Mesir terperangkap ke dalam pusaran instabilitas baru

(VOVworld) - Tepat tiga hari setelah upacara peringatan satu tahun berkuasa, (Presiden Mesir Mohamed Morsi, Presiden sipil yang pertama di negara Islam Afrika Utara telah digulingkan oleh tentara negara-nya. Situasi ini terjadi cukup mendadak karena perkembangan-nya cepat, bersamaan itu ada banyak kemungkinan memojokkan negara Afrika Utara ini ke perang saudara dan bentrokan faksional. 

Pada saat para analis sedang memperkirakan skenario - skenario  krisis politik di Mesir, maka pada Rabu (3 Juli),  Panglima Angkatan Bersenjata Mesir Abdel Fattah al-Sisi telah mengeluarkan pernyataan menghentikan berlakunya Undang-Undang Dasar dan mengangkat Ketua Mahkamah Konstitusi Agung, Adli Mansour menjadi pemimpin sementara negara ini. Dia akan dilantik menjadi Presiden sementara pada Kamis (4 Juli). Jendral al-Sisi juga berseru menyelenggarakan pemilu Presiden dan Parlemen lebih awal, membentuk satu Komite Amandemen Undang-Undang Dasar dan Komite Kerujukan Nasional. Menurut al-Sisi, satu pemerintah yang kuat dan cukup kemampuan bisa dibentuk dengan martabat yang penuh.

Mesir terperangkap ke dalam  pusaran instabilitas baru - ảnh 1
Ketika "Pekan bulan madu " sudah lewat, rakyat  Mesir mulai mencicipi  rasa pahitnya purna revolusi 
(Foto: giacavattu.com.vn)

Bersama dengan pemecatan  presiden, pasukan keamanan Mesir telah  mengeluarkan perintah menangkap 300 tokoh organisasi Ikhwanul Muslimin. Program Televisi organisasi ini telah dihentikan dan pengelolanya ditangkap. Sementara itu, menurut media massa lokal, Presiden tergulingkan Mohamed Morsi  juga dibawa ke Markas  Badan Intelijen  Tentara.

Situsi berkembang dengan cepat ketika sebelumnya pada 1 Juli, tentara Mesir telah mengeluarkan ultimatum peringatan akan melakukan intervensi dan merekomendasikan peta jalan  politik sendiri untuk tanah air kalau semua kekuatan politik dalam negeri tidak memenuhi permintaán rakyat dalam waktu 48 jam. Akan tetapi, Presiden Mohamed Morsi menolak kesempatan yang diberikan oleh tentara negara-nya, bersamaan itu pasukan Islam telah mencanangkan protes besar di seluruh negeri untuk mendukung  keabsahan posisi presiden secara konstitusional.

Tepat seperti dikhawatirkan oleh kalangan analis, pada saat semua konsultasi tentang pembentukan pemerintah baru di negara ini dimulai, maka konflik telah muncul. Organisasi Ikhwanul Muslimin mengeluarkan pernyataan yang mendeskripsikan pemecatan terhadap Presiden Mohamed Morsi adalah tindakan yang mengkhianati revolusi dan jutaan warga Mesir yang percaya pada demokrasi. Sementara itu, para pendukung dan penentang Presiden Mohamed Morsi telah  melakukan konflik di  kota Alexandria. Menurut seorang pejabat keamanan, ada orang yang tewas dan luka - luka ketika melakukan konflik dengan tentara dan polisi. Kalau situasi ini terus bereskalasi akan  membuat peta jalan pembentukan pemerintah baru  yang ditargetkan tentara Mesir akan sulit selesai.

  Perkembangan baru di gelanggang politik  Mesir telah membuat Barat prihatin. Dari Eropa, Wakil Senior Uni Eropa urusan hubungan luar negeri, Catherine Ashton berseru kepada semua fihak di Mesir supaya  cepat kembali ke  proses demokrasi, menyelenggarakan pemilu Presiden dan Parlemen yang bebas dan adil. Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris, William Hague mendesak  semua fihak supaya mengekang diri dan menghindari kekerasan. Dia memprotes  intervensi militer untuk mengubah rezim, akan tetapi tidak  menamakan kasus  di Kairo sebagai kudeta. Dalam satu pernyataan yang dikeluarkan dari Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama  menyerukan kepada tentara Mesir supaya secepat mungkin menyerahkan kekuasaan kepada Pemerintah sipil.

Akan tetapi, AS menolak  mengecam tindakan yang dilakukan tentara Mesir dan  memerintah pengungsian wajib  terhadap semua personel Kedutaan Besar negara-nya di Kairo. Presiden AS, Barack Obama juga meminta kepada aparat administrasi negara-nya mempelajari bantuan AS untuk pemerintah Mesir.

Bertentangan dengan keprihatian Barat, dalam reaksi terkini, negara-negara Teluk pada Rabu (3 Juli) telah memyambut tentara Mesir yang telah melakukan penggulingan terhadap Presiden  Islam Morsi. Raja Saudi Arabia, Abdullah telah mengirimkan pesan ucapan selamat kepada Adli Mansor yang diangkat menjadi pemimpin sementara negara ini. Negara - negara Uni  Emirat  Arab (UAE) juga menyambut Angkatan Bersenjata Mesir  dan perubahan- perubahan di negara ini.

Situasi di Mesir pada hari- hari mendatang pastoilah akan mengalami banyak gejolak. Lebih dari 80 juga penduduk Mesir  yang selama ini harus  menghadapi  perekonomian yang mengalami stagnasi sekarang akan terus hidup dalam  instabilitas politik. Tampaknya, untuk lepas dari perang saudara dan bentrokan faksional di negara Afrika Utara ini tetap menjadi masa depan yang jauh./.


Komentar

Yang lain