jelek, menghindari kejahatan, membatasi keinginan yang jelek untuk mengikuti jalan-jalan yang digariskan oleh para Sang Penyelamat  kepada umat.Tidak ada orang yang bisa mengatas-namai agama untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan. Karena seorang agamis juga sekaligus adalah seorang warga negara. Dan warga negara harus hidup sesuai dengan hukum. Itulah satu arajan. Ajaran untuk menjadi rakyat. Tidak ada. Tidak ada satu ketentuan administrasi manapun yang diberlakukan, tapi segera bisa diterima oleh semua orang. Oleh karena itu, mekanisme pengaduan dan pemecahan pengaduan dan gugatan menjadi cara yang diberikan oleh Negara Vietnam kepada warga negara untuk menyatakan pendapat dan hasratnya. Kalau ada warga negara yang tidak menyetujui keputusan membawa ke pengadilan dan menahan  sementara dua orang yaitu Ngo Van Khoi dan Nguyen Van Hai karena  tindakan dengan sengaja menimbulkan kecelakaan dan mengacau ketertiban publik, maka reaksinya haruslah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum. Membawa ke pengadilan Ngo Van Khoi dan Nguyen Van Hai merupakan satu langkah dalam proses acara hukum. Apakah dua orang ini mejalankan kejahatan atau tidak, kejahatannya berada dalam taraf mana, harus menunggu keputusan pengadilan. Dengan menggunakan banyak orang untuk memaksa Ketua Komite Rakyat kecamatan Nghi Phuong menulis komitmen dengan isi “meminta kepada  keamanan publik provinsi membebaskan mereka” jelaslah satu tuntutan yang tidak masuk akal. Karena membebaskan orang atau tidak, itu merupakan wewenang dari badan pembelaan hukum, jadi bukanlah pekerjaan pemerintahan berbagai tingkat, terutama ialah pemerintahan di basis.

Tidak hanya orang yang berpengetahuan, punya pemikiran yang tenang, tapi orang-orang yang bersangkutan ketika melihat kembali foto-foto tentang tindakan yang sudah mereka lakukan yang dimuat di koran, televisi, mungkin juga harus berpikir-pikir. Wanita-wanita daerah pedesaan melemparkan batu, memaki-maki tanpa memperdulikan semuanya, pastilah bahwa mereka sendiri juga bertanya kepada diri sendiri, mengapa mereka berpikir dangkal dan terhasut seperti itu. Apakah tindakan mereka sesuai dengan agamanya dan sesuai dengan ajaran dan pengorbanan Sang Atasan?

      “Hidup baik secara duniawi dan agamawi” yang diwarisi dari inti sari moral dan filsafat semua agama, hukum Vietnam membawa banyak sifat kemanusiaan ketika menjunjung tinggi rasa kasih sayang kepada manusia, sifat mengarah kebaikan, dan keharmonisan untuk membangun satu masyarakat yang baik.

Menaati hukum juga adalah satu cara mengamalkan agama bagi manusia untuk menghindari kesalahan, kejahatan dan mengarah ke hal-hal yang baik sehingga membuat prinsip “Hidup baik secara duniawi dan agamawi” semakin berlipat ganda artinya. Tindakan yang dangkal yang dikendalikan orang jahat dan melanggar hukum bukanlah semangat Agama

      Hidup dan bekerja sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan hukum  adalah hidup demi kehidupan, agama, merupakan keharmonisan antara manusia yang percaya pada agama dengan manusia yang punya tanggung-jawab sosial. Semua pelanggaran terhadap hukum harus ditangani secara adil, tidak perduli siapa dia.


Semua sengketa bisa didamaikkan, semua kesalahan bisa diampuni. Karena bangsa Vietnam mempunyai tradisi yang sangat berkemanusiaan bahwa
“memukul yang lari, tapi tidak memukul orang yang kembali”. Kekuatan tak ada batasanya dari bangsa Vietnam ialah semangat persatuan. Tapi, persatuan tidak sinonim dengan persekongkolan dan menutupi tindakah-tindakan yang salah.

Praktek kehidupan memperlihatkan akan kebenaran bahwa disamping kepercayaan pada agama, maka kepercayaan pada hukum juga menjadi kewajiban dari setiap warga negara./. 

Komentar

Yang lain