Menyatukan Tindakan dalam Perang Menanggulangi Perubahan Iklim

(VOVWORLD) - Pada akhir pekan lalu, Kelompok 20 Ekonomi Utama (G-20) telah menyelenggaraan sidang khusus tingkat menteri tentang tema iklim di Napoli, Italia. Ini untuk pertama kalinya dalam sejarah G-20 kelompok ini menyelenggarakan suatu sidang khusus tingkat tinggi tentang tema iklim. Oleh karenanya, meskipun hasil yang dicapai masih terbatas, tetapi sidang ini tetap dianggap sebagai kemajuan yang menggembirakan dalam perang menanggulangi perubahan iklim di dunia. 
Menyatukan Tindakan dalam Perang Menanggulangi Perubahan Iklim - ảnh 1Konferensi menteri lingkungan, iklim dan energi G-20 di Nappli, Italia pada 22 Juli  (Foto: aa.com.tr)
 

Sidang tingkat menteri lingkungan dan energi G-20 berlangsung dari 22-23 Juli, untuk pertama kalinya tema iklim dibahas secara mendalam oleh para pejabat senior perekonomian-perekonomian utama dunia. Ketika mengakhiri sidang tersebut, negara-negara peserta telah berhasil menyatukan beberapa isi penting yang menyemangati upaya-upaya penanggulangan perubahan iklim di dunia.

Hasil-Hasil yang Positif

 

Ketika mengakhiri sidang tersebut para Menteri G-20 telah menandatangani  komitmen kembali tentang pematuhan Perjanjian Paris tentang Perubahaan Iklim (COP-21), bersamaan itu mengeluarkan komunike bersama tentang tema lingkungan dengan 3 isi utama yakni melindungi keanekaragaman biologi, , melindungi sumber daya alam dan memulihkan sistem-sistem ekologi dengan solusi-solusi yang berdasarkan alam, melindungi dan memulihkan tanah, melindungi berbagai sumber air, samudera dan laut yang meliputi mencegah dan mengurangi sampah plastik, menggunakan secara efektif semua sumber daya, berfokus pada pertekstilan dan fesyen yang berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, mengakui konektivitas antara keanekaragaman biologi dan perubahan iklim, melaksanakan keuangan yang berkelanajutan, fokus pada kebutuhan-kebutuhan keuangan konkret bagi perlindungan dan pemulihan berbagai sistem ekologi bagaikan satu sumbangan dalam menetapkan sistem keuangan global di masa depan.

Penandatanganan komitmen kembali tentang pematuhan COP-21 dan dikeluarkannya komunike bersama dengan isi-isi penting tersebut dianggap sebagai kelanjutan upaya-upaya penanggulangan perubahan iklim global yang tengah didorong oleh perekonomian-perekonomian utama dunia dalam 2021. Di antaranya, yang patut diperhatikan yakni hasil-hasil positif yang dicapai dalam konferensi puncak online tentang perubahan iklim yang dipimpin oleh Amerika Serikat dari 22-23 April 2021.

Menyatukan Tindakan dalam Perang Menanggulangi Perubahan Iklim - ảnh 2Puluhan kapal dan pertahu termacet di Danau Oroville, California Utara karena bencana kekeringan  (AFP/VNA)

Ketika berbicara pasca sidang tersebut, Menteri Transformasi Ekonomi Italia, Roberto Cingolani menilai dikeluarkannya komunike bersama oleh G-20 adalah satu hasil yang “teramat ambisius” ketika “ini untuk pertama kalinya hal-hal tersebut dituliskan secara jelas dan bersifat mengikat bagi negara-negara yang tengah menghasilkan 80 persen GDP dunia, tetapi juga menduduki 85 persen volume emisi gas karbon global. Menurut pejabat tersebut, usaha mendorong tindakan demi iklim di semua tingkat maupun upaya koordinasi antaranggota G-20 adalah sangat penting untuk menjalankan target membatasi pemanasan global di taraf 1,5 hingga 2 derajat selsius dan menjamin pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dan mampu menghadapi perubahan iklim pasca pandemi di seluruh dunia.

 

Masih Ada Banyak Tantangan

Meskipun telah berupaya mempersempit perselisihan, tetapi sidang di Napoli telah tidak berhasil menyatukan suara bersama tentang target menahan suhu global. Di antara masalah pemangkasan eksploitasi batu bara adalah salah satu di antara perselisihan terbesar antara satu pihak yang meliputi Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa dan satu pihak yang lain yakni Tiongkok, Rusia, dan India sehingga komunike bersama tidak meliputi isi komitmen pemangkasan eksploitasi dan penggunaan batu bara. Selain itu, pemangkasan eksploitasi migas juga tidak mendapat suara bersama di sidang tersebut karena protes dari negara-negara pengekspor minyak.

Menjelang sidang tersebut, beberapa laporan internasional independen mengumumkan bahwa G-20 telah mengeluarkan biaya sebesar 3,3 miliar USD untuk eksploitasi bahan bakar fosil sejak COP-21 ditandatangani pada 2015. Di antaranya, hampir semua negara anggota G-20 terus memberikan bantuan keuangan yang signifikan bagi produksi dan konsumsi bahan bakar fosil, di antaranya ada negara yang memberikan taraf bantuan sebesar dari 40 hingga 50 persen.

Menghadapi kenyataan ini, para analis mengatakan masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan semua negara perlu lebih berupaya dari tahap ini hingga Konfrensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (COP-26) diadakan di Skotlandia pada November tahun ini. Peristiwa ini merupakan batas waktu terakhir bagi sekitar 200 negara dan teritori untuk mengupdate komitmen-komitmen tentang iklim dalam kerangka COP-21.

Pada pihaknya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres pada 26 Juli mengimbau peran kepemimpinan G-20 dalam tindakan menanggulangai perubahan iklim global. Menurut pemimpin organisasi multilateral yang terbesar di planet, dunia memerlukan satu komitmen yang jelas dari semua negara anggota G-20 terhadap target mempertahankan suhu bola bumi yang tidak melampaui 1,5 derajat selsius pada akhir dekade ini.  

Komentar

Yang lain