(VOVWORLD) - Hambatan perdagangan yang terkait dengan perang tarif dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik mulai berdampak pada ekonomi dunia, membuat prospek pertumbuhan tahun ini lebih kurang menggembirakan dibandingkan dengan banyak prediksi ekonomi yang dikeluarkan sebelumnya.
Dalam Laporan Prospek Ekonomi Global terbaru, yang dirilis pada tanggal 17 Maret, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menurunkan prakiraan pertumbuhan global untuk tahun ini menjadi 3,1%, lebih rendah dari tahun lalu (3,2%), dan mungkin akan terus turun menjadi 3,0% pada tahun berikutnya.
Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) (Foto: Getty Image) |
Dampak perang tarif
Ketika menjelaskan penyesuaian perkiraan pertumbuhan ekonomi global, OECD mengatakan penyebabnya berasal dari meningkatnya hambatan perdagangan di beberapa negara Kelompok G20, serta meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan yang memberikan tekanan pada investasi dan pengeluaran rumah tangga. Organisasi tersebut juga meramalkan bahwa inflasi akan terus lebih tinggi daripada yang diprakirakan sebelumnya, karena biaya produksi di banyak negara meningkat akibat terganggunya rantai pasokan.
Menurut Sekretaris Jenderal OECD Thomas Cormann, perubahan dalam kebijakan perdagangan AS sejak Presiden Donald Trump kembali berkuasa pada 20 Januari, terutama memulai perang tarif dengan mitra ekonomi utama, menciptakan dampak besar pada ekonomi global, termasuk ekonomi AS. OECD memprakirakan pertumbuhan ekonomi AS diprakirakan melambat menjadi 2,2% tahun ini, diikuti 1,6% pada tahun depan. Jika terjadi perang dagang menyeluruh dengan banyak mitra, pertumbuhan AS kemungkinan akan 0,7 poin persentase lebih rendah dari yang diharapkan.
Dua mitra ekonomi utama, dan juga dua negara tetangga AS, yaitu Kanada dan Meksiko, juga terkena dampak negatif dari keputusan penerapan tarif sebesar 25% dari pemerintah AS, khususnya Kanada, ketika prakiraan pertumbuhan untuk tahun ini dan tahun depan hanya sekitar 0,7%, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 2%. Eurozone juga diprakirakan hanya tumbuh sekitar 1,0%, lebih rendah dari sebelumnya (1,3%) dan bahkan bisa lebih rendah lagi jika perang tarif AS-Eropa meningkat, setelah Uni Eropa membalas tarif baja dan aluminium AS. Sementara itu, ekonomi terbesar kedua di dunia, Tiongkok, untuk sementara mempertahankan perkiraan pertumbuhannya sebesar 4,8%, karena konflik perdagangan dengan AS masih pada tingkat yang dapat dikendalikan. Menghadapi ketegangan saat ini, Sekretaris Jenderal OECD Thomas Cormann menekankan:
“Pesan saya kepada pemerintah di seluruh dunia bahwa sangat penting bagi pertumbuhan di masa depan, peningkatan standar hidup dan peningkatan pendapatan rumah tangga untuk menjaga pasar tetap terbuka dan ada sistem perdagangan global berdasarkan pada peraturan dari satu sistem perdagangan. \ Akan selalu ada masalah dalam pengoperasian sistem perdagangan global, tetapi cara terbaik untuk menyelesaikannya adalah melalui dialog dan kerja sama internasional.”
Ketidakstabilan geopolitik
Dalam Laporan Prospek Ekonomi Global yang dirilis pada akhir tahun lalu, OECD optimis secara berhati-hati tentang pertumbuhan ekonomi global tetapi tetap menekankan risiko terkait ketidakstabilan geopolitik. Dalam laporan baru, faktor ini semakin ditekankan oleh OECD ketika mengatakan bahwa selain hambatan perdagangan, ketidakpastian geopolitik menjadi risiko utama bagi pertumbuhan global.Ketika berbagi pandangan dengan itu, Ibu Rebecca Christie, pakar di Institut Brugel di Brussels (Belgia), mengatakan
"Kita perlu melihat pada tindakan nyata dia yaitu (Donald Trump), jadi bukan sekadar bereaksi terhadap semua yang dia katakan akan terjadi. Bagi Eropa, yang penting adalah memilih apa yang benar-benar sesuai dengan kepentingan Eropa, jadi bukan memberikan reaksi langsung."
Sementara itu, perkembangan terkini mengenai konflik Rusia-Ukraina dan penanganan konflik oleh pemerintah AS juga telah menciptakan suasana ketidakpastian bagi bisnis di Eropa. Menurut Oliver Roth, dari grup jasa keuangan ODDO BHF yang berkantor di Paris, dorongan pemerintah AS untuk dialog langsung dengan Rusia pada tingkat tertinggi guna menemukan cara menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina merupakan sinyal positif, tetapi ekspektasi pasar dapat menjadi bumerang jika kegiatan diplomatik ini tidak menciptakan terobosan.
“Seluruh dunia sedang melihat pada pembicaraan telepon antara Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin karena hal ini tidak hanya penting secara politis bagi rakyat Ukraina tetapi juga bisa menjadi langkah besar menuju kestabilitas ekonomi di Eropa, jika kedua belah pihak setidaknya mencapai kesepakatan gencatan senjata awal.”
Menurut kalangan pengamat, karena kemungkinan berhentinya kebijakan tarif pembalasan antara AS dan mitra ekonominya relatif rendah, ketidakstabilan geopolitik yang berkepanjangan akan menyebabkan pertumbuhan global semakin terpengaruh pada waktu mendatang./.