Rusia-Afrika : Bersedia untuk perkembangan baru

(VOVWORLD) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama antara Rusia dan Afrika akan berlangsung dari 23 sampai 24/10 ini, di Kota Sochi, Federasi Rusia. Ini merupakan event yang belum pernah ada preseden-nya, merupakan KTT pleno pertama yang dihadiri oleh para pemimpin negara-negara Afrika dan pemimpin berbagai organisasi papan atas di kawasan. Konferensi ini diharapkan akan menjadi titik tolak untuk membangun hubungan kemitraan yang setara di atas dasar saling menguntungkan.
Rusia-Afrika : Bersedia untuk perkembangan baru - ảnh 1Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Mesir, Abdel Fattah Al-Sisi (kiri) (Foto: AFP) 

Setelah Perancis, Tiongkok dan Jepang, kali ini Rusia mengadakan secara khidmat KTT Rusia-Afrika. Dengan gerak-gerik ini, Moskow tidak lagi menyembunyikan ambisinya dalam memperluas pengaruh di benua hitam dalam jalan memulihkan kecahayaan Rusia di gelanggang internasional. Pada KTT Rusia-Afrika di Sochi, Presiden Rusia, Vladimir Putin akan menyambut 35 pemimpin Afrika. Ini merupakan kesempatan bagi para pihak peserta untuk membahas masalah-masalah politik, ekonomi dan keunggulan-keunggulan Rusia melalui program-program kerjasama yang saling menguntungkan.

 Afrika: mitra yang ideal

Usaha Rusia dalam mendorong hubungan dengan Afrika berdasarkan pada fundasi hubungan tradisional yang baik dan potensi kerjasama yang beraneka-ragam. Melihat pada sejarah hubungan bilateral, Rusia memainkan peranan yang penting dalam membebaskan benua, membantu bangsa-bangsa Afrika dalam perjuangan menentang kolonialisme dan Apartheidisme. Rusia telah membantu orang-orang Afrika membela kemerdekaan dan kedaulatan, membangun Tanah Air, membentuk basis-basis perekonomian nasional, membangun angkatan bersenjata yang mampu bertempur. Para pakar Uni Soviet yang kemudian ialah Rusia telah ikut membangun infrastruktur penting, pabrik-pabrik hidrolistrik, jalan dan pabrik-pabrik industri di negara-negara Afrika. Ribuan orang Afrika telah menamatkan universitas-universitas di Rusia.

Setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin memegang kekuasaan pada tahun 2000 dengan garis politik dan kebijakan luar negeri yang semakin lebih gigih, hubungan Rusia dan Afrika telah “dihangatkan”. Presiden Vladimir Putin mengawali hubungan diplomatik, ekonomi dan militer dengan para mitra Afrika dulu. Fundasi hubungan Rusia-Afrika berpindah dari politik sampai ekonomi, perdagangan, keamanan dan militer, hal itu berarti bahwa Rusia mulai mengambil kembali pengaruh ekonomi dan politik di Afrika. Menurut pakar Arnaud Dubien, dari Institut Hubungan Luar Negeri dan Strategi Perancis (IRIS), Moskow selalu mempertahankan pengaruh-nya, meskipun itu hanya merupakan kehadiran yang tidak seperapa di banyak negara Afrika, dari Aljazair ke Libia dan Mesir. Pada akhir tahun 2017, dua pihak memberitahukan proyek pembangunan pabrik listrik tenaga nuklir dan sangat banyak kontrak perdagangan senjata yang penting. Secara resmi, Moskow telah menandatangani banyak permufakatan kerjasama militer dengan Pemerintah Mali pada 6/2019, yang sebelumnya ialah dengan Burkina Faso, Kongo dan sebagainya.

Bersedia menyambut  peluang baru.

Selama bertahun-tahun ini, Afrika merupakan target perlombaan persaingan geostrategis tradisional antara Amerika Serikat, Tiongkok atau Uni Eropa. Namun, saat sekarang sudah berbeda, Moskow ingin memulai permainan baru untuk menemukan lebih banyak kepentingan-kepentingan  geo-politik di Afrika.

Tekat memperhebat  kerjasama dengan  Afrika  termanifestasikan jelas  menjelang  Konferensi Tingkat Tinggi dan Forum Ekonomi Rusia-Afrika, Presiden Rusia, Vladimir Putin menegaskan: Rusia bersedia bersaing untuk melakukan kerjasama dengan Afrika. Usaha mengembangkan dan memperkokoh hubungan-hubungan yang saling menguntungkan dengan negara-negara Afrika dan organisasi-organisasi integrasi di sini berada dalam jumlah prioritas diplomasi dari Rusia. Rusia dengan gigih menolak kuat  semua permainan geo-politik  di seluruh Afrika. Di Forum Ekonomi Rusia-Afrika  kali ini, Rusia dijadwalkan akan merekomendasikan kepada para mitra Afrika supaya bersama-sama melakukan eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber kekayaan seperti  emas, perunggu atau migas.

Pada tahun lalu dan awal tahun ini, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov  melakukan kunjungan-kunjungan di negara-negara yang dekat dengan Sahara dan Afrika Utara. Selain itu, Rusia juga mengusahakan menunjukkan peranan dan suara terhadap negara-negara Afrika di forum-forum seperti BRICS (yang meliputi Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan); Uni Afrika atau Komunitas Ekonomi Afrika Barat. Itu belum habis, Presiden Vladimir Putin juga menegaskan akan membuat strategi kerjasama-perkembangan yang lain dengan Barat atau Tiongkok. Yaitu komitmen tidak menggunakan tekanan atau ancaman dari luar yang dibungkus dengan investasi, tidak mengeksploitasi secara habis-habisan sumber kekayaan atau “perangkap investasi” terhadap negara-negara di kawasan.

Setelah kunjungan yang dilakukan oleh Presiden Vladimir Putin di negara-negara Timur Tengah, pada pekan lalu, Konferensi Tingkat Tinggi yang pertama antara Rusia dan negara-negara Afrika sekali lagi menegaskan titik berat diplomasi Moskow terhadap kawasan ini. Tidak hanya meningkatkan suara dan posisi, semua permufakatan jual-beli senjata, investasi dan eksploitasi mineral di benua hitam ini akan merupakan tenaga pendorong bagi Presiden Vladimir Putin untuk bertekat mengaktifkan satu permainan baru di Afrika.  

Komentar

Yang lain