Ketegangan Hubungan Rusia-Barat Terus Meningkat

(VOVWORLD) - Berlanjutnya perang di Ukraina membuat ketegangan hubungan antara Rusia dan Barat terus meningkat. Di antaranya, Barat secara terus menerus membuat tuduhan baru terhadap Rusia, dan mengenakan banyak sanksi tambahan. Di lain pihak, Rusia yang masih menunjukkan sikap keras, menegaskan bahwa pintu dialog selalu terbuka.
Ketegangan Hubungan Rusia-Barat Terus Meningkat - ảnh 1Sekjen NATO, Jens Stoltenberg (Foto: AFP / VNA)

Segera setelah Rusia mengakui dua negara republik yang menamakan diri di Ukraina Timur pada 22 Februari dan meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina, Barat tak habis-habisnya mengenakan sanksi keras terhadap Moskow. Yang terbaru adalah serangkaian sanksi terkait dengan tuduhan bahwa tentara Rusia membunuh warga sipil di kotamadya Bucha, bagian barat laut Kota Kiev, ibu kota Ukraina pada awal bulan ini, meskipun Moskow telah berulang kali membantahnya. 

Barat Meningkatkan Sanksi dan Tekanan terhadap Rusia

Tanpa memedulikan penjelasan Rusia tentang tuduhan pembunuhan warga sipil di kota Bucha merupakan kampanye media musuh untuk menyebarkan informasi palsu tentang Moskow, pada minggu pertama April serangkaian negara Eropa memerintahkan pengusiran hampir 150 diplomat Rusia dari wilayahnya. Di antaranya, pada 5 April Italia, Spanyol, dan Denmark mengusir 70 diplomat Rusia. Sehari sebelumnya (4 April), Jerman memerintahkan pengusiran 35 diplomat dan Prancis mengusir 40 wakil diplomatik Rusia.

Pada kenyataannya Barat mulai mengusir diplomat Rusia sebelum ada tuduhan tentang Bucha. Konkretnya, Belgia, Belanda dan Irlandia telah mengusir 40 pegawai Kementerian Luar Negeri Rusia pada 29 Maret. Bahkan sebelumnya, pada 3 Maret Polandia mengusir 40 diplomat Rusia atas tuduhan mata-mata, bersamaan itu membekukan rekening Kedutaan Besar Rusia, sebuah langkah yang dituduh Moskow melanggar Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik antarnegara. 

Pengusiran wakil diplomatik Rusia dari negara-negara Eropa sebenarnya merupakan tambahan sanksi yang telah diterapkan Barat terhadap Moskow sejak 24 Februari ketika Rusia mulai melakukan operasi militer khusus di Ukraina. Diperkirakan pada akhir Maret, Barat telah mengenakan total lebih dari 5.000 sanksi terhadap Rusia, sehingga menjadikan Rusia negara dengan sanksi paling banyak di dunia hingga saat ini. 

Tidak hanya begitu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg pada 6 April lalu juga menyatakan bahwa NATO akan menyambut baik dua negara netral yakni Finlandia dan Swedia jika mereka memutuskan untuk melamar bergabung dengan organisasi ini. Hal ini dianggap sebagai pernyataan yang bersifat meningkatkan konflik dengan Rusia karena Finlandia memiliki garis perbatasan sepanjang lebih dari 1.300 km dengan Rusia dan negara ini telah menjadi negara netral sejak tahun 1948 melalui perjanjian persahabatan yang ditandatangani dengan Uni Soviet (sekarang Rusia).

Tindakan Rusia dan Upaya Beberapa Negara Barat untuk Meredakan Ketegangan

Dalam menghadapi tekanan terus-menerus dari Barat, Pemerintah Rusia terus menunjukkan sikap yang keras dan konsekuen. Berbicara kepada Kanal TV Prancis “LCI” pada 6 April, Juru bicara Istana Kremlin Dmitry Peskov memperingatkan bahwa Moskow tidak mengesampingkan kemungkinan memutus hubungan diplomatik jika negara-negara Barat terus mengusir para diplomat Rusia. Dmitry Peskov menggambarkan tindakan Barat terhadap Rusia selama ini sebagai "tindakan bermusuhan", menekankan bahwa tindakan tersebut "mengancam usaha mempertahankan hubungan diplomatik". Namun Juru bicara Kremlin juga menegaskan bahwa mempertahankan hubungan diplomatik, terutama dalam situasi saat ini, tetap diperlukan. 

Ketegangan Hubungan Rusia-Barat Terus Meningkat - ảnh 2Juru bicara Istana Kremlin Dmitry Peskov (Foto: TASS)

Menurut kalangan analis internasional, pemutusan hubungan diplomatik Rusia-Barat adalah perkembangan yang berbahaya karena implikasinya sangat kompleks dan tidak dapat diprediksi, sama sekali tidak bermanfaat bagi situasi stabilitas global. Oleh karena itu, sejumlah negara anggota NATO, terutama Turki dan Hongaria, secara aktif memainkan peran sebagai jembatan penghubung untuk menangani krisis dan membantu meredakan ketegangan antara Barat dan Rusia. Dengan posisinya, Turki telah menjadi perantara perundingan antara Rusia dan Ukraina di Istanbul pada 29 Maret dan saat ini masih terus menjalankan perannya ini. Sementara itu, sebagai anggota Uni Eropa dan NATO, Hongaria baru-baru ini mengusulkan untuk mengadakan pertemuan empat pihak antara Jerman, Prancis, Rusia, dan Ukraina di Budapest untuk mencari solusi atas krisis saat ini. 

Selain itu, banyak negara Eropa lainnya juga terus mempertahankan dialog dan kerja sama ekonomi dengan Rusia, khususnya di bidang energi, tanpa memedulikan tekanan dari beberapa negara lain. Dapat dilihat bahwa pengenaan sanksi atau peningkatan ketegangan sama sekali tidak dapat menutupi kebutuhan akan kerja sama internasional, yang merupakan tren yang tak terhindarkan dalam situasi saat ini.

Komentar

Yang lain