Perdamaian di semenanjung Korea masih tetap merupakan teka-teki

(VOVworld) - Segera setelah ada tindakan yang  jarang ada dengan  menurunkan ketegangan memindahkan rudal jarak menengah dari lapangan peluncuran di garis pantai sebelah Timur, Pyong Yang pada Rabu (8 Mei) melakukan lagi gerak - gerik yang mencemaskan opini umum. Yaitu terus menggelarkan rudal Scud dan Rodong yang diletakkan di atas landasan peluncuran di daerah pantai sebelah Timur dari negara ini. Bersama dengan keputusan memberikan sanksi secara terbuka terhadap sekutu negara tetangga Tiongkok dengan menutup pintu dan menghentikan semua transaksi keuangan antara Bank Tiongkok dengan Bank Perdagangan Korea, semenanjung Korea sedang mengalami perkembangan- perkembangan yang sulit diprakirakan. 

Perdamaian di semenanjung Korea masih tetap  merupakan teka-teki - ảnh 1
Rudal Scud dari RDR Korea.
(Foto: www.anninhthudo.vn )

Pada Senin (7 Mei) ini, hampir semua media massa di dunia secara serempak memberitakan bahwa Bank Tiongkok (Bank of China) memutuskan menutup pintu dan menghentikan semua transaksi keuangan dengan Bank Perdagangan Korea. Segera setelah itu, Washington telah menyatakan simpatinya terhadap keputusan  pertama Beijing yang signifikan ini. Ketika berbicara kepada  wartawan pada Rabu (8 Mei), Jurubicara Kementrian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Patrick Ventrell menunjukkan bahwa AS menyambut langkah - langkah komunitas internasional, diantaranya ada Tiongkok tentang penggelaran semua sanksi terhadap Republik Demokrasi Rakyat (RDR) Korea. Koran AS The Los Angeles juga menilai bahwa tindakan ini merupakan indikasi jelas yang memperlihatkan bahwa Beijing sedang semakin kecewa terhadap Pyong Yang. Sedangkan, menurut pakar dari Sekolah Partai Sentral Tiongkok tentang RDR Korea, ini merupakan tindakan yang patut dilakukan  dan Beijing telah mempertimbangkan secara teliti  aspek politik dan kepentingannya.

Perdamaian di semenanjung Korea masih tetap  merupakan teka-teki - ảnh 2
Presiden Republik Korea Park Gyun Hye dan Presiden AS Barack Obama.
(Foto: docbao.vn)

Opini umum beranggapan bahwa gerak-gerik yang lalu merupakan indikasi terkini tentang ketidakpuasan Beijing terhadap sekutu-nya yang sedang terilosasi. Yang lebih berbahaya yalah gerak - gerik Tiongkok ini  bisa membuka jalan untuk semua bank lain di kawasan  yang juga bisa  mempertinmbangkan hubungan dengan RDR Korea. Kalau demikian, kesulitan akan menjadi bertumpuk- tumpuk terhadap pemerintahan Pyong Yang. Karena sekarang ini, menurut penilaian Program Pangan Dunia (WFP), RDR Korea sedang terus menghadapi kekurangan bahan pangan, 1/3 jumlah anak-anak  mengalami kekurangan gizi secara kronis atau  badannya terlalu pendek dan kurang bekembang kalau dibandingkan dengan usianya. Produksi industri dari RDR Korea sekarang ini hanya mencapai kira-kira 30% hasil produksi yag dicapai  tahun 1992. Sementara itu, tekat "memiliki senjata nuklir” dari Pyong Yang telah dan sedang  terus mendapat reaksi keras  dari kalangan pejabat Barat. Buktinya yalah dalam pertemuan antara Presiden AS, Barack Obama dan timpalannya dari Republik Korea, Park Gyun-hye, pada Senin (7 Mei) di Gedung Putih, dua fihak telah berkomitmen tidak memberikan konsesi terhadap RDR Korea setelah berbulan - bulan mengalami ketegangan maksimal, bersamaan itu menegaskan bahwa beban dalam menghentikan krisis ini sedang diletakkan di atas bahu  Pyong Yang. Meskipun telah  mengacungkan tangan persahabatan ketika merekomendasikan pembangunan satu taman bunga internasional di daerah perbatasan antara Republik Korea dengan RDR Korea, disamping itu membuka pintu perundingan kalau pemimpin Kim Jong Un memutuskan mengikuti “peta jalan perdamaian”, akan tetapi, Presiden Republik Korea Park Gyun-hye masih tetap dengan tegas menekankan pendirian Seoul bahwa akan memaksa Pyong Yang harus “membayar harga” kalau melakukan serangan terhadap Republik Korea.

Pernyataan ini diajukan ketika beberapa jam sebelumnya, tentara RDR Korea mengajukan ancaman baru, menurutnya Pyong Yang bersumpah mengubah semua pulau di  wilayah laut perbatasan menjadi “lautan api ”, kalau hanya satu butir  peluru  saja jatuh di negara ini, pada waktu AS - Republik Korea melakukan latihan perang bersama (yang akan berakhir pada Jumat 10 Mei ini). Sebelumnya, RDR Korea telah menganggap latihan perang periodik antara AS dan Republik Korea yang berlangsung selama 5 hari dengan partisipasi dari  kapal selam berenergi nuklir generasi Los Angeles dan kapal-kapal destroyer generasi Aegis  serta pesawat terbang pengintai P-3C yang digelarkan di pangkalan  militer AS sebagai  tindakan permusuhan dan  provokasi militer.

Jelaslah bahwa semenanjung Korea  masih “tegang laksana senar instrumen musik” yang membuat opisi umum merasa cemas bahwa hanya benturan kecil-pun akan mengakibatkan bentrokan. Pada Rabu (8 Mei) ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon telah menekankan bahwa kontradiksi dalam hubungan antara dua bagian negeri Korea bisa ditangani melalui pembangunan kepercayaan dan dialog. Kepala organisasi multi negara terbesar di dunia itu  menegaskan bersedia berpartisipasi pada semua upaya untuk mengurangi ketegangan dan membangun perdamaian serta kestabilan di semenanjung Korea.

Sekarang ini, kemungkinan bentrokan di semenanjung Korea dilihat para pakar sulit terjadi, ketika pemerintah Pyong Yang telah berbalik mengungkapkan persyaratan untuk memulihkan perundingan. Salah satu diantara syarat - syarat yang diajukan RDR Korea kali ini yang pada hakekat-nya tidak baru yalah meminta kepada PBB supaya membatalkan perintah sanksi, AS harus menarik seluruh jenis senjata ofensif strategis yang ditempatkan  negara ini di dekat semenanjung Korea… Akan tetapi, tampak-nya  hal ini tidak mudah dilakukan, karena sekarang ini  Pyong Yang  mau mendemonstrasikan kemampuannya sebagai negara yang memiliki potensi nuklir, sementara itu AS mengajukan prasyarat untuk memulihkan perundingan yalah negara ini harus meninggalkan  program nuklir-nya. Justru situasi tarik - menarik yang berlarut - larut itu telah dan sedang memundurkan proses perdamaian di semenanjung Korea secara terus - menerus menjumpai rintangan yang sulit diprakirakan pada hari - hari mendatang./.


Komentar

Yang lain