Perusahaan-Perusahaan AS Harus Memikul Tanggung-Jawab atas Akibat Agen Oranye/Dioksin di Viet Nam

(VOVWORLD) - Pengadilan Evry (pinggiran Kota Paris, Perancis), 10 Mei 2021, menolak gugatan bersejarah yang dilakukan oleh Ibu Tran To Nga terhadap 14 perusahaan kimia Amerika Serikat (AS), di antaranya Monsanto & Dow Chemical karena telah memasok agen oranye/dioksin kepada tentara AS untuk digunakan dalam perang Viet Nam. Komunitas internasional mengutuk vonis ini, bersamaan itu menyatakan dukungan terhadap Ibu Tran To Nga dalam gugatan bersejarah ini demi kepentingan para korban agen oranye/dioksin Viet Nam.
Perusahaan-Perusahaan AS Harus Memikul Tanggung-Jawab atas Akibat Agen Oranye/Dioksin di Viet Nam - ảnh 1Koran Frankfurter Rundschau memuat artikel tentang guguatan Ibu Tran To Nga  (Foto: Manh Hung/VNA)

Menurut Kantor Berita “AP”, Pengadilan Evry mengumumkan bahwa mereka tidak cukup berwewenang untuk mengadili gugatan yang terkait dengan tindakan-tindakan Pemerintah AS dalam masa perang. Perusahaan-perusahaan yang digugat telah bertindak sesuai permintaan Pemerintah AS adalah satu martabat hukum “yang berdaulat”. Vonis tersebut juga menguntungkan 14 perusahaan kimia AS ketika menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut “mempunyai cukup dasar untuk menggunakan hak kekebalan”.

Para pengacara yakni William Bourdon, Amelie Lefebvre dan Bertrand Repolt dari Kantor Hukum Bourdon dan para koleganya adalah orang-orang yang telah membantu Ibu Tran To Nga selama 10 tahun ini menegaskan bahwa vonis Pengadilan Evry tersebut telah menerapkan satu definisi yang usang tentang prinsip wewenang yang tunggal dan bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan nasional yang modern. Para pengacara tersebut merasa heran ketika pengadilan tersebut mengakui bahwa perusahaan-perusahaan AS tersebut harus bertindak sesuai perintah Pemerintah AS saat itu, sementara itu, dalam kenyataannya mereka berhak memilih antara berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam tender pemasokan zat pembasmi rumput kepada pemerintah. Yang lebih serius yakni Pemerintah AS saat itu tidak pernah memaksa harus memproduksi produk yang berkadar dioksin yang tinggi seperti agen oranye. Hal ini berasal dari kebijakan perusahaan-perusahaan kimia.

Menghadapi vonis tersebut, Asosiasi Korban Agen Oranye/Dioksin Viet Nam menegaskan akan memberikan dukungan baik spirituil maupun materiil bagi Ibu Tran To Nga untuk terus mengikuti gugatan tersebut. Letnan Jenderal Nguyen Van Rinh, Ketua Asosiasi Korban Agen Oranye/Dioksin Viet Nam  menunjukkan tentangannya terhadap vonis tersebut ketika tidak melindungi warga negaranya, tetapi menyatakan “tidak berwewenang” untuk mengadili gugatan ini. Menurut dia, vonis Pengadilan Evry tersebut tidak persuasif ketika dalam kenyataan perusahaan-perusahaan kimia AS telah memproduksi sekitar 80 juta liter agen oranye bagi tentara AS untuk disebarkan di Viet Nam Selatan sehingga menimbulkan akibat yang serius tentang lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat Viet Nam. Ketua Asosiasi Korban Agen Oranye/Dioksin Viet Nam mengaskan bahwa asosiasinya mendukung pandangan Ibu Tran To Nga untuk meneruskan gugatan dan akan selalu memberikan dukungan baik spirituil maupun materiil bagi Ibu Tran To Nga.

Vonis Pengadilan Evry tersebut membangkitkan dukungan komunitas internasional terhadap gugatan tersebut pada khususnya dan kepentingan para korban agen oranye/dioksin Viet Nam pada umumnya. Partai Komunis Jerman (DKP) pada 10 Mei mengeluarkan pernyataan mendukung gugatan bersejarah yang dilakukan oleh Ibu Tran To Nga dan para korban agen oranye/dioksin Viet Nam terhadap 14 grup kimia multinasional. DKP menekankan akan terus mengeluarkan informasi-informasi tentang para pelaku yang menimbulkan derita bagi masyarakat Viet Nam. Sementara itu, koran Jerman “Junge Welt” pada 11 Mei meliput vonis Pengadilan Avry bagi gugatan Ibu Tran To Nga dan menunjukkan bahwa tentara AS telah menggunakan senjata kimia sebagai sebagian dalam perang di Viet Nam. Menurut hukum internasional, tindakan ini dianggap sebagai perang kimia dan terus menimbulkan akibat yang mengerikan hingga saat ini ketika ada hingga 4 juta warga Viet Nam yang tengah menderita akibat-akibatnya. Menurut koran tersebut, pada saat menolak memberikan santunan kepada para korban Viet Nam, AS tetap memberikan bantuan kuat tentang kesehatan dan santunan kepada para veteran perang negara ini yang tercemar agen oranye/dioksin ketika berpartisipasi dalam perang Viet Nam. Koran Gelombang Jerman (DW) pada 10 Mei juga memuat artikel tentang proses gugatan tersebut serta vonis pengadilan tersebut yang berorientasi melindungi grup-grup kimia. Banyak koran besar Jerman lainnya serpti “Spiggel”, “Focus” dan sebagainya pada 10 Mei juga memuat artikel tentang perjuangan demi keadilan yang dilakukan oleh Ibu Tran To Nga, di antaranya menekankan bahwa kalau ia tidak mengeluarkan gugatan ini ke depan pengadilan, tragedi pencemaran agen oranye/dioksin yang diderita banyak korban agen oranye/dioksin Viet Nam akan dikuburkan ke dalam masa lampau.

Perusahaan-Perusahaan AS Harus Memikul Tanggung-Jawab atas Akibat Agen Oranye/Dioksin di Viet Nam - ảnh 2Panorama satu perdebatan dalam pengadilan  (Foto: VNA)

Gugatan Ibu Tran To Nga merupakan satu gugatan yang bersejarah dan istimewa. Hingga saat ini, ia adalah orang satu-satunya di dunia yang bisa mewakili korban agen oranye/dioksin Viet Nam untuk membuka gugatan karena ia memiliki cukup  3 syarat yakni adalah warga negara Perancis keturunan Viet Nam, tengah tinggal di negara satu-satunya yang membolehkan pembukaan gugatan-gugatan internasional untuk melindungi warga negara Perancis menentang satu negara lain yang merugikan mereka, dan ialah korban agen oranye/dioksin. Segera setelah vonis Pengadilan Evry pada 10 Mei 2021, Ibu Tran To Nga telah menyampaikan surat naik banding kepada pengadilan banding. Ibu Tran To Nga dan para pengacara akan terus menjalankan gugatan adilnya dengan kesulitan dan tantangan dalam waktu bertahun-tahun mendatang.  

Komentar

Yang lain