Rusia dan Kuba mendorong hubungan antara dua sekutu strategis

(VOVWORLD) - Dalam kunjungannya di Rusia dari 27-30 Oktober, pada Selasa (29 Oktober), di Moskow, Presiden Kuba, Miguel Diaz Canel melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ini merupakan perlawatan kedua yang dilakukan oleh pemimpin Kuba di Rusia selama belum sampai setahun ini dan juga merupakan kunjungan bilateral kedua pada bulan Oktober ini yang dilakukan oleh pimpinan senior dua negara. Sebelumnya, pada awal bulan ini, Perdana Menteri (PM) Rusia, Dmitry Medvedev melakukan kunjungan resmi di Kuba dan menandatangani banyak permufakatan penting. Gerak-gerik tersebut menunjukkan bahwa Rusia dan Kuba sedang sangat berupaya memperkuat kerjasama pada latar belakang kedua negara bersama-sama menderita banyak tekanan dari Amerika Serikat (AS).
Rusia dan Kuba mendorong hubungan antara dua sekutu strategis - ảnh 1Presiden Kuba, Miguel Diaz Canel  (Foto: debate) 

Walaupun jauh di segi geografi, tetapi Kuba dan Rusia merupakan sekutu-sekutu akrab sejak masa Perang Dingin. Dua pihak selalu mempertahankan hubungan yang erat di banyak bidang, meliputi dialog politik tentang masalah-masalah internasional. Dalam kunjungannya di Rusia pada bulan November tahun 2018, Presiden Kuba, Miguel Diaz Canel dan Presiden Rusia, Vladimir Putin bersama-sama menegaskan bahwa hubungan antara Rusia dan Kuba bersifat sekutu dan strategis. Dan sekarang ini, Rusia dan Kuba sedang menderita tekanan dari AS sehingga membuat kedua negara ini semakin saling mendekat.

 

Tekanan dari embargo

Kedua negara sedang menghadapi “kepungan” ekonomi dan embargo dari AS. Khususnya bagi Kuba, negara yang menderita embargo selama banyak dekade ini, perkembangan menderita pengaruh besar karena sulit menyerap berbagai sumber investasi asing dan sulit mendapat lagi para mitra strategis. Dalam satu gerak-gerik baru untuk  melakukan eskalasi langkah-langkah menimbulkan tekanan terhadap Kuba, Pemerintah AS pada tanggal 25 Oktober menyatakan menghentikan semua missi penerbangan ke Kuba, kecuali Ibukota La Havana. Ini merupakan langkah kedua yang diumumkan oleh AS hanya selama waktu sepekan untuk memperketat aktivitas mobilitas dengan jalan penerbangan ke negara pulau di kawasan Karibea ini. Langkah-langkah embargo terhadap aktivitas pariwisata, salah satu di antara cabang-cabang ekonomi andalan dan merupakan sumber pendapatan valuta asing utama bagi “pulau bebas”  telah membuat perekonomian Kuba lebih mengalami kesulitan. Secara umum, pariwisata negara ini menderita kerugian sebesar 38 miliar USD yang diakibatkan oleh embargo perdagangan  yang dilakukan oleh AS selapa separo abad ini.

Sementara itu, dalam keterangan online kepada “Direct Line” di Ibukota Moskow pada tanggal 20 Juni lalu, Presiden Rusia, Vladimir Putin memberitahukan bahwa langkah-langkah embargo yang dilakukan oleh Barat, di antaranya ada AS terhadap Rusia dari tahun 2014 hingga sekarang telah membuat perekonomiannya menderita kerugian sebesar 50 miliar USD. Semua langkah embago ini berfous pada bidang-bidang pertahanan, energi, keuangan dan perbankan yang pernah memberikan keuntungan besar kepada Rusia. Juga ada saat, di mana perekonomian Rusia muncul beberapa indikasi kemerosotan kecil, nilai mata uang rubel Rusia turun terbanding dengan mata uang USD. Menurut kalangan otoritas Rusia, Barat akan tidak cepat mengubah sikap terhadap Rusia, oleh karena itu, negara ini supaya harus memperkokoh perekonomian untuk menjamin posisinya.

 

Kerjasama yang efektif

Pada latar belakang Rusia menderita sanksi-sanksi yang dikenakan oleh AS dan Barat, maka kerjasama dengan negara-negara Amerika Latin membantu mengurangi risiko-risiko, bersamaan itu, meningkatkan kewibawaan Rusia di arena internasional. Oleh karena itu, Rusia selalu mengusahakan kerjasama dan membantu negara-negara Amerika Latin, di antaranya ada Kuba tentang ekonomi dan militer. Buktinya ialah dalam kunjungan PM Medvedev di Kuba dari 3-5 Oktober ini, dua pihak telah menandatangani  8 permufakatan kerjasama di bidang-bidang perhubungan, ilmu pengetahuan-teknik, industri dan beacukai. Dua negara sepakat memperkuat hubungan-hubungan strategis, kerjasama di bidang ilmu pengetahuan-teknik dan memacu kekreatifan, menandatangani permufakatan yang bersangkutan dengan pemberian modal kepada proyek-proyek  perawatan pesawat terbang dari maskapai penerbangan sipil Kuba yang diproduksi oleh Rusia.

Yang patut diperhatikan ilah dalam kunjungan ini, PM Medvedev telah mengoperasikan mesin pembor pertama di tambang minyak “Boca de Haruko” yang punya deposit sebanyak 3 miliar ton. Ketika proyek kerjasama antara grup minyak tambang Rusia “Zarubezhneft” dan Perusahaan Cubapetroleo dilaksanakan, hasil produksinya akan mampu memenuhi kebutuhan domestik di Kuba.

Semua permufakatan kerjasama ini merupakan satu dosis obat “bantuan” yang penting dan tepat waktu, membantu Kuba  berdiri teguh dalam menghadapi tekanan AS. Pernyataan bantuan yang diberikan oleh Rusia kepada Kuba bukanlah bantuan hibah seperti sebelum masa tahun 1990, hubungan antara dua negara sekarang ini bersifat “bersahabat tapi praksis”, sedangkan kerjasama “saling menguntungkan”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Rusia menganggap Kuba sebagai mitra sebenarnya  maupun hal Moskow mencari satu hubungan kerjasama yang efektif dan substantib di La Havana.

Mendorong kerjasama dengan Rusia, negara yang punya hubungan persahabatan tradisional, merupakan satu negara adi kuasa militer dan punya suara yang berbobot di arena internasional akan menjadi sandaran dan jaminan bagi Kuba untuk melaksanakan perubahan yang kuat demi kemakmuran dan perkembangan. Sedangkan, masalah memperkokoh hubungan dengan Kuba akan membantu Moskow memperluas peranan dan posisinya di kawasan yang pernah dianggap sebagai kawasan berada dalam putaran pengaruh AS.

Dengan dasarnya ialah hubungan persahabatan tradisional yang sedang dikembangkan secara cermat, substantif dan efektif, Rusia dan Kuba sedang mengarah ke tujuan mengatasi embago untuk bersama-sama berkembang.  

Komentar

Yang lain