(VOVWORLD) - Berlangsung selama dua hari dari tgl 10 hingga tgl 11 Februari, di Paris, Ibukota Prancis, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aksi tentang kecerdasan buatan (AI) memindahkan prioritas dari pengontrolan keamanan AI ke pengembangan dan pembagian kepentingan-kepentingan yang diberikan AI serta peningkatan kerja sama pada latar bekalang di mana ketegangan geo-politik mulai berpengaruh terhadap bidang teknologi ini.
Memprioritaskan Kekreatifan Lebih Dari Keselamatan
Perbedaan yang paling besar dari KTT AI tahun ini di Paris dibandingkan dengan dua KTT sebelumnya ialah pergeseran prioritas-prioritas diskusi. Membuktikan pengubahan prioritas ini, negara tuan rumah Prancis telah mengubah topik permulaannya dari KTT AI tahun ini, dari “KTT mengenai keselamatan AI” ke “KTT tentang Aksi AI”.
Ketika menjelaskan pendekatan baru ini, Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyatakan bahwa Eropa bisa merasa bangga karena berjalan di depan dalam membuat ketentuan-ketentuan untuk mengontrol AI tapi pengontrolan harus dilaksanakan setelah dibarui dan dikreasi pada latar belakang Eropa sedang ada tanda-tanda terbelakang tentang teknologi AI dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Bagi AS, negara adi kuasa yang memelopori AI, masalah keselamatan AI sudah tidak lagi menjadi prioritas pertama ketika rombongan AS peserta KTT di Paris tidak meliputi para anggota Institut Keselamatan AI yang dibentuk oleh AS pada akhir tahun 2023.
Pengubahan prioritas dari KTT tahun ini juga mencerminkan semua gejolak besar di dunia teknologi AI global selama ini, yang menonjol yakni munculnya DeepSeek, satu model AI generatif yang bersumber terbuka dari Tiongkok yang dikembangkan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan model AI sebelumnya (seperti Chat GPT, Gemini, Mistral dan sebagainya) tapi mencapai efektivitas yang sama. Menurut kalangan pakar, DeepSeek membuka banyak peluang baru bagi negara-negara untuk mengembangkan model-model AI yang lebih fleksibel, mengurangi ketergantungan pada grup-grup teknologi besar di Silicon Valley (AS) yang pernah memiliki keunggulan menonjol tentang sumber keuangan, teknologi dan sumber daya manusia. Direktur Ilmiah Program-Program Prioritas Nasional Perancis merangkap Profesor AI di Universitas Paris-Dauphine, Jamal Atif menilai:
“Sekarang kita memiliki model-model generatif yang bersumber terbuka sedang beraktivitas secara baik seperti model-model generatif yang bersumber tertutup. Tiongkok dan para anggota DeepSeek telah membuktikan bahwa kita memperlukan otak-otak yang terkemuka dan para talenta. Ini merupakan keunggulan yang dimiliki Eropa karena Eropa mempunyai banyak mahasiswa yang bertalenta, banyak otak yang terkemuka dan perusahaan-perusahaan startup yang sukses”.
Geopolitik AI
Kehadiran banyak Kepala Negara dan pejabat senior asal lebih dari 100 negara, di antaranya ada Wakil Presiden AS, J.D Vance dan Deputi Perdana Menteri (PM) Tiongkok, Zhang Gouqing KTT AI kali ini di Paris merupakan tanda yang memperlihatkan bahwa satu topik besar lain yang bisa mendominasi diskusi-diskusi di Paris adalah dampak akibat ketegangan geopolitik sekarang di dunia terhadap pengembangan dan kerja sama AI dengan skala global.
Menurut Nick Reiners, pakar analisis geo-teknologi di Eurasia Group – Grup konsultasi tentang semua resiko politik global yang berkantor di New York (AS), segi geo-politik AI semakin menjadi rumit pada latar belakang teknologi pada umumnya sedang menjadi sentrum dari persaingan antarnegara adi kuasa, bersamaan itu, kebijakan-kebijakan tentang teknologi, khususnya AI dari Pemerintahan AS sedang terbentur dengan reaksi dari banyak negara.
Oleh karena itu, di KTT kali ini, semua pihak bisa menghadapi banyak tantangan dalam bersama-sama mengeluarkan berbagai komitmen dan pernyataan bersama tentang arah pengembangan AI pada waktu mendatang, terutama di segi-segi seperti pendekatan terbuka dengan sumber data, AI melayani kepentingan masyarakat, AI dan lingkungan yang berkesinambungan dan sebagainya. Kekhawatiran yang lebih besar ialah perbedaan-perbedaan tentang kebijakan antarpihak bisa menimbulkan fragmentasi teknologi AI global kegita negara-ngara mencegah atau melanggar teknologi-teknologi satu sama lain. Presiden Prancis, Emmanuel Macron memperingatkan:
“Saya pikir bahwa pelarangan terhadap satu teknologi karena ia berasal dari negara mana pun tidak rasional. Itu tidak merupakan pendakatan kita. Bagi semua teknologi di dunia yang tidak berasal dari Eropa, kami akan mengikuti semua aspek sensitif terhadap keamanan dan kedaulatan Eropa. Itu merupakan hal yang kami telah lakukan di bidang teknologi”.
Bagi Eropa dan negara tuan rumah Prancis, KTT AI kali ini juga merupakan peluang untuk menciptakan daya lenting tentang teknologi bagi kawasan atas persaingan kuat dari AS dan Tiongkok. Menjelang KTT kali ini, Presiden Prancis, Emmanuel Macron telah mengumumkan investasi sebesar 113 miliar USD pada proyek-proyek AI di Prancis selama beberapa tahun mendatang. Ini merupakan investasi besar dari Uni Emirat Arab, Kanada, AS dan beberapa grup teknologi besar di Prancis seperti Thales, Orange atau Illiad./.