KTT Dunia tentang Penanggulangan Perubahan Iklim: Masalah-masalah global yang panas

(VOVWORLD) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dunia tentang  penanggulangan perubahan iklim telah berlangsung di Wina, Austria pada Selasa (28 Mei). Peristiwa ini berlangsung hanya beberapa hari setelah Konferensi Internasional Bertindak demi Perubahan Iklim (ICCA) tahun 2019 yang diadakan di Republik Federasi Jerman. Semua gerak-gerik ini merupakan salah satu di antara banyak upaya keras di dunia untuk bersatu menanggulangi perubahan iklim. Akan tetapi, upaya keras ini tidak mudah.
KTT Dunia tentang Penanggulangan Perubahan Iklim: Masalah-masalah global yang panas - ảnh 1KTT Dunia tentang Penanggulangan Perubahan Iklim di New York  (Foto: BBC) 

Dari tahun 2011 hingga sekarang, KTT dunia tentang penanggulangan perubahan iklim (R20) telah berlangsung di banyak kawasan di dunia. Sekarang ini, R20 mempunyai wakil dari hampair semua benua seperti Eropa, Asia, Amerika dan Afrika. Yang menghadiri konferensi ini ada banyak pembicara dan undangan yang merupakan para politisi, walikota, sarjana, ilmuwan, wakil berbagai perusahan, grup dan lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain.

 Kesulitan-kesulitan dalam menanggulangi perubahan iklim

Situasi perubahan iklim selama bulan-bulan awal tahun 2019 tetap berlangsung menurut kecenderungan buruk. Menurut laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang diumumkan pada tanggal 28 Maret, manifestasi-manifestasi fisika dari perubahan iklim sedang meningkat, dampaknya terhadap sosial-ekonomi semakin serius dan taraf  emisi gá rumah kaca sedang mencapai rekor meningkatkan suhu global ke taraf yang mencemaskan. Situasi peningkatan suhu rata-rata dan akibatnya seperti kenaikan air laun, gumpalan es dan gletser merosot dan gejala-gejala cuaca ekstrim adalah tidak terbantahkan. Banyak gejala cuaca ekstrim terus terjadi pada awal tahun 2019, buktinya ialah taupan tropika Idai yang telah menimbulkan bencana banjir selama ini sehingga merampas banyak jiwa di Mozambik, Zimbabwe dan Malawi. Tahun 2019 juga merupakan satu rekor baru ketika Australia mengalami bulan-bulan yang paling panas dalam sejarah. Dalam pada itu, gelombang-gelombang panas, tahap-tahap cuaca yang paling panas diiringi dengan taraf kelembaban tinggi sedang menjadi lebih permanen. Perubahan iklim telah dan sedang  mempengaruhi kemungkinan mencapai target-target perkembangan yang berkesinambungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Upaya menanggulangli perubahan iklim di dunia juga sedang menjumpai banyak tantangan tentang politik, ketika Amerika Serikat tetap berdiri di luar, beberapa negara lain menentang peta jalan penanggulangan perubahan iklim PBB dan lain-lain. Kenyataan ini sedang mengaburkan indikasi-indikasi positif yang muncul di Eropa ketika benua ini  menempatkan masalah penanggulangan perubahan iklim menjadi prioritas primer.

 Upaya-upaya yang tiada henti-hentinya

Walaupun usaha menanggulangi perubahan iklim menjumpai sangat banyak tantangan, tapi bukan oleh karenanya PBB dan mayoritas negara lain melepaskannya. Pada bulan Desember 2018, Bank Dunia (WB) telah mengumumkan paket bantuan rekor senilai 200 militer USD untuk tahap 2021-2025 untuk masalah perubahan iklim global. WB membagi jumlah bantuan ini kepada proyek-proyek pemangkasan emisi gas rumah kaca dan melindungi warga dalam menghadapi bencana-bencana banjir, taupan dan kekeringan yang semakin keras karena  pemanasan global. Dalam pada itu, selama berbulan-bulan ini, gerakan pawai demgai lingkungan yang dilakukan oleh kalangan muda melanda luas di banyak kota di dunia. Banyak mahasiswa dan pelajar di 130 negara telah turun ke jalan untuk meminta kepada para pemimpin politik sedunia supaya cepat bertindak untuk menanggulangi perubahan iklim. Ini untuk pertama kalinya kalangan muda seluruh dunia dengan serempak mengirim pesan bersama untuk membela masa depan mereka.

Bersama dengan itu, banyak konferensi dan dialog tentang perubahan iklim telah berlangsung di banyak kawasan sejak awal tahun 2019 hingga sekarang. Pada bulan Mei berlangsung 3 peristiwa lingkungan yang besar. Pada tanggal 1 Mei, kelompok yang mewakili Forum kepulauan-kepulauan di Pasifik telah melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres untuk membahas langkah-langkah menanggulangi perubahan iklim, perkembangan dan keamanan iklim di kawasan. Selanjutnya ialah Konferensi internasional yang bertindak demi iklim 2019 telah berlangsung pada tanggal 23 Mei ini di Kota Heidelberg, Jerman dengan menyerap partisipasi lebih dari 1.000 utusan internasional. Konferensi ini berkomitmen mencapai perkembangan yang berkesinambungan dan beradaptasi dengan perubahan iklim dan memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik kepada semua orang. Pembangunan kota-kota akrab iklim akan merupakan “kunci” untuk mencapai target yang ambisius tentang melindungi iklim. Dan pada Selama (28 Mei) ialah KTT Dunia tentang penanggulangan perubahan iklim yang berlangsung di Austria. Konferensi kali ini dengan dihadiri oleh banyak pemimpin, politisi dan donor internaisonal merupakan kesempatan bagi semua orang untuk berbagi dan mengusahakan peluang kerjasama dan mengusahakan solusi-solusi sebaik-baiknya dalam melindungi lingkungan.

Sekjen PBB, Antonio Guterres pernah memperingatkan bahwa diprakirakan perubahan iklim membuat perekonomian global menderita kerugian sebesar 21 triliun USD pada tahun 2050. Oleh karena itu, walaupun perang menanggulangi perubahan iklim masih menjumpai tidak sedikit tantangan, tetapi pastilah bahwa semua upaya untuk melindungi Planet Hijau tetap aktif digelarkan untuk mengurangi kerugian bagi bola bumi.  

Komentar

Yang lain